LARIUS JAFFRAY TABUNI
BAB IV
MAKNA HARTA DALAM BEJANA TANAH LIAT IMPLEMENTASI DALAM PELAYANAN
GEMBALA SIDANG MASA KINI
Pelayanan Gembala Sebagai
Kemurahan Allah 2Kor 4:1
Pelayanan
Paulus dapat menjelaskan Pelayanan sebagai kemurahan Allah. Dalam bahasa Yunani
“eleetemen”. Paulus melihat diri seorang yang tidak layak namun Allah yang
mempercayakan pelayanan-Nya, sehingga untuk memahami konsep pemahaman
Paulus. Gambaran yang cukup tepat dari arti pelayanan Paulus yang muncul dari 2
Korintus. Disini bukanlah gambaran tentang tubuh, melainkan pertentangan antara
kegelapan dan terang yang menjadi titik sentral.
Oleh
kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar
hati. Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami
tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami
menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk
dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. Jika Injil yang kami
beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,
yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah
zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan
Kristus, yang adalah gambaran Allah. Sebab bukan diri kami yang kami beritakan,
tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena
kehendak Yesus. Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan
terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati
kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang
nampak pada wajah Kristus. 2 Kor 4:1-6).
Diakonia atau Pelayanan, yang
Paulus tunjukkan disini, merupakan bagian dari kerasulannya sendiri, yang ia
dipertahankan dari tuntutan para pemfitnah dan penipu, perlu menyelidiki lebih
lanjut perihal berapa lama kerasulan Paulus dapat menjadi model
dari bentuk-bentuk pelayananya yang
menyatakan kehendak Tuhan. termasuk pelayanan sekarang ini.
Yang mencolok dalam bagian ini
yang memungkinkan pelayanan bukanlah karunia Paulus, bukan kharisma atau
kharisma-kharisma lain membuat Paulus mampu memberitakan Inji kerajaan surga ,
tetapi kemurahan hati Allah, kenyataan yang serupa yang membawa Paulus kepada
iman dan kepada misinya diposisikan hal paling utama dalam pelayananya.
Kesejajaran terdekat bukanlah dengan 1 Korintus 12 atau Roma 12, melainkan
justru Galatia 1:13-16; Paulus menganggap panggilan sebagai Anugerah Allah.
Bagian 2 Korintus mengingatkan rasul Paulus menerima pelayan terlepas dari
kemurahan hati, pembicaraan tentang karunia-karunia roh tampak tidak tepat. Ia
mengetahui jemaat Korintus mampu bermegah diri, meskipun hal itu karena
karunia. Seseorang jatuh dalam kesombongan karena memperoleh karunia serta
disanjung-sanjung sebagai yang memiliki kharisma. Namun, dalam kemurahan yang
telah diterima Paulus dengan jelas dan nyata.
Rasul Paulus menunjuk diri
seorang hamba,
doulos, dapat
menjelaskan pelayanan sebagai
kemurahan
Allah. “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai
Tuhan, dan diri kami sebagai hamba-Mu karena kehendak Yesus” (2 Kor. 4:5).
Peciptaan diperbaharui melalui ciptaan baru. Sinar yang bercaya pada permulaan
yang diterangi oleh sinar Allah dalam wajah Kristus. Sinar ini membawa para
rasul keluar dari kegelapan. Meski disini Paulus tidak sedang membahas seluruh
lingkup karunia dalam jemaat, sudah jelas ia memahami kerasulan bukan saja
sebagai karunia, melainkan kemurahan Allah. Tanda penebusan ciptaan baru yang
Allah sediakan di dalam Yesus Kristus. Untuk menjadi seorang pelayan Tuhan dan
memberitakan tentang Injil Kristus yaitu rahasia kerajaan surga yang Dia terima
dari Allah.
Kemudian Gembala perlu memahami
konsep Paulus tentang gambaran pelayananya. Paulus menjelaskan pelayanan
sebagai kemurahan Allah atau rahmat Allah
bukan karunia atau kharisma oleh karena pelayanan yang dipercayakan Tuhan
kepada Paulus bukan karena Paulus layak tetapi sebaliknya. Paulus melihat diri
sebagai seorang laki-laki yang tidak layak namun pelayanan yang Tuhan
percayakan itu oleh karena kemurahan-Nya.
Pelayanan pada masa Paulus,
pelayanan disebut sebagai
rahmat Allah
yang mempercayakan pelayanan-Nya kepada orang-orang pilihannya untuk selamatkan
jiwa-jiwa yang binasa oleh karena kehidupan mereka masih mengikuti keinginan
daging atau hawa nafsu. Dari konsep Paulus Menjadi ”hamba Tuhan” merupakan
panggilan setiap orang percaya. Yang menyebut Hamba Tuhan berarti mereka telah
ditebus dari pelanggaran-pelanggaran dan Tuhan menganugerahkan pelayan-Nya
terhadap orang yang ditebusnya.
Tradisi Yunani Hamba Tuhan
dikhususkan untuk melayani meja. Sangat beralasan jika kehidupan mereka
dipersembahkan untuk melayani Dia (Rm. 12:1-2). Namun dalam artian lebih
sempit, istilah “hamba Tuhan,” dapat ditujukan bagi mereka yang melayani Tuhan
dalam jabatan tertentu, seperti menjadi Gembala Sidang, Majelis, Pendeta,
Penginjil, Pengurus serta aktivis gereja lainnya. Memiliki pekerjaan sebagai
”hamba Tuhan” sangatlah menyenangkan, karena melayani Tuhan adalah mengerjakan
pelayanan yang bersifat rohani dan bersifat kekal (Why. 14:13).
A Noordgraaf dalam bukunya
(Orientasi Diakonia Gereja) mengutip mengenai pelayanan diakonia oleh para
rasul dan khotbah-khotbah mereka bahkan pelayanan lain yang berhubungan dengan
jemaat-jemaat yang mereka layani.
Khotbah para rasul di Yerusalem disebut
Pelayanan Firman dalam Kisah Para Rasul 6:4. Paulus melihat kerasulannya di
antara bangsa-bangsa sebagai diakonia (2 Kor. 3:3) yang dijelaskan lebih lanjut
sebagai diakonia pendamaian (2 Kor. 5:18). Dirinya sendiri serta rasul-rasul lainnya
sebagai pelayan Kristus (2 Kor. 11:23) dan juga pelayan Jemaat (Kol. 1:25).
Rekan kerja rasul, seperti epafras (Kol. 4:12), Timotius (1 Tes. 3:2), dan
banyak lainnya disebut pelayan Kristus. Pelayanan mereka memiliki berkhotbah,
mengajar, menggembalakan, memimpin jemaat, mengadakan kunjungan, mengumpulkan
kolokte dan mengantar uang kepada saudara-saudara di Yerusalem yang juga
disebut diakonia (2 Kor. 8:19; Rm. 15:25). Lihat juga (Ef. 4:12), persiapan
untuk melakukan pelayanan. Filipi 1:1, Timotius 3:8, 12 menyebut diakonoi
disini mempunyai arti teknis dari orang yang memegan jabatan tertentu dalam
jemaat yang pekerjaannya harus dilihat hubungan erat dengan pekerjaan
pemimpin-pemimpin.
Dirinya sendiri serta rasul-rasul lainnya dilihat sebagai rasul Kristus
Melayani Tuhan adalah rahmat Allah yang dipercayakan pelayanan-Nya
kepada setiap Gembala atau pelayan untuk tujuan-Nya yang kekal. Salah satu
ungkapan Paulus (1 Kor. 3:10-11) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang telah
dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap meletakkan
dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus
memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada
seorangpun yang dapat meletakkan dasar selain dari pada dasar yang telah
diletakkan Yesus Kristus.
Jadi, bagi Paulus menjadi fokus
pemberitaannya ialah Kristus sehingga dalam pengalaman-pengalaman pelayanan
Paulus sangat menyenangkan oleh karena banyak penderitaan yang ia tanggun namun
pelayanan sebagai kemurahan Allah sehingga Paulus tidak menyerah, tetapi dalam
pelayanan Paulus dapat ditemukan bahwa Paulus menyerahkan diri sepenunhya
kepada Tuhan oleh karena kecintaan terhadap pelayannya sehingga orang-orang
yang membantah dia dengan alasan yang bukan-bukan mengenai diri Paulus dan
pelayannya. Paulus tidak pernah menyerah dengan tuduhan-tuduhan yang
membantahnya.
Oleh karena itu, dalam pelayanan
seorang Gembala masa sekarang. Pelayanan seperti ini bukanlah hal yang mudah
untuk kerjakan. Penyebabnya adalah setiap Gembala masih mengenakan tubuh fana
yang disebut Paulus sebagai “bejana tanah liat (Kor. 4:7).” Selama Gembala
mengenakan tubuh yang fana ini dan hidup dalam dunia, Gembala masih merasakan
beban berat, kelemahan, putus asa, dianiaya, difitnah, disakiti dan sebagainya.
Semuanya itu bisa saja membuat Gembala tinggalkan panggilan sebagai gembala
Sidang, karena Gembala Sidang masih memakai tubuh manusia namun Tuhan
meneguhkan hamba yang dipanggilnya untuk Tujuan kemuliaan-Nya.
Paulus mengingatkan Gembala
Sidang atau Pelayan melalui teladan hidupnya (2 Kor. 4:7, bahwa apabila Gembala
melayani Tuhan, alangkah baiknya jika Gembala tidak mendasarkannya pada dunia
maupun tubuh yang fana. Dasar yang benar untuk melayani Dia adalah karena
kemurahan-Nya (2 Kor. 4:1).
Itulah sebabnya, kesulitan dalam pelayanan Paulus tidak tawar hati, karena
anugerah Allah menjamin segala kemuliaan yang akan diterimanya, sementara ia
harus berjuang dan mengalami penderitaan di dunia ini (2 Kor. 4:16-18).
Choan–Seng Song dalam bukunya, Allah Yang Turut Menderita dapat
menjelaskan mengenai pelayanan Gembala dan campur tangan Tuhan dalam pelayanan.
gembala
tidak bisa jujur kecuali bila mengakui bahwa gembala harus hidup didalam dunia
etsi deus non daretur (seakan-akan Allah
tidak ada). Dan justru inilah gembala akui dihadapan Allah! Allah sendiri
memaksa gembala mengakui-Nya. Allah ingin seorang gembala tahu gembala harus
mengatur hidup tanpa Dia. Allah bersama gembala adalah meningalkan gembala
(Mark. 15:34). Allah yang membiarkan gembala hidup di dunia tanpa hipotesa
kerja tentang Allah adalah Allah yang dihadapan gembala terus-menerus berdiri.
Dihadapan Allah dan dengan Allah Gembala hidup tanpa Allah. Allah membiarkan
diri-Nya didorong keluar dari dunia ke salib. Ia lemah dan tak berdaya di
dunia, dan justru itu caranya, satu-satunya bagi Dia berada bersama dan
menolong gembala dalam pelayanan melalui penderitaan gembala semakin dimampukan
untuk pelayanan kemuliaan-Nya.
Janganlah putus asa dalam
melayani Tuhan. Apabila Gembala menghadapi kesulitan, atau tidak diindahkan
orang. Sesungguhnya, semuanya itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan
diterima di dalam Kristus Yesus. Janganlah patah hati. Pikiran seorang Gembala
jangan tertuju kepada apa yang kelihatan di dunia ini, namun arahkan pandangan
pada kemuliaan yang akan dinyatakan kepada setiap pelayan Tuhan oleh Allah.
Pelayanan
Gembala Dalam Kemurnian Hati
Pelayanan Gembala dalam kemurnian
hati merupakan penyerahan diri dalam pelayanan sama seperti Paulus dengan
berani menyerahkan diri dengan ketulusan hati terhadap Pelayanan. Pelayanan
dengan ketulusan hati merupakan bagian dari penyerahan sepenuhnya terhadap
kehendak Tuhan. Paulus dalam pelayanannya ia memberitakan Injil ke dunia. Ia
menempatkan dirinya sebagai hamba Kristus Yesus, untuk melayani orang-orang
Korintus sebagai wujud pelayanan kepada Yesus Kristus. Inilah yang dikatakannya
tentang pelayanan: ”Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus
Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hamba-Nya
karena kehendak Yesus”.
Paulus dapat mengingatkan
orang-orang Korintus dalam pelayananya dengan mencurahkan isi hatinya. Ia
mengingatkan semua rasa simpati yang menjadi ciri hubungan antara rasul dengan
jemaat. Sesudah berbicara secara pribadi (2 Kor. 4:8-15; 6:4-10), ia sekarang
mengingatkan orang-orang Korintus akan kehebatan panggilan mereka dalam Allah
dan kemudian cara mendesak dan penuh perasaannya mendorong mereka untuk
memperhatikan jati diri dalam hubungan mereka dengan penerimaan terhadap
dirinya. Paulus mempertahankan ketulusan hatinya dan ia mengundang orang-orang
Korintus untuk memberi kesaksian akan keterbukaan hatinya. Paulus menyebut diri
sebagai orangtua terhadap orang-orang Korintus. Mereka telah ia lahirkan
didalam Kristus.
Pelayanan Gembala Sidang perlu
belajar dari teladan Paulus. Pelayanan Paulus didorong oleh ketulusan hatinya
sehingga didalam pelayanan Paulus banyak menghadapi penderitaan namun ketulusan
hati membuatnya tidak melepaskan tanggun jawab sebagai seorang rasul Kristus.
Oleh sebab itu dalam pelayanan Paulus jelas bahwa Paulus memiliki prinsip dan
kemurnian hati dalam pelayanannya.
Pelayanan Gembala sekarang perlu
memperhatikan yang berkaitan erat dengan totalitas hati Paulus dalam melayani
orang-orang Korintus. Paulus memiliki prinsip dalam pelayanannya yaitu;
panggilannya yang jernih, bukti totalitasnya dan kerendahan hati dalam
panggilan dan pelayanannya.
Paulus dipilih Tuhan untuk mengerti kehendak-Nya dan melaksanakannya. Ia
menjalankan seluruh hidupnya dengan kesadaran bahwa Tuhan mempunyai rencana
yang harus diikutinya. Kesadaran tersebut membuat perubahan yang tak terkira
besarnya. Sekitar tahun 25 setelah pertobatan Paulus, dalam menghadapi
penderitaaan yang berat, ia dengan penuh keyakinan berkata, “tetapi aku tidak
menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan
menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan Tuhan Yesus kepadaku untuk memberikan
kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah (Kish. 20:24).
Istilah ”garis akhir” digunakan
pada jalur lomba lari yang ditentukan untuk para pelari dalam pertandingan
Olahraga Olimpiade, yaitu rencana untuk perlombaan lari yang ditentukan
sebelumnya oleh para juri. Cita-cita besar Paulus ialah mengikuti jalur
pertandingan yang ditentukan Tuhan bagi hidupnya.
Prinsip Paulus yang melatar
belakangi dalam pelayanannya (Kish. 20: 17-21), panggilan pelayanan Paulus
senantiasa melandasi, menjiwai seluruh pelayanannya (Kis. 26:19), sedemikian
rupa sehingga Paulus dengan tegas menyatakan bahwa sejak hari pertama tiba di
Efesus, ia melayani Tuhan, dengan segala kerendahan hati. Ia memperlakukan
jemaat Tuhan bukan sebagai obyek pelayanan saja, tetapi sebagai milik Tuhan.
Randy Frazee, dan Robert Noland,
Mengutip dalam buku Berpikir, Bertindak
menjadi seperti Kristus Pelayanan yang menyenangkan hati Tuhan oleh karena
segala perbuatan yang dilakukan Allah bagi Paulus sehingga Paulus dapat
merespon terhadap pelayanannya dengan memberi diri.
Rasul
Paulus menulis, “Aku telah disalibkan bersama Yesus; namun aku hidup, tetapi
bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.
Dan hidupku yang kuhidupi sekarang didalam daging, adalah hidup oleh iman dalam
Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk Aku.” (Gal.
2:19-10). Meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia
batiniah kami diperbaharui dari hari ke hari. Sebab penderitaan ringan yang
sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan yang kekal melebihi
segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami.” (2 Kor. 4:16-17).
Seberapa jernih panggilan
pelayanan Gembala akan menentukan seberapa Bukti Totalitas Pelayanan Gembala
masa
kini, Paulus tahu kapan waktunya
untuk memulai sesuatu dan kapan waktunya Tuhan mengarahkannya kepada pelayanan
yang berikutnya. Itu bukti jelas bahwa hati sepenuhnya untuk Tuhan dan
melakukan tugas pelayanannya hanya kehendak Tuhan. Paulus dalam Pelayanan sadar
sepenuhnya, ia sendiri tidak akan sanggup menjaga jemaat yang telah bertumbuh
bersamanya di Efesus bahkan di Korintus.
Berbicara mengenai pelayanan
adalah suatu panggilan yang Tuhan berikan kepada orang orang
pilihan-Nya, bukan karena tampang atau parasnya, tetapi karena pilihan
kedaulatan Tuhan. Pemilihan raja Daud merupakan salah satu keteladanan bagi
setiap orang percaya dapat menyakini bahwa setiap orang yang dipilih Tuhan
untuk menjaga dan memelihara umat pilihan Allah.
Keistimewaan sebagai panggilan
seorang pelayan Tuhan atau sebagai Gembala itu merupakan suatu kekhususan dari
Tuhan, tapi dalam perjalanannya tentu tidak selalu mulus dan lancar dengan apa
yang diharapkan. Pelayanan Paulus di jemaat Korintus, Paulus tidak semulus dan
selancar yang diharapkan, karena ternyata dalam kehidupan jemaat Korintus
banyak masalah yang harus ia hadapi oleh karena timbulnya persoalan-persoalan
seperti: keikutsertaan, upacara-upcara keagamaan kafir, penghakiman di depan
orang-orang kafir, pelacuran, masalah etis dan moral, memiliki berbagai macam
karunia, saling menyombongkan diri. Dan keberadaan jemaat Korintus dikenal karena
perpecahan mereka antara berbagai golongan. Oleh karena itu cara hidup jemaat
Korintus banyak menyimpang, sehingga masing-masing membanggakan keunggulan-nya
dan berbuat semaunya tanpa ada aturan. (2 Kor. 4: 8-9).
Pengalaman pelayanan memiliki
keunikan sehingga Paulus menggungkapkan suatu pengalaman rohani yang luar biasa
dalam pelayanannya yaitu walaupun dalam keadaan tekanan ditindas, dianiaya,
dihempaskan, namun dalam keadaan tersebut Paulus tidak terjepit, tidak
sendirian, tidak putus asa. Karena keyakinan iman akan panggilan pelayanannya.
Bagaimana dengan pelayanan
sebagai Gembala Sidang, dalam pengalaman pelayanan akan mengalami tantangan,
mengalami tekanan, kritik, ditolak dan dianiaya, difitnah oleh karena Kristus,
dalam keadaan seperti ini seorang gembala memiliki konsep
perkataan yang sama seperti Paulus(2 Kor. 4:
8-9). Paulus mampu bertahan dalam pelayanan oleh kemurnian hatinya
terhadap keselamatan orang-orang Korintus.
Paulus melihat pada dirinya dan berkata walaupun kami ditindas kami tidak
terjepit, kami habis akal namun kami tidak binasa, Dan akhirnya semua harus
meyakini bahwa Tuhanlah yang dipermuliakan.
Oleh karena itu, yang berhubungan
dengan pelayan Gembala Sidang sekarang benar-benar pahami konsep Paulus dalam
pelayanannya bahwa sejumlah karunia yang Tuhan anugerahkan kepada Paulus.
Paulus menjalankan pelayanannya dengan kemurnian hati untuk membawa jemaat
Korintus kepada Tuhan. dengan demikian Tuhan mempercayakan pelayanan sebagai
gembala dan menganugerahkan sejumlah karunia besar kepada Gembala, tujuannya
membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan sebagai umat pilihan Tuhan dan perlu menjalankan
pelayanan tersebut dengan kemurnian hati, tergantung bagimana dapat
mendefinisikan pelayanan itu sendiri.
Pelayanan
Gembala Berfokus Pada Pemberitaan Injil
Paulus berfokus pada pemberitaan
Injil Kerajaan Surga oleh kesadaran atas panggilan sebagai rasul Kristus
sehingga kesadaran Paulus menunjukkan kerendahan dan nilai pada dirinya tidak
layak namun Tuhan Paulus memilih menjadi rasul-Nya. Respon Paulus terhadap
Panggilan pelayanannya. Erwin Lutzer dalam
bukunya
Pastor To Pastor dapat menjelaskan respon Paulus pada panggilan Tuhan tidak
dapat ditemukan ungkapan yang membuatnya meninggalkan panggilan justru melalui
penderitaan Paulus terdorong terus memberitakan inji, dengan karakter otoritas
Tuhan yang dianugerahkannya. Tujuan utama Paulus terhadap Injil yang
diberitakannya tidak diragukan satupun oleh karena kuasa otoritas Allah yang
memampukan. Paulus dalam memberitakan Injil sebenarnya menghadapi banyak
pertentangan dengan orang-orang Korinus namun fokus Paulus dapat membuat Paulus
terus semangat dalam injilnya. Kefokusan Paulus dapat diperjelas pelayanannya
yaitu pelayan itu dari siapa dan untuk siapa? Sehingga kefokusan Paulus
menunjuk pada konsisten terhadap panggilan surgawinya.
Kamus Umum Bahasa Indonesia dapat menjelaskan kata fokus, fokus
berarti menfokuskan perhatiannya pada sasaran atau tujuan yang didambakan.
Jadi, untuk menjelaskan kefokusan Paulus hanya pada pemberitaan Injil kerajaan
surga, sehingga fokus Paulus tidak dapat dibantah karena fokus Paulus begitu
jelas. Panggilan tokoh-tokoh dalam Alkitab untuk menyampaikan kabar
keselamatan, dan panggilan sebagai hamba Tuhan, Gembala Sidang, atau Pendeta.
Tuhan mempercayakan pelayanan-Nya untuk berfokus memberitakan Injil kepada
orang-orang yang belum percaya. Injil merupakan suatu kabar yang di bawa oleh
Yesus sendiri ketika Ia datang ke dunia sebagai juru selamat manusia. Ia
menyeruhkan bahwa bertobatlah sebab Kerajaan Surga sudah dekat, ini merupakan
injil yang di bawa oleh Yesus sendiri. Tujuan Yesus yang utama ialah bangsa
Israel harus bertobat dan percaya kepada Yesus yang adalah Mesias dan
juruselamat umat manusia.
Seruan ini terus diperdengarkan
kepada bangsa Israel selama Yesus berada didunia, selama Dia melayani dan
memberitakan Injil kerajaan surga. Kemudian Yesus disalibkan mati lalu pada
hari yang ketiga Ia bangkit, dan sesudah empat puluh hari Ia terangkat kesurga
maka Ia memerintahkan kepada murid-muridnya untuk pergi dan memberitakan Injil
kepada semua suku bangsa, ia berkata pergilah dan jadikanlah seluruh bangsa
murid-Ku, Ia juga berkata bahwa “ketahuilah bahwa aku akan menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:19-20).”
Yesus
tidak hanya melakukan misi untuk menyembuhkan dan mengatasi akibat kekerasan
militer dan penindasan ekonomi Romawi, tetapi juga menghidupkan dan membangun
kembali budaya, spiritual, dan kemampuan komunal rakyat, dalam pelayanan
persembahan-Nya berupa Kerajaan Allah untuk orang Miskin.
Gembala memperhatikan seruan ini
dan pada akhirnya Gembala sadar akan panggilannya dan berfokus kepada tujuan.
Memperhatikan seruannya sebagai bentuk penegasan kepada murid-murid-Nya
bahwa “Aku Senantiasa Menyertai Kamu Sampai Kepada Akhir Zaman.” Oleh karena
itu Injil merupakan menjadi fokus dan sentral bagi seorang Gembala dan
pelayanannya dan harus diberitakan kepada seluruh bangsa. Untuk itu ada
beberapa hal yang perlu di ketahui oleh Gembala. Mengapa Gembala harus
memberikan Injil?
Gembala diharuskan memberitakan
Injil oleh karena Injil adalah kekuatan Allah yang membuat manusia berdosa
menjadi orang benar. Kebenaran dinyatakan bukan dari perbuatan baik, tetapi
dari iman kepada iman. Iman Anak Allah yang ada di dalam setiap orang percaya
menyatakan/menyingkapkan kodrat ilahi. Injil adalah pewahyuan progresif tentang
kodrat ilahi dan anugerah yang Tuhan siapkan untuk Gembala terima dan
memberitakannya. Semakin pewahyuan ini tersingkap kepada Gembala maka Injil
akan semakin berdampak dalam pikiran dan persepsi orang percaya tentang
kehidupan kekristenan. Pada gilirannya, Injil akan membawa setiap orang percaya
kepada transformasi atau pembaharuan sejati sebagai hasil iman orang percaya
terhadap anugerah atau kasih karunia Allah.
Memberitakan injil merupakan misi
dari Tuhan yang tertanam didalam diri Gembala, ketika Yesus terangkat kesurga,
Amanat Agung merupakan Amanat Agung dari Tuhan sendiri karena dalam Amanat
Agung itu banyak orang akan dimenangkan bahkan mereka yang dimenangkan akan
menjadi lebih dari pemenang. Ingat bahwa ketika Yesus memberikan Amanat Agung
kepada murid-murid-Nya.
E. B. Surbakti menjelaskan dalam
bukunya Benarkah Injil Kabar Baik? Mengenai
pelayanan Yesus yang mendunia:
Sejak
awal pelayanan-Nya Yesus langsung menggagas misi pelayanan yang mendunia dan
mengambil alih tanggun jawab dosa manusia. Sesuatu yang pada mulanya sulit
dimengerti oleh para murid yang pemahaman geografinya terbatas. Namun Yesus
mencelikan mata mereka, bahwa bagian terbesar komonitas umat manusia yang perlu
mendengar berita injil justru berada diluar Israel . Yesus berkata.” Jadikanlah
semua bangsa murid-Ku,” kata-Nya kepada para murid yang sebagian masih diliputi
rasa takut dan kebingungan (Mat. 28:19). Pemahaman ini memberikan makna bahwa
gereja haruslah menghadirkan sosok Yesus yang menyatu dengan situasi dan
kondisi lokal, bukan sosok asing yang sulit dipahami oleh penalaran lokal.
Ia tidak hanya berkata bahwa
pergi dan memberitakan injil, namun memuridkan mereka yang sudah menerima
injil, oleh karena itu benar apa yang di katakan bahwa tuian memang banyak
namun pengerjanya sedikit, berapa banyak orang sudah percaya namun tidak pernah
diajar untuk lebih mengenal firman Tuhan. Sayang sekali kalau hal tersebut di
biarkan, berapa banyak gereja sudah ada namun tidak ada gembalanya, berapa
banyak desa-desa yang sudah menjadi percaya namun tidak ada yang menjadi guru
injil. Setiap orang yang dipanggilnya harus menjadi pelayan yang setia dan
memuridkan umat yang sudah diselamatkan.
Seperti yang telah dikatakan sebelummnya
mengapa injil fokus pemberitaan oleh seorang Gembala karena injil merupakan
Amanat Agung, perintah nyata yang diturunkan oleh Tuhan sendiri. Oleh karena
itu seorang Gembala harus mengetahui dengan benar “Yesus memberikan kesempatan
yang paling mulia kepada setiap Gembala agar Gembala fokus memberitakan Injil,
karena Injil di beritakan maka seorang Gembala sedang memindahkan jiwa-jiwa
yang
binasa oleh pekerjaan ilah zaman
ini. Oleh karena itu tugas sebagai seorang gembala berfokus pada pemberitaan injil
untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang binasa oleh karena pekerjaan ilah zaman ini
yaitu, pekerjaan iblis.
Pelayanan
Gembala Bersandar Pada Allah
Pelayanan Paulus dapat di akui
sebagai seorang yang bersandar penuh pada otoritas Allah dalam memberitakan
Injil kepada orang-orang Yunani bahkan orang Yahudi. Paulus berfokus pada injil
dan melayani jemaatt Allah yang ada di Korintus. Demi injil Paulus bersandar
penuh atas tuntunan Allah dan otoritas kuasa Allah, dalam melayani orang-orang
Korintus Paulus tidak mampu atas tuntutan-tuntutan yang menyeleweng terhadap
injil Paulus.
Namun, Paulus memiliki iman yang
tulus tanpa bersyarat, dalam pergumulan menangani orang-orang Korintus ia
selalu bercermin pada pergumulan Tuhan Yesus ketika Tuhan Yesus berada di zaman
Getsemani. Ternyata Kristus juga pernah bergumul. Ia memohon kepada Bapa-Nya:
Ya Bapa-Ku.” Tuhan Yesus Kristus Berdoa agar penderitaan dan salib kalau boleh
berlalu dari hidup-Nya. Namun, permohonan Kristus sampai tiga kali itu tetap
ditolak oleh Bapa-Nya. Allah menghendaki agar Yesus Kristus harus minum dari
piala penderitaan dan mengalami kematian di atas kayu salib supaya kehendak-Nya
dapat dinyatakan melalui penderitaan Kristus dan penyaliban Kristus.
Konsep Paulus dengan penderitaan
dan pergumulan Yesus selama berada di bumi, Paulus meyakini bahwa ia harus
mengalami hal yang sama dengan tubuh yang fana, sehingga bagi rasul Paulus, doa
yang tidak dikabulkan Allah, disadarinya agar ia jangan sampai terpancing untuk
meninggikan diri. Hal ini dapat dimengerti bahwa orang sekaliber rasul Paulus,
yang dikaruniai potensi tanpa batas oleh Allah, tentu dengan mudah terpancing
untuk memegahkan diri. Namun didalam pelayanan Paulus tidak ditemukan
kesombongan hati bahkan membanggakan diri karena berbagai karunia yang
dimilikinya. Oleh karena itu dalam kenyataan pelayanan hamba-hamba Tuhan yang
dikaruniai khusus sering terpeleset dalam kesombongan rohani! Apabila rasul
Paulus yang telah diberi karunia untuk mengalami kehidupan sorgawi secara
rohani. Pengalaman ekstase ini dapat saja mengodanya untuk menyombongkan diri
secara rohani pula. Ternyata penyakit ”penyakit duri dalam daging” rasul Paulus
dimaksudkan sebagai rem pengendali yang mengajaknya untuk senantiasa bersandar
pada kasih karunia Allah. Sehingga seluruh pelayanan pemberitaan injil, rasul
Paulus tidak bersandar pada kekuatan dan hikmat manusiawi.
Ronald W. Leigh, memiliki Kutipan
yang menarik dalam bukunya Melayani
Dengan Efektif. Pelayanan Gembala Bersandar penuh pada tuntunan Roh kudus
dan Allah
Bersandar
pada tuntunan Roh Kudus Dan Allah, dapat dibandingkan dengan layar pada sebuah
perahu, pantai yang jauh itu bagaikan tujuan untuk menjadi seperti Kristus, dan
gerakan menyeberangi lautnya merupakan pertumbuhan rohani. Bila layarnya
berkembang penuh, perkembangan bertahap akan terjadi selama si pelautnya tetap
tekun dan menjalankan tugasnya. Ia takkan memperoleh pujian karena tiupan
angin, tetapi ia akan melakukan bagian tugas supaya ia bisa memanfaatkan tenaga
angin itu.
Rasul Paulus memberikan keteladanannya
kepada gembala, yaitu bahwa “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati gembala
oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada gembala” (Rm 5:5) dan berseru:
”sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus
adalah Allah yang telah mengurapi, memateraikan tanda milik-Nya atas gembala
dan memberikan Roh Kudus tanpa batas di dalam hati gembala sebagai jaminan dari
semua yang telah disediakn untuk gembala (2 Kor. 1:21-22).
Yohanes B. Mulyono menjelaskan
dalam bukunya Firman Hidup mengenai
panggilan Yeremia dan tujuan Allah dalam hidup Yeremia.
Allah
berfirman, “Aku telah mengenal engkau dan telah menetapkan engkau menjadi nabi
bagi bangsa-bangsa,” maksunya adalah pilihan-Nya tidak salah. Pilihan Allah
atas Nabi Yeremia merupakan tidaklah salah. Pilihan Allah atas Nabi Yeremia
merupakan hasil pemilihan yang matang, bukan menurut ukuran manusia atau dunia,
tetapi menurut Allah sendiri. Ini berarti panggilan dan pengutusan Allah
bukanlah didasarkan pada kematangan fisik dan kedalaman pengalaman mansuia.
Sebab panggilan Allah terhadap Yeremia dilakukan ketika Yeremia masih
mudah-belia, dan panggilan sebagai Nabi ditentukan oleh kebebasan inisiatif dan
kasih karunia Allah.
Berdasarkan pengalaman pelayanan
Paulus yang bergantung penuh pada otoritas kuasa Allah sehingga seorang Gembala
perlu bersandar pada tuntunan Roh Kudus dan Allah, (2 Kor. 4:7). Oleh karena
gembala sering kali di umpamakan sebagai bejana tanah liat. Gembala mengalami
putus asa, kecewa, tidak diindahkan orang, dianiaya, gembala perlu bersandar
pada kehendak dan otoritas kuasa Allah sebab Allah sebagai Sang Penjunan akan
memungut Gembala kembali dan membentuk seluruhnya.
Chritian. De Jonge, dalam buknya Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja
menjelaskan tujuan Allah terhadap umat ciptaan-Nta
Tuhan
membuat bejana dari tanah liat sedemikian rupa lalu Dia hembuskan nafas-Nya
yang menghidupkan sehingga memiliki nyawa, memiliki jiwa dan roh, didalamnya
Tuhan menaruhkan kekayaan dan kemuliaan-Nya. (2 Kor. 4:3) ”Jika Injil yang kami
beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup bagi mereka, yang akan binasa.”
Gembala diumpamakan bejana tanah
liat yang dipilih Tuhan untuk dipakai Tuhan. Gembala seperti bejana yang
terbuat dari tanah liat didalam tangan Tuhan. Didalam kegagalan-kegagalan
Gembala. Tuhan akan membentuk Gembala ulang menjadi keajaiban dan kesaksian.
Gembala adalah menyambung lidah Allah dan dipilih Allah untuk tujuan-Nya.
Gembala adalah pasukan Tuhan yang
perkasa. Gembala mungkin merasa
tidak mampu melakukan suatu tugas walaupun demikian Gembala perlu memahami
bahwa Tuhan memperbaharui diri seorang Gembala untuk tujuan-Nya, yang
terpenting Gembala dalam tugas dan tanggun jawab ialah lakukan tugas sebagai
Gembala sampai garis akhir . Dalam sebuah pelayanan Gembala perlu memiliki hati
sebagai seorang hamba. Orang yang berhati hamba selalu siap untuk menjalankan
perintah tuannya. Seorang berhati hamba tidak memusingkan dirinya tetapi
berfokus pada tujuan yang dipercayakan. Pada saat hamba melakukan perintah
tuannya dia tidak perlu kuatir karena tuannya akan memperlengkapinya.
Jadi, Melayani Tuhan memiliki
kecintaan terhadap panggilan pelayanan oleh karena kecintaan terhadap panggilan
membuat seorang gembala mempercayakan segala bentuk penderitaan kepada Tuhan
dan tidak membuatnya putus asa tetapi semakin banyak persoalan hidup semakin
mencintai Tuhan. Imam Al-Ghazali dalam bukunya The Power of Love menuliskan.
Kesempurnaan
cinta kepada Allah adalah mencintai dengan sepenuh hati. Selama melirik kepada
selain Allah, ruang hati seorang akan terganggu oleh selain-Nya. Seukuran
ketergantungan hati oleh selain Allah, seukuran itulah pula berkurangnya
kecintaan seseorang. Seukuran jumlah air yang tersisa didalam bejana, seukuran
itu pula kadar cuka berkurang. Jadi, mencintai Allah harus utuh dan sepenuh
hati.
Pelayanan gembala memiliki sikap
sama seperti Paulus yaitu kesempurnaan cinta atau berfokus terhadap tugas
pelayanan. Fokus terhadap pelayanan adalah wujud dari kecintaan kepada Allah.
Kecintaan terhadap tugas pelayanan akan membuat gembala terus termotifasi
memberitakan injil. Walaupun didalamnya banyak kegagalan yang dihadapi namun
kecintaan terhadap Allah sikap sepenuh hati dan bergantung penuh kepada Allah
membuatnya fokus memberitakan injil sekalipun banyak pertentangan membuat
gembala menyerah tetapi “harta rohani/sorgawi (2 Kor. 4:7), membuat gembala
mampu, karena didalam pelayanan bukan gembala memberitakan diri gembala tetapi
Tuhanlah yang diberitakannya, “bukan kami yang kami beritakan tetapi Kristus
yang adalah Anak Allah. Dengan demikian gembala tetap fokus memberitakan injil,
sekalipun banyak pencobaan yang di alami namun Kristus disurga memberikan
kesanggupan.
Pelayanan Gembala Miliki Roh Iman
Yang Sama Seperti Paulus
Memiliki Roh Iman yang sama, dalam konsep Paulus ialah
mengajak setiap orang percaya untuk melibatkan diri dalam memberitakan injil
kerajaan surga. Dengan ungkapan yang mengajak ini dalam Kisah Para Rasul
berulang-ulang menjelaskan bahwa Roh Kuduslah, Roh Allah, Roh Kristus yang mendorong,
yang memberikan kuasa kepada manusia untuk memberitakan Injil kerajaan surga
(Kish. 2:4; 4:31; 10:45-46; 19:6).
Paulus dapat menjelaskan bahwa Tuhan Yesus Sebelum naik ke
surga, Yesus Kristus memberitahukan murid-murid-Nya tentang Roh Kudus yang akan
diutus untuk melakukan tugas-tugas khusus. Tugas-tugas Roh Kudus demikian
jelasnya. Kuasa doa dalam tugas-tugas penginjilan, penggembalaan, dan
tugas-tugas pelayanan praktis lainnya tidak dapat disangkal lagi. Bahwa Alkitab
banyak sekali memberikan contoh-contoh kuasa doa yang berdasarkan iman.
Kebanyakan para gembala dan pelayan Tuhan juga menyadari peran Roh Kudus dalam
hidup mereka. Gembala tahu dan yakin, bahwa Roh Kudus membantu melahirkan
gereja, menasihati, membimbing, memberi kuasa, keberanian, dan lain-lainnya.
Kamus Umum Bahasa
Indonesia kata ‘sama’ dapat dijelaskan ”sesuatu yang serupa, tidak berbeda,
tidak berlainan.”
Oleh karena itu untuk memahami Gembala miliki Roh Iman yang sama, yang berarti
Roh gembala sama seperti Paulus, “Paulus percaya sehingga dapat berkata-kata,”
dalam memberitakan Injil Kerajaan Surga. Paulus dapat mencantumkan (
Rm. 12:3-8) karunia rohani berikut ini: nubuat,
melayani, mengajar, menasihati, membagi-bagikan sesuatu, memimpin, dan
menunjukkan kemurahan. (1 Kor. 12:8-11) mencantumkan karunia Roh. Kata-kata
hikmat, berkata-kata dengan pengetahuan, melakukan mujizat, nubuat, membedakan
bermacam-macam Roh, berbahasa Roh dan menafsirkan bahasa Roh. Daftar yang
ketiga (Ef. 4:10-12) yang berbicara
mengenai Allah memberikan gereja-Nya para rasul, nabi, pekabar Injil, Gembala,
dan pengajar.
Munurut Santo Paulus Membangun Gereja menjadi ”Satu Tubuh”
yang dikutif oleh Aloysius Soenarto dalam bukunya Katakese Bagi Calon Krisma.
Gereja adalah tubuh Kristus (1 Kor.
12:27). Yang menjadikan Gereja sebagai tubuh Kristus adalah Roh Kudus, yaitu
Roh Kristus, karena karunia Roh Kudus itulah orang percaya beraneka ragam ini
dipersatukan menjadi satu tubuh (1 Kor. 12:12,13).
Gereja menjadi tubuh Kristus berkat karunia
Roh Kudus. Tubuh Kristus terdiri dari anggota-anggota yang tidak secara
otomatis sudah sempurna. Setiap anggota adalah orang-orang yang pernah berdosa
(1 Yoh. 1:18). Meskipun semua orang telah dilahirkan kembali sebagai
orang-orang merdeka (Gal. 5:15) untuk memilih Kristus, namun semua orang
mengakui sebagai orang lemah, setiap saat ditarik kepada keinginan daging.
Maka, tubuh Kristus. Untuk itu, setiap anggota diikutsertakan secara aktif
dalam membangun Gereja Kristus dengan karunia Roh Kudus, untuk itu setiap
anggota mendapat tanggun jawab untuk mengambil bagian dalam pembangunan tubuh
Kristus ini menurut kemampuan masing-masing.
Karunia roh diberikan oleh Roh
Kudus untuk membangun gereja Kristus. Semua orang Kristen memiliki perang aktif
dalam perluasan injil Kristus. Semua dipanggil dan diperlengkapi untuk
mengambil bagian dalam “pekerjaan penyebaran Injil” (Ef. 4:12).
Dalam
1 Korintus (9:6) Paulus menjelaskan kepada jemaat, bahwa ia sama sekali tidak
mempunyai alasan untuk membanggakan diri kalau ia memberitakan Injil. Sebab hal
itu ia lakukan bukan karena ”semaunya
sendiri” (17), tetapi karena ia “dipaksa” (16). Ia katakan: Aku diharuskan,
diwajibkan (“anengke”) untuk berbuat demikian. Sebab celakalah aku, kalau aku
tidak memberitakan injil. Motif dan dorongan pemberitaan Paulus tidak timbul
dari diri sendiri karena iman yang kuat, kasihnya yang besar dan hidup
kerohaniannya yang tidak tercatat tetapi datang dari luar, dari Allah. Ialah,
yaitu kasih-Nya yang telah mendorong dan memaksa Paulus untuk berbuat demikian.
Hal berlaku juga bagi orang-orang yang memberitakan Injil.
Memberitakan menjadi tugas
yang utama para pemimpin gereja untuk menolong membangun para orang kudus
sehingga mereka dapat diperlengkapi lebih lanjut untuk pelayanan yang sesuai
dengan panggilan Allah kepada mereka. Allah berkehendak gereja sebagai kesatuan
dapat bertumbuh, diperkuat oleh kombinasi dari setiap anggota tubuh. (Ef.
4:11)
, “
Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memberitakan injil kerajaan sorga.”
Allah menganugerahkan segala potensi tanpa batas bagi
gembala-gembala untuk meberitakan Injil, memperlengkapi orang-orang Kudus, dan
membangun tubuh Kristus dalam jemaat. Lihat pada kehidupan dan pelayanan Paulus
memiliki karunia tanpa batas namun itu bukan dari diri Paulus tetapi kehendak
Allah harus diwujudkan melalui pelayanan Paulus, sehingga bagi Gembala perlu
menyadari bahwa gembala memiliki Roh iman yang sama seperti Paulus untuk
membangun tubuh Kristus melalui pemberitaan Injil kerajaan surga.
A Noordgraaf, Orientasi
Diakonia Gereja: Teologi Dalam Perspektif Reformasi (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004), 5.