KAJIAN BIBLIKA TENTANG FRASA HARTA INI KAMI
PUNYAI DALAM BEJANA TANAH LIAT BERDASARKAN 2 KORINTUS 4:1-15 DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM PELAYANAN GEMBALA
SIDANG MASA KINI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan
Stratum Satu (S1) Program Studi Teologi Kristen Pada
Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar
Oleh
LARIUS TABUNI
NPM. 13102333
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR
Segala pujian, hormat
dan kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena anugerah-Nya,
kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Segala sesuatu yang diperkenankan
terjadi dalam penulisan skripsi ini merupakan bagi yang Tuhan berikan untuk
semakin menyadari akan kedaulatan dan kemahakuasaan Tuhan dan yang utama adalah
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh penulis, agar dapat digunakan
tepat sasaran di dalam pelayanan yang akan datang.
Penulis menyadari
selama proses penulisan skripsi ini banyak tantangan, kendala, dan hambatan
yang dijumpai dalam penyelesainnya. Tetapi dengan pertolongan dan hikmat dari
Allah semua dapat lewati dengan sukacita. Semua proses yang terjadi memampukan
penulis untuk menyadari bahwa karya Allah akan terlihat nyata dalam kehidupan
orang percaya ketika kelakuan perbuatan yang berkenan kepada Allah dan menjadi
berkat bagi sesamanya.
Dalam penulisan skripsi
ini pula penulis sangat menyadari bahwa semua ini dapat diselesaikan tidak
terlepas dari setiap dukungan yang diberikan dari berbagai pihak. Untuk itu,
tidak ada sesuatu yang dapat penulis berikan untuk membalas kebaikan dari semua
pihak, baik berupa dukungan doa, dana, maupun memberi motivasi yang diberikan
bagi penulis hingga karya ilmiah ini dapat selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
Pertama, Pdt. Dr.
Peniel C. D. Maiaweng, sebagai ketua Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar
dan juga pada Program Pascasarjana.
Kedua, Pdt. Robi Panggarra,
M. Th, selaku dosen pembimbing yang selalu mendukung dan menasihati penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Ketiga, Staf dosen yang
telah membimbing dari awal masuk kuliah di STT Jaffray ini sampai puncak
penyusunan skripsi ini.
Keempat, kepada seluruh
karyawan yang bekerja di kampus STT Jaffray yang berjerih lelah bekerja, dan
hal itu dapat memotivasi penulis terus dalam menempuh pendidikan di Stt Jaffray
Makassar ini.
Kelima, Pimpinan
Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar beserta seluruh staf
yang banyak membantu penulis dalam penyediaan buku-buku dan mencari buku-buku
yang penulis butuh baik saat menyelesaikan tugas-tugas kuliah maupun dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Keenam, Oma Nelly
Tuhummury yang selalu menasihati penulis pada awal masuk di STT Jaffray
Makassar ini sehingga penulis terdorong untuk bertahan menyelesaikan kuliah di
Stt Jaffay hingga terselesaikan dengan baik.
Ketujuh, teman-teman
angkatan 2013, yang selalu memberi dorongan berupa SMS, bahkan mengingatkan
yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan kerohanian sehingga penulis diteguhkan
untuk menyelesaikan kuliah di STT Jaffray Makassar dengan baik.
Kedelapan, orang tua
terkasih, yang saya banggakan dan penulis cintai walaupun orang tua tidak
pernah bersama namun penulis percaya bahwa doa ibu selalu membuat penulis kuat
sekalipun banyak hambatan selama kuliah di STT Jaffray Makassar.
Kesembilan, adik-adik
Persekutuan Ekklesia Ministry yang penulis cintai dan penulis banggakan, selama
saya kuliah di STT Jaffray, adik-adik persekutuan menjadi motivasi dorongan
penulis untuk dapat menyelesaikan kuliah
di STT Jaffray tepat pada waktunya.
Kesepuluh, Randy Frank Rouw
adikku yang sangat penulis cintai dan penulis banggakan, selama di STT Jaffray,
Randy menjadi bagian dari keluarga sendiri, dalam memberi dorongan, perhatian,
tawa, penghiburan bahkan mendorong penulis untuk menyusun skripsi Kajian
Biblika.
Kesebelas, Bilung Lut,
Reza Mensis, Hans Kristian, Mekiel Tabuni, Tenius Kum, Ronald Vaderley, pernah
menjadi bagian dari keluarga di Asrama STT Jaffray Makassar.
Ketidua belas, sahabat
dekat, Jeky Sanjaya, Rudolf Ponto, Heri Kimsui Yoktan Liem Vernando, penulis
tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata waktu kalian sediakan buat saya bisa
berada di hidup kalian.
Ketiga belas, Kaka
terkasih beserta keluarga, kakak yang penulis cintai dan banggakan bersama
keluarga, penulis tidak bisa membalas atas kebaikan, dorongan, biaya, serta
segala jerih payah bekerja demi terselesainya pendidikan di STT Jaffray
Makassar.
Keempat belas, Pdt
Yusak beserta keluarga, penulis mengucapkan terimakasih banyak oleh karena
selama saya kuliah di STT Jaffray Makassar tidak pernah penulis temukan Gembala
bisa mempercayakan pelayanan mimbar, tetapi Keluarga Pak Pdt. Yusak sungguh
luar biasa memberikan pengalaman rohani selama penulis menempuh Pendidikan di
STT Jaffray Makassar. Dan selanjutkan seluruh anggota jemaat GSJA yang menjadi
bagian dari keluarga sendiri selama kuliah di STT Jaffray Makassar.
Kelima belas,
Persekutuan Doa Berea yang selalu mendoakan Kampus selain dari itu penulis termasuk
didoakan, oleh karena itu, penulis mengucapkan trima kasih sebanyak-banyaknya.
Keenam belas,
Persekutuan Doa Charistas Ministry yang selalu mendoakan penulis selama kuliah
di STT Jaffray Makassar.
Ketujuh belas,
Persekutuan Trust Sidang setiap hari jumat membuat penulis terus mendapatkan
pengalaman-pengalaman baru di dalam persekutuan ini.
Kedelapan belas,
adik-adik terkasih, tercinta, dan kebanggaan penulis, Ruben Kalolik adik, yang
teguh dengan panggilan, Napier Wenda adik yang, selalu mengajak canda dan tawa,
Yorim Yoman adik yang selalu memberikan senyum yang manis saat penulis keadaan
susah, adik Amon Wenda seorang yang rajin, adik Ason suka canda, tawa, dan sangat
lucu bagi penulis, Stenly Furima adik yang sikap dewasa menjadi teladan buat
penulis, Robert Dabili yang selalu membagi serita hidup, Yaminus Yikwa adik
yang selalu memberikan dorongan selama kuliah di STT Jaffray Makassar, adik
Alson yang selalu menjadi teladan dalam hal memberi dan mengasihi dengan tulus
hati, Wanry sahabat setia, Frengky adik yang selalu memberikan perhatian ketika
penulis dalam keadaan masalah, adik Dartinus Bayage yang selalu menganggu
penulis, dan membuat penulis selalu tertawa, adik Nomin Bagau yang selalu
menjadi teladan buat penulis menunjukan sikap dewasa, adik Agus Penggu menjadi
motivator selama kuliah di STT Jaffray, adik Ian Rumbiak yang selalu memberikan
teladan buat kaka, adik Yakobus Mange, penulis bangga oleh karena penulis
temukan seorang papua yang satu-satunya kreatif, adik Karel Heluga memberikan
penulis teladan seorang yang setia dalam salah satu bidang, sahabat Yosua Kudiai
memberikan motivasi menjadi seorang yang tabah dengan keadaan, Sahabat Tenius Kum
memberikan penulis teladan bagimana tetap tersenyum sekalipun ada di dalam
badai, sahabat Mekiel Tabuni mengajari penulis melalui teladan hidupmu bagimana
mengasihi orang yang melukai, kaka Rian Nussy yang selalu memberikan Perhatian,
kaka Ciko Mote yang memberikan teladan, selalu senyum sekalipun ada dalam
masalah, sahabat Didrex Kayoi yang selalu menjadi penasihat penulis, Kenerson
Murid yang selalu memberikan teladan mengucap syukur dalam segala keadaan, kaka
Naor Maizeni yang selalu tersenyum, kaka Yan Lawiya yang selalu menjadi penguat
penulis selama kuliah di STT Jaffray Makassar, adik Pinus Undou memberikan teladan
sebagai seorang hati Gembala, Asael Wandikbo mengajari penulis belajar
menajemen waktu, Omes Tabuni yang selalu bertanya keadaan penulis, adik Rein
Tabuni memberikan teladan kesetiaan, adik Yosua Tabuni memberikan teladan
kesetiaan, adik Jelo Wiro Selalu mendampingi, Mariana Uneputty adik yang selalu
ulet, Melany Rorimpandey adik yang suka senyum kapan waktu, dan teladan hidupmu
ajari penulis mengasihi Musuh, Naomi Ruth orang selalu semangat, Naomi Addi orang
yang Selalu Semangat, adik Mekina Tabuni adik yang lucu, adik Jesika Pele
selalu optimis, Lois Maniagasi selalu rajin ibadah, Dolince Edoway suka dengar-
dengaran, Adik Grace Pah orang yang lemah lembut, Adik Anive Tabuni mengajari
penulis mengunjungi sahabat-sahabat dengan jalan kaki, adik Angel Patty selalu
semangat.
Kesembilan belas, Kakak
Dese Wetipo yang berjerih lelah menyediakan waktu untuk duduk bersama penulis selama
menyusun skripsi bahkan selama susun tesis di Kampus STT Jaffray Makassar.
Kedua puluh, orang
pernah doakan penulis, sekalipun saya tidak pernah melihat tetapi Tuhan selalu
melihat.
Keduapuluh satu
orang-orang yang pernah saya lukai selama kuliah di STT Jaffray Makassar,
maafkan saya. Dan juga orang-orang yang pernah melukai hati saya, semoga Tuhan
memberikanmu hari depan yang penuh harapan sesuai dengan janji didalam
firman-Nya.
Makassar 22 Juli
20017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................... i
ABSTRAK........................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................................... viii
BAB
I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
Pokok Masalah................................................................................................ 7
Tujuan Penelitian............................................................................................. 7
Manfaat Penelitian........................................................................................... 8
Metodelogi Penelitian...................................................................................... 8
Batasan Penenelitian....................................................................................... 10
Sistematika Penulisan..................................................................................... 10
II.
LATAR BELAKANG KITAB 2
KORINTUS
Latar Belakang Kitab 2 Korintus................................................................... 12
Penulis dan Tahun Penulisan.......................................................................... 14
Penulis................................................................................................... 14
Tahun Penulisan.................................................................................... 15
Penerima Kitab 2 Korintus............................................................................. 16
Tujuan Penulisan Kitab 2 Korintus................................................................. 16
Keunikan Kitab 2 Korintus............................................................................ 17
Struktur Kitab 2 Korintus............................................................................... 19
III.
KAJIAN BIBLIKA TENTANG FRASA HARTA
INI KAMI PUNYAI DALAM BEJANA TANAH LIAT
BERDASARKAN KITAB 2 KORINTUS 4:1-15
Genre Nas 2 Korintus 4:1-15.......................................................................... 21
Latar Belakang Konteks................................................................................. 21
Konteks Sebelum 2 Korintus 3:1-18..................................................... 22
Konteks sesudah 2 Korintus 4:16-18; 5:1-10........................................ 24
Makna Leksikal Bejana Tanah Liat 2 Korintus 4:7........................................ 25
Struktur Teks 2 Korintus 4:1-15..................................................................... 26
Metode Pendekatan Penafsiran...................................................................... 27
Analisis Teks 2 Korintus 4:1-15..................................................................... 27
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat,
Tetapi Oleh Karena Kemurahan Allah Kami Menerima
Pelayanan Ini (4:1).......................................................................................... 27
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat
Tetapi Kami Menyerahkan Diri Kami untuk Dipertimbangkan Oleh Semua Orang Di hadapan
Allah (4:2).................................................... 30
Untuk
Menolak Segala Perbuatan yang
Tersembunyi (4:2a)................ 31
Untuk
Menyatakan Kebenaran Allah (4:2b).................................. ....... 34
Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat yang Dipilih untuk Memberitakan Ini Injil Terhadap (4:3-6) 36
Orang-Orang
yang Tidak Percaya
(4:4a)............................................... 37
Pikiran yang Telah
Dibutakan Oleh Ilah
Zaman Ini (4:4b)................... 39
Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat, Namun Kuasa Yang Melimpah- Limpah
Itu Berasal Dari Allah (4:7-12) 42
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat, Namun Kami Miliki Roh Iman Sama
(4:13-15) 45
IV.
MAKNA HARTA DALAM BEJANA TANAH
LIAT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PELAYANAN GEMBALA SIDANG MASA KINI
Pelayanan Gembala Sebagai
Kemurahan Allah.............................................. 47
Pelayanan Gembala Dalam Kemurnian Hati.................................................. 52
Pelayanan Gembala Berfokus Pada Pemberitaan Injil................................... 57
Pelayanan Gembala Bersandar Pada Allah.................................................... 61
Pelayanan Gembala Memiliki Roh Iman yang Sama Seperti Paulus...... ....... 65
V.
KESIMPULAN
Kesimpulan..................................................................................................... 68
Saran-Saran..................................................................................................... 69
KEPUSTAKAAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Pelayanan Paulus di
jemaat Korintus merupakan salah satu jemaat yang merepotkan dirinya karena
ketidakstabilan kerohanian dalam jemaat. Kehidupan jemaat tidak sesuai dengan
apa yang diajarkan firman Tuhan. Untuk memahami surat 2 Korintus 4:1-15 ada
kata kunci dari ajaran Paulus dalam pelayanannya yaitu: ”Kami Punyai Harta Ini Dalam Bejana Tanah Liat (2 Kor. 4:7).” Ayat
ini merupakan penjelasan penderitaan dan kelemahan tubuh manusia dengan
kemenangan pesan yang mereka sampaikan dalam
menangani masalah-masalah di Korintus.[1]
Alasan Paulus (2 Kor. 4:7-13), adalah ia menderita dengan
Yesus sehingga ia dapat mengalami kebangkitan hidup dengan Yesus. Di sini
Paulus menjelaskan mengenai (2 Korintus. 4: 13-18).
Warren W. Wiersbe mengutip
dalam bukunya (Be Encourage mengenai 2
Corinthians) mengenai (2 Kor 4:7) “Kami
miliki harta ini dalam bejana tanah liat”.
Dalam salah satu
kata yang digunakan Paulus dalam pelayanan mengenai bejana tanah liat yang
paling menarik dalam surat 2 Korintus 4:7, ialah Ia menjelaskan bahwa bejana
tanah liat adalah nilai kerendahan diri Paulus dalam pelayanannya, Paulus
melihat pada diri sebagai seorang rendahan, atau bejana tanah liat yang mudah rapuh
tetapi Tuhan memilih bejana tanah liat yang mudah rapuh itu untuk bekerja
bagi-Nya.[2]
Meskipun dalam
pelayanan Paulus dituntut nyawa sendiri namun Paulus menyakini bahwa Tuhan
menyelamatkan dia dari keputusasaan dan kehancuran. Sebagaimana penderitaan
bagaikan penderitaan Kristus. Penderitaan yang berulang ulang di alaminya bukti
dari kuasa kebangkitan Tuhan (2 Kor. 4:10-11; 2 Kor. 1:9-10). Kuasa itu
dinyatakan saat Paulus putus asa menghadapi penderitaan dan perlawanan
musuhnya. Iman akan kuasa Tuhan membuat Paulus tidak diam tetapi dia berkata-kata
atas keyakinannya (2 Kor. 4:13).[3]
Pengalaman-pengalaman
Paulus dapat menguatkan jemaat di Korintus, supaya kebangkitan Kristus yang
telah dia alami akan membangkitkan juga orang percaya di Korintus. Maka
penderitaan yang Paulus alami akan berujung pada kemuliaan Allah (2 Kor.
4:14-15). Menjelaskan Mazmur 116:10 Paulus mengemukakan alasan mengapa ia
berbicara. Ayat ini secara mutlak mengajarkan bahwa Roh Kudus merupakan sumber
dari iman. Alkitab dan kesaksian. Kata kami memang cocok: Paulus seperti Daud;
percaya sehingga berkata-kata; kedua ungkapan ini dipersatukan di dalam iman.
(Ibr. 11:39, 40).[4]
Paulus bertekun karena
Kristus telah bangkit. Kami melihat kuasa Kristus diwujudkan dalam pelayanan
Paulus (2 Kor. 6: 9-10). Meskipun Paulus
menghadapi tekanan dari berbagai kritikan, melalui mata imannya dapat melihat
bagaimana Kristus di surga memperbaharui dirinya dalam hati dari hari ke hari
(2 Kor. 4:16). Kehidupan Kristus dinyatakan di dalam dia adalah pembaharuan
batinnya, kuasa kebangkitan Kristus mengubah dia.[5]
John MacArthur, memiliki
cacatatan yang menarik dalam bukunya (Kitab Kepemimpinan), mengenai bejana
tanah liat.
Bejana adalah wadah sekali pakai dari dunia
kuno, sehingga masa hidup mereka pada umumnya beberapa tahun yang paling
beruntung. Bejana digunakan untuk menyimpan dan mengangkut air dan minyak
zaitun dan anggur dan biji-bijian dan bahkan menyimpang harta kekayaan. Gerabah
bejana adalah bagian dari anonim untuk hidup sehari-hari karena mereka
mengunakan untuk memasak makanan dan pakai minum dan menyimpan sisa makanan. Setiap
bagian penggalian arkeologi domestik mengandung sisa-sisa, tidak ada yang
mencatat guci tanah liat lebih daripada wadah makanan lain. dipakai hanya untuk
kenyamanan. Barang tersebut murah dan mudah
pecah. Dengan demikian, guci tanah liat menjelaskan kelemahan tubuh
manusia. Seperti guci tanah liat manusia adalah makluk yang lemah, manusia yang
fana. 2 Kor. 4:7 dalam Kelemahan tubuh manusia Tuhan mentransfer kuasa-Nya
untuk memberitakan Injil).[6]
Evelyn menuliskan 2 Korintus 4: 7, Kami punyai harta ini dalam bejana tanah menunjukkan bahwa kekuatan ini dari
Allah dan bukan dari kami sehingga semua
pelayanan yang dilakukakan Paulus bersama dengan kawan-kawannya memiliki
kekuatan dalam pelayanan untuk menunjukkan kekuatan Allah yang dapat menolong
mereka dalam pelayanan.[7]
Untuk memahami kata
yang digunakan (2 Kor. 4:7) ”harta
karun” namun yang mungkin telah ditetapkan yang terkandung dalam
makna tanah liat yang rapuh, nyawa
manusia yang lemah ini dapat
menjelaskan bahwa Allah
mendemonstrasikan diri melalui ciptaan-Nya. Bagian ini berhubungan terutama dengan pengajaran Paulus pada penderitaan kerasulannya. Yang
berkata:
Tetapi kami memiliki harta ini dalam bejana tanah liat, sehingga mungkin jelas bahwa kekuatan ini dari Allah dan tidak datang dari kami. Kami menderita dalam segala hal; namun tidak terjepit, bingung; namun
tidak putus asa, dianiaya; namun tidak ditinggalkan, dihempaskan, namun tidak binasa. Kematian Yesus selalu membawa kedalam tubuh kami, sehingga kehidupan Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami. Untuk sementara kami hidup, kami terus memberitakan Injil
tentang Yesus sampai mati demi Yesus, sehingga kehidupan Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana
yang bekerja di dalam kami, dan kami hidup giat maut didalam kamu.[8]
Kami memiliki roh iman yang sama yang sesuai dengan Kitab Suci, kami percaya, oleh karena itu kami berkata-kata, karena kami tahu bahwa orang yang membangkitkan Tuhan Yesus, akan
membangkitkan kami juga dengan Yesus, dan akan membawa kami dengan kamu ke dalam kehadirannya. Semuanya demi kamu, sehingga kasih karunia itu
meluas ke lebih banyak orang dan ucapan
syukur bertambah untuk kemuliaan
Allah (2 Kor.
4:7-15).[9]
Dengan menggunakannya kata ”kami” bagian ini, Paulus membedakan dirinya dari
orang-orang Korintus. ”Kami” juga mungkin termasuk para rasul lainnya
umumnya atau setidaknya rasul Paulus dengan rekan kerja (Timotius dan Titus),
(2 Kor. 4:13) terjadi di tengah-tengah pertahanan Paulus terhadap
berbagai kritik. Beberapa orang rupanya menuduh Paulus sebagai seorang yang
tidak tulus (2
Kor. 2:17), mereka berusaha menjatuhkannya (2 Kor. 3:1), bahwa ia tidak kompeten (2
Kor. 3: 5), ia tidak jelas dalam
ajarannya (2 Kor. 4:
3), dan tujuan
semua kritik untuk membatalkan Paulus
sebagai utusan
yang dipilih Allah (2 Kor. 1: 3-11; 4:7-15; 6:4).[10]
Donald Guthrie
mengomentari: Korintus 4:7,
Penjelasan
bejana tanah liat di sini mulai berubah. harta adalah ”Pengetahuan tentang
kemuliaan Allah” yang dimiliki Paulus. Jadi, Paulus, dengan nada kerendahan
hati yang mendalam, ”bersama kami.” memiliki harta yang tak ternilai. Bagian
ini adalah instruktif, yang menunjukkan bahwa kelemahan tubuh. ”sehingga,”
katanya; ”kami mengakui semua yang dikatakan pada nilai benda yaitu nilai pada bejana
itu, nilai benda atau bejana itu adalah diri kami namun orang-orang dapat
melihat kekuatan yang berasal dari
Allah, dan bukan dari diri kami sendiri.” Kata-kata yang mengikuti, kontras
penderitaan dan kelemahan tubuh dengan berbagai cara di mana mereka menanggun
melalui anugerah penguatan Allah, menunjukkan urutan yang mendasari pemikiran.[11]
Paulus memberitakan di
hadapan Allah, artinya, di hadapan dia yang satu-satunya dapat menyatuhkan
penilaian terakhir terhadap pelayanannya (2 Kor. 1:7; 5:1). Paulus tahu, tidak
semua menerima kebenaran itu. Itu tidak berarti bahwa pesannya itu tidak jelas.
Bukan pula karena Paulus tidak dapat mengungkapkan dirinya sederhana dan jelas
(meskipun orang-orang pada zamannya kadang-kadang merasa bahwa Paulus sulit di
pahami (1 Pet. 3:16), atau karena ia tidak mempunyai kemampuan dalam berbicara
yang mudah di pahami dan penampilan fisik yang mengesankan (2 Kor. 10:10;
11:6). Tidak, bila Injil Paulus tetap terselubung atau tidak dipahami (2 Kor.
3:15), kesalahannya terletak pada diri para pendengar yang akan binasa karena
mereka tetap tidak mau percaya (2 Kor. 2:15; 1 Kor. 1:18).
Paulus ingin menunjukkan
bahwa tujuan mereka kepada
Allah. Juga,
dari bagian ini, kita menemukan bahwa Paulus menderita karena memproklamasikan Injil. Fakta ini dapat diperjelas oleh deskripsi kiasan Paulus dari penderitaan sebagai kematian
Tuhan Yesus membawa dalam tubuh
sendiri (2 Kor. 4:10).[12]
Paulus melihat penderitaan sebagai gambaran, dalam arti, kematian Yesus. Ketika Rasul menderita
dalam pemberitaan Injil,
ia mengenakan ”penderitaan Yesus” sebagai hasil dari gambaran hidup, melalui pengalaman
Paulus dari ”kematian” oleh penderitaan diulang, ia memberikan ”kehidupan Yesus” (keselamatan).[13]
Claude Marshall mengambil pandangan yang sama dari (2 Kor. 4:7), berkomentar: kerasulan adalah memanifestasikan duniawi dari Injil, dan penderitaan kerasulan memainkan bagian ini adalah pencerahan dalam bentuk memperluas pengorbanan Kristus. Teks berulang akan menolong penafsiran ini, seperti pada konteks umum, yang memusatkan penyabaran Injil (2 Kor. 4: 2-5,13).[14]
Christopher, W, Morgan
and Robert A. Peterson,
dapat
menjelaskan bahwa dalam memproklamasikan
Injil, Tuhan bekerja melalui pengalaman penderitaan orang percaya. Allah
membentang jiwa untuk tumbuh menjadi sesuatu yang lebih kuat dan lebih baik. air
mata penderitaan tertentu membangun aspek baru untuk hidup lebih setia, Meskipun
Allah dapat membawa hal yang tidak menyenangkan dari pengalaman- pengalaman itu
sendiri.[15]
Penderitaan mendorong
pertumbuhan rohani pada tingkat yang lebih dalam dan Penulis kitab Ibrani dapat
menjelaskan tentang penderitaan Yesus. Yesus menjadi sempurna dalam penderitaan
dan membawa banyak orang kepada kemuliaan, sehingga Penderitaan memainkan
perang penting dalam kehidupan dan pelayanan orang percaya sehingga dari segi
penderitaan dan airmata Paulus sebenarnya Yesus sendiri yang memainkan perang
dalam pelayanan Paulus.[16]
Kehidupan Kristus
dinyatakan di dalam pelayanannya adalah pembaharuan batinnya, dan mendapatkan
kekuatan kebangkitan Kristus yang meneguhkan dia (2 Kor. 4:12b). Pekerjaan
Kristus dengan kuasa kebangkitan-Nya
yang menyelubungi kerasulan Paulus, dia terlihat luar biasa sesaat
penderitaan yang sedang mempersiapkan untuk
kemuliaan yang kekal (2 Kor.
4:17). Dengan memperhatikan latarbelakang dia atas maka penulis tertarik untuk
menulis SKRIPSI Kajian Biblika dengan Judul: KAJIAN BIBLIKA TENTANG FRASA HARTA INI KAMI PUNYAI DALAM BEJANA TANAH
LIAT BERDASARKAN 2 KORINTUS 4:1-15 DAN IMPLEMENTASI DALAM PELAYANAN GEMBALA
SIDANG MASA KINI.
Masalah
Pokok
Dengan memperhatikan
latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini
adalah.
Pertama, apa makna pengajaran rasul
Paulus tentang “Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat Berdasarkan 2
Korintus 4:1-15”?
Kedua, bagaimana mengimplementasikan
“Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat” dalam pelayanan Gembala Sidang
masa kini?
Tujuan
Penelitian
Penulisan skripsi ini
bertujuan:
Pertama,
untuk menjelaskan makna pengajaran Paulus tentang “Harta Ini Kami Punyai Dalam
Bejana Tanah Liat Berdasarkan 2 Korintus 4:1-15.”
Kedua,
mengimplementasikan “Frasa Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat” dalam
pelayanan Gembala Sidang Masa kini.
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat
penulisan dalam kajian biblika ini adalah sebagai berikut:
Pertama,
untuk dijadikan pedoman bagi Pelayanan Gembala Sidang agar dapat mengatasi
tantangan, dan persoalan dalam pelayanan.
Kedua,
sebagai bahan masukan bagi pelayanan Gembala Sidang yang sedang menghadapi
tantangan, atau persoalan dalam pelayanan.
Ketiga,
untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam mencapai gelar Sarjana
Teologi di Sekolah Tinggi Filsafat Theologia Jaffray Makassar.
Metodelogi
Penelitian
Dalam penulisan skripsi
ini penulis mengunakan pola pendekatan kualitatif, pola pendekatan kualitatif
adalah meneliti bahasa dan tafsiran Alkitab.[17] Oleh
karena itu, penelitian kualitatif ini akan digunakan penulis untuk mengetahui
bahasa tafsiran Alkitab. Dengan mengunakan kerangka penafsiran Hermeneutik.
Menurut Hasan Sutanto, “kerangka penafsiran Hermeneutik merupakan disiplin
yang memikirkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan hukum-hukum yang dipakai
secara universal untuk memahami dan menetapkan naskah Alkitab sesuai maksud
penulis Alkitab.”[18] Osborne dapat menjelaskan bahwa “tujuan
dari hermeneutika sebenarnya sederhana yaitu untuk menemukan maksud dari
penulis.”[19] Jadi, kerangka penafsiran Hermeneutik bertujuan
untuk mencari pengertian atau makna pengajaran yang merujuk pada teks Alkitab.
Kata Hermeneutik
(Bahasa Inggris), atau Hermeneutika berasal dari kata Yunani, ερηνενω, yang
berarti menginterpretasikan, menjelaskan, atau menterjemahkan suatu bagian
Alkitab.[20]
Selain dari itu penulis mengkritik teks untuk menyelidiki bahasa penafsiran
Alkitab yang sesuai dengan penulis maksudkan. Andreas Subagyo menjelaskan dalam
bukunya Pengantar Riset Kuantitatif dan
Kualitatif. Kritik teks merupakan istilah umum menunjuk pada analisis ayat-ayat Alkitab atau semua
metodologi yang diterapkan untuk menyelidiki teks Alkitab.[21]
Kritik teks bagian dari
ilmu yang berupaya menyusun dan menetapkan kembali teks asli Alkitab.
Prosedurnya meliputi penyusunan kembali sejarah pemindahan dan penilaian dari
nilai relatif naskah-naskah.[22] Oleh
karena itu Penulis tertarik mengunakan pola pendekatan kualitatif dengan kritik
struktur teks yang lebih dekat dengan deskrispi suatu bagian teks yang penulis
kitab maksudkan untuk mendapatkan penjelasan pengajaran Paulus.
Pola Pendekatan ini
yang akan digunakan oleh penulis untuk mendapatkan pengertian Pengajaran Paulus
berdasarkan surat 2 Korintus 4:1-15 tentang “Tentang Frasa Harta Ini Kami
Punyai Dalam Bejana Tanah Liat.” Dengan mengunakan buku-buku dan jurnal
internet yang berhubungan dengan judul yang di angkat penulis untuk menemukan
makna pengajaran Paulus dan mengimplementasikannya dalam pelayanan Gembala
Sidang pada masa kini.
Batasan
Penelitian
Dalam penulisan skripsi
ini Penulis memberikan batasan “Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah
Liat berdasarkan 2 Korinrus 4:1-15.” Dan
mengimplementasikan pada pelayanan Gembala Sidang masa kini.
Sistematika
Penulisan
Sistematika Penulisan
Kajian Biblika ini diklasifikasikan sebagai berikut:
Bab I, merupakan
pendahuluan yang terdiri dari, latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, batasan penulisan, manfaat penulisan, dan
sistematika penulisan.
Bab II, merupakan latar
belakang kitab 2 Korintus yang terdiri dari, latar belakang kitab 2 korintus,
penulis kitab 2 Korintus, tahun penulisan kitab 2 Korintus, penerima kitab 2 Korintus,
tujuan penulisan kitab 2 Korintus, dan struktur kitab 2 Korintus.
Bab III, merupakan
kajian biblika tentang frasa harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat yang
terdiri dari, genre nas 2 Korintus 4:1-15, latar belakang konteks, konteks sebelum 2 Korintus 3:1-18,
sesudah konteks 2 Korintus
4:16-18; 5:1-10, makna leksikal bejana tanah liat 2 Korintus 4:7, struktur teks
2 Korintus 4:1-15, metode pendekatan penafsiran, analisis teks 2 Korintus
4:1-15. bagian sub-sub yang terdiri dari; kami sebagai bejana tanah liat
tetapi oleh karena kemurahan allah kami menerima pelayanan ini (4:1), kami
sebagai bejana tanah liat tetapi kami menyerahkan diri kami untuk
dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan allah (4:2), untuk menolak segala
perbuatan yang tersembunyi (4:2a), untuk menyatakan kebenaran allah (4:2b), kami
sebagai bejana tanah liat yang dipilih untuk memberitakan ini injil terhadap
(4:3-6), orang-orang yang tidak percaya (4:4a), pikiran yang telah dibutakan oleh ilah zaman ini (4:4b), kami
sebagai bejana tanah liat namun kuasa yang melimpah-limpah itu berasal dari allah (4:7-12), kami sebagai bejana tanah liat namun
kami miliki roh iman sama (4:13-15).
Bab IV, merupakan hasil
kajian biblika tentang frasa dan pembahasan mencakup aplikasi “makna harta dalam
bejana tanah liat imlementasi dalam pelayan gembala sidang.” dengan sub-subnya,
pelayanan gembala sebagai kemurahan allah, pelayanan gembala dalam kemurnian hati, pelayanan gembala berfokus pada
pemberitaan injil, pelayanan gembala bersandar pada Allah, pelayanan gembala
memiliki roh iman yang sama seperti Paulus.
Bab V, merupakan
kesimpulan dan saran-saran.
[1] Matthew Henry, Tafsiran Surat Roma 1 & 2 Korintus
(Surabaya: Momentum, 2015), 871.
[2] Warren W. Wiersbe, Be Encourage; God Can Turn Your Trials Into
Triumphs: Comentary 2 Corinthians (Canada:
David C. Cook, 2012), 60.
[3] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus: Kekuatan Dalam
Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 65.
[4] Dante Spender Mably, “Life In
The New Creation: The Eschatological Character Of Paul Ministry and
Theolgy In Galatians,” (Thesis MA, Reformed
Theology Seminary, 2007), 100, diakses. 17-Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Mably-Life_in_the_New_Creation.pdf
[5] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus: Kekuatan Dalam
Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 68.
[6] John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin
Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 136.
[7] Evelyn Ashley, “Paul’s Paradigm For Ministry In 2 Corinthians:
Christ Death And Resurrection,” (Thesis
Ph. D Murdoch University, 20060), 43,
diakses 17 February 2017. http://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/139/
[8] Claude Marshall, “Suffering
Toward Sanctification, (Thesis, Reformed Theology Seminary,” 2008), 32-33. Diakses. 17 Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Marshall_Suffering_Toward_Sanctification.pdf
[9] Maud A Rider, Unconditional
Devotion: Complete Subservience To God (America: Xlibris, 2011), 460.
[10] Dante Spender Mably, “Life In
The New Creation: The Eschatological Character Of Paul Ministry and
Theolgy In Galatians,” (Thesis MA,
Reformed Theology Seminary, 2007), 31. Diakses. 17 Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Mably-Life_in_the_New_Creation.pdf
[11] Donald Guthrie, The Eerdmans Bible Comentary: The New Bible
Commentary (America: Eerdmans, 1987), 993.
[12] Rober L. Plummer, “The Role Of
Suffering In Mission Of Paul And The Mission Of The Church,” Journal, The Southern Baptist Journal Of
Theology, (2013), 7, diakses 17 Februari 2017.
[13] Hanny Frederik,
”Konsep Persatuan Dengan Kematian dan Kebangkitan dengan Kristus” Jurnal
Jaffray, 13, No. 2, (Oktober 2015): 238-237, diakses 17-02-2017
[14] Claude Marshall, Suffering
Toward Sanctification, (Thesis, Reformed Theology Seminary, 2008), 14 diakses, 14
Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Marshall_Suffering_Toward_Sanctification.pdf
[16] Paul L. King, “John A. MacMillan: Pioneer Missionary of Spiritual Warfare and The Believer’s Autority” Jurnal Jaffray, 14. No. 1 (April 2016), 8-9, diakses 10 Maret 2017.
[17] Hengki Wijaya (Ed.), Metodologi Penelitian Pendidikan Teologi (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2016),
32.
[18] Hasan Susanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran
Alkitab (Malang: Literatur SAAT,
2011), 3.
[19] Grant R. Osborne, Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif
bagi Penafsiran Alkitab (Surabaya: Momentum, 2012), 5.
[20] Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran
Alkitab (Malang :SAAT, 2007), 1.
[21] Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif:
Termasuk Riset Teologi dan Keagamaan (Bandung: Kalam Hidup, 2004), 127.
[22] Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran
Alkitab (Malang :SAAT, 2007), 128.
BAB
II
Latar Belakang Kitab 2 Korintus
Surat 2 Korintus adalah bagian dari surat-menyurat Paulus dengan
orang-orang Kristen di Korintus yang berhasil dilestarikan. Andaikan memiliki
seluruh kumpulan surat-menyurat, termasuk pesan-pesan yang dikirimkan kepada
para rasul dari Korintus, tentu akan lebih mampu memahami mengapa Paulus
menulis seperti yang ia lakukan dalam surat tersebut. Namun kenyataannya, hanya
memiliki potongan-potongan dari sebuah dialog yang menjadi argumen. Untuk
mengikuti argumen ini harus berusaha merekonstruksikan hubungan-hubungan yang
berubah-berubah antara rasul tersebut dengan jemaat di Korintus.[23]
Selama Paulus tinggal di Efesus ia tetap memelihara hubungan dengan
jemaat-jemaat di Akhaya yang dibangunnya pada perjalanan sebelumnya. Gereja di
Korintus merupakan suatu masalah yang
merepotkan dirinya karena ketidakstabilan kerohanian. Sebagian besar tersebar
di Korintus dari anggota jemaat adalah bukan orang Yahudi yang tidak pernah
dididik dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, dan yang latar belakang religius
serta moralnya sangat bertolak belakang dengan norma-norma Kristiani, banyak
hal yang harus diajarkan kepada mereka sebelum mereka mencapai kedewasaan
rohani (1 Kor. 3:1-3).[24]
Pelayanan Apolos di antara mereka sangat membantu dalam banyak hal.
Caranya mengajar dan menyampaikan kebenaran menarik hati orang-orang di
Korintus. Yang terutama sangat
bermanfaat untuk menghadapi orang-orang Yahudi, karena ia sangat memahami
Perjanjian Lama dan dapat berdebat di muka umum dengan gaya yang sangat
meyakinkan (1 Kor. 16:12).
Paulus menulis surat kiriman ini dengan menyebut namanya sendiri
sebanyak dua kali (2 Kor. 1:1; 10:1). Setelah mendirikan jemaat di Korintus
selama perjalanan misinya yang kedua, Paulus dan jemaat itu sering berhubungan
karena masalah dalam jemaat.[25]
Urutan hubungan ini dan latar belakang penulisan 2 Korintus adalah
sebagai berikut: (1) setelah beberapa kali berhubungan dan surat menyurat yang
awal di antara Paulus dengan jemaat (1 Kor. 1:11; 5:9; 7:1), maka Paulus
menulis surat 1 Korintus dari Efesus (awal tahun 55/56. (2) Paulus menyeberangi
Laut Aegea menuju Korintus untuk menangani masalah yang berkembang dalam
jemaat. Kunjungan yang tak menyenangkan, baik bagi Paulus maupun bagi jemaat
itu (2 Kor. 2:1-2). (3) setelah kunjungan ini, ada laporan disampaikan kepada
Paulus di efesus bahwa para penentang di Korintus itu masih menyerang
pribadinya dan wewenang rasulinya, dengan harapan agar mereka dapat membujuk
sebagian jemaat itu untuk menolak Paulus.[26]
(4) Sebagai tanggapan terdapat laporan ini, Paulus menulis surat 2 Korintus
dari Makedonia (akhir tahun 55/56). (5) segera sesudah itu, Paulus mengadakan
perjalanan ke Korintus lagi (2 Kor. 13:1), dan tinggal disitu selama lebih
kurang tiga bulan (Kis. 20:1-3a). dari situ ia menulis Kitab Roma.
Penulis Dan Tahun Penulisan
Penulis
Surat 2 Korintus penulis
adalah Paulus sendiri dan Timotius dengan mengalamatkan surat 2 Korintus kepada
jemaat Allah di Korintus dan semua orang Kudus di seluruh Akhaya.[27]
Surat 2 Korintus adalah salah satu dari ketiga surat (1 & 2 serta Roma) yang menempati posisi
sentral bagian kitab Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[28] Adalah lanjutan dari surat pertama yang juga ditujukan untuk
jemaat di kota Korintus, Yunani. Surat ini langsung ditulis oleh rasul Paulus.
Melalui surat ini Paulus ingin menerangkan mengapa ia
melakukan perubahan rencana perjalanan ke Korintus.[29] Ia juga menyampaikan pujiannya kepada
jemaat Korintus karena telah mentaati pesan yang disampaikannya pada suratnya
yang pertama. Titus adalah orang yang ditunjuk Paulus untuk
mengantarkan surat ini, dengan harapan agar surat yang kedua juga disambut
dengan baik oleh jemaat di Korintus.[30]
Kemudian Paulus mulai menceritakan hal ihwal yang
mendorongnya menulis surat 2 Korintus ini (2 Kor. 2:12-13). Sebagai rasul
menjadi hamba jemaat atas panggilan Allah sendiri (2 Kor. 4:5-6). Paulus
sendiri tentu saja lemah dan dalam pelayanannya mendapat banyak kesusahan (2
Kor. 4:7-12). Kendatipun Ia merasa kuat dan berani karena Roh Allah (2 Kor.
4:13-14) dan kerjanya sudah membawa banyak hasil juga (2 Kor. 4:5). Tetapi
Paulus dengan penuh harapan menulis surat yang kedua ini untuk jemaat Allah di
Korintus.[31]
Untuk mempertahankan standar moral yang rasul mengharapkan gereja-gereja
menghargai kepemimpinan terhadap satu sama lain (1 Kor. 4:6), sebab ada gangguan serius dalam
ibadah masyarakat (1 Kor. 11:17-22), karena banyak jemaat di Korintus telah diasumsikan atas dasar (1 Kor. 1:12), bahwa gereja dibagi
menjadi faksi saingan, masing-masing mengaku taat pada pemimpin tertentu (Paulus, Apolos, beberapa termasuk Kephas, beberapa juga mengakui bahwa taat pada pimpinan Kristus). Masing-masing
pihak dapat mengklaim keutamaan yang dipilih bahkan secara terbuka banyak pendapat keluar dari jalur pemikiran
Paulus dalam suratnya yang pertama. Sedangkan
Timotius telah dikirim ke Korintus dengan mandat untuk “mengingatkan jemaat Korintus tentang cara hidup di dalam Kristus Yesus (1 Kor. 4:17).”
Tahun
Penulisan
Berdasarkan waktu pertemuan
dengan Titus, kemungkinan besar surat
ini ditulis di Makedonia
pada akhir tahun 56 M. Robinson meyakini penulisannya pada awal tahun 56 M.
Pendapat lain memberi perkiraan tahun 53, atau tahun 53-56
sehingga untuk memastikan penulisan surat 2 Korintus ditulis pada tahun 55-56
M.[32]
Tanggapan terhadap surat
yang pertama sangat memuaskan. Apolos dan Kefas sudah pindah ke tempat lain,
dan jemaat ini menjadi Kacau karena kekurangan pemimpin. Desas-desus yang
menggelisahkan mengenai dirinya sampai juga ke Efesus oleh karena suatu urusan
usaha. Ia mengumpulkan dana sumbangan
bagi orang-orang miskin di Yerusalem, yang dibawanya serta dalam
perjalanannya yang terakhir ke kota itu (Kish. 24:17), di mana ia berpikir
untuk kembali ke palestina lagi dalam waktu dekat. Mungkin Ia ditulis dalam
musim dingin tahun 55 TM, pada puncak kariernya di Efesus.
Penerima Kitab 2 Korintus
Surat 2 Korintus diterima oleh semua jemaat Allah di Korintus dan
seluruh orang Kudus di Akhaya. Rasul Paulus mengalamatkan surat 2 Korintus
kepada semua jemaat Allah di Korintus dan seluruh orang Kudus di Akhaya dengan
menulis namanya sendiri (dari Rasul Paulus dan dari Timotius). [33]Surat
kanonis terilham yang ditulis rasul Paulus kepada orang-orang Kristen di Yunani
pada abad pertama. Paulus mengidentifikasi dirinya sebagai penulis kedua surat
ini, dengan mengalamatkan surat pertamata Korintus kepada ”sidang jemaat Allah
yang ada di Korintus”, dan surat kedua Korintus kepada ”sidang jemaat Allah
yang ada di Korintus, bersama semua orang kudus yang berada di seluruh Akhaya (1
Kor. 1:1, 2; 2
Kor. 1:1).”[34]
Tujuan Penulisan Kitab 2 Korintus
Yang mengenal hikmat Allah yang lebih tinggi kekuatan Allah yang menjadi
orang-orang bodoh bagi Kristus “yang bodoh dari Allah” itu jauh lebih besar
hikmatnya dari pada hikmat manusia yang tertinggi. Maksud Paulus disini hikmat
yang datang dari Allah jauh lebih tinggi membandingkan hikmat manusia yang
dimiliki dari dunia ini.[35]
Paulus menulis surat ini kepada tiga golongan orang Korintus.[36]
(1) pertama, Ia menulis untuk mendorong mayoritas dalam jemaat di Korintus yang
tetap setia kepadanya sebagai bapa rohani mereka; (2) Ia menulis untuk
menantang dan menyingkapkan rasul-rasul palsu yan terus menerus menolak
wewenang dan tegurannya. Paulus meneguhkan kembali integritas dan wewenang
rasulinya, menjelaskan motivasinya dan memperingatkan mereka terhadap
pemberontakan yang lebih lanjut. Kitab 2 Korintus berfungsi untuk mempersiapkan
jemaat secara keseluruhan untuk kunjungannya yang akan datang.
Keunikan Surat 2 Korintus
Keunikan surat 2 Korintus yang ditulis oleh Rasul Paulus yang ditujukkan
kepada jemaat Allah yang ada di kota Korintus, surat 2 Korintus ini memiliki
keunikan seperti berikut:
Pertama,
Surat 2 Korintus ini merupakan surat
yang paling banyak memberitahukan riwayat hidup Paulus. Banyak petunjuk tentang
dirinya, dibuatnya dengan rendah hati, minta maaf dan bahkan dengan malu,
tetapi karena terpaksa mengingat situasi yang ada di Korintus.[37]
Kedua, Dilihat isi surat ini paling banyak membahas masalah dalam jemaat. Paulus
menulis surat ini tiada lain untuk memperbaiki keadaan dalam jemaat Korintus.
J. Wesley Brill menggemukakan, bahwa ada delapan kesalahan yang dicatatnya,
yaitu pertengkaran dan perpecahan, ketertiban dalam jemaat, masalah pengadilan,
kehalalan, pernikahan, pemberhalaan, kebangkitan dan masalah kebangkitan.[38]
Ketiga,
Surat 2 Korintus ini melampaui semua surat kiriman lain dari Paulus dalam hal
menyatakan kuatnya dan dalamnya kasih serta keprihatinan bagi anak rohaninya.[39] Bahkan bapa rohani yang membentuk dirinya.
dalam surat 2 Korintus banyak disebutkan tokoh rohani yang membentuk Paulus
dalam pemberitaan injil bahkan terus memberikan dorongan dalam membimbing
jemaat di Korintus.
Keempat, Perhatian Paulus di sini, menunjukkan dia sangat
bertanggun jawab dalam membangun dan menggembalakan jemaatnya. Paulus menyebut
nama Sostenes, yang kemungkinan adalah kepala rumah ibadat waktu Paulus
memberitakan Injil di Korintus (Kish. 18:17; 1 Kor. 1:1) juga Cloe, sebagai
orang yang memberitakan terjadinya masalah di jemaat Korintus (1 Kor. 1:11);
Apolos yang juga melayani jemaat Korintus (1 Kor. 1:12;16:12); Timotius, anak
rohani Paulus juga ke Korintus untuk mengajarkan jemaat 1 Korintus.
4:17;16:10); Stefanus, Fortunatus, dan Akhaikus juga membantu Paulus dalam
membimbing jemaat Korintus.[40]
Kelima,
Surat 2 Korintus ini berisi teologi yang paling lengkap dalam PB mengenai
penderitaan Kristen (2 Kor. 1:3-11; 2 Kor. 4:7-18; 2 Kor.
6:3-10; 2 Kor. 11:23-30; 2 Kor. 12:1-10)
dan mengenai hal memberi secara kristiani (2 Kor. 8-9; 2 Kor. 8:1-9:15). Menjelaskan
lanjutannya dari 1 Korintus menegaskan
kerasulan Paulus yang memiliki hak dan kewajiban dalam pemberitaan Injil.
Paulus menegaskan kepada Jemaat Korintus, bahwa ia dipilih oleh Yesus sebagai
rasul-Nya (1 Kor. 1:1; 9:1-27). Sebagai rasul Kristus, Paulus mau membangun
jemaat Korintus dan memeliharanya, demi untuk memajukan pekerjaan Tuhan di
Korintus.[41]
Keenam,
Istilah-istilah kunci, seperti: kelemahan, dukacita, air mata, bahaya,
kesukaran, penderitaan, penghiburan, kemegahan, kebenaran, pelayanan, dan
kemuliaan, menggarisbawahi sifat unik dari surat ini.[42] Ia
mampu menghadapi pengritiknya di Korintus yang menyatakan bahwa dia sama sekali
bukan rasul yang dipilih Allah dan memukili dia (2 Kor. 11:24,25; Kish. 14:19
dilempari batu sehingga dalam penulisan kedua Korintus menyatakan berapa besar
pertahanan dalam penderitaan.[43]
Struktur Kitab 2 Korintus
Pendahuluan (2 Kor. 1:1-11).[44]
I.
Pembelaan Paulus Demi Kepentingan Mayoritas Jemaat yang Setia (2 Kor. 1:12-17:16).
II.
Penyangkalan atas Tuduhan Bahwa Ia Berpendirian Tidak Tetap (2 Kor. 1:12-7:16).
·
Pelayanan Terhadap Suatu Perjanjian Baru (2 Kor. 3:1-18).
·
Pelayanan Yang Terbuka dan Dalam Kebenaran (2 Kor. 4:1-6).
·
Pelayanan Dalam Penderitaan Pribadi (2 Kor. 4:7-5:10).
·
Pelayanan Dalam Penyerahan Yang Penuh Belas Kasihan (2 Kor. 5:11-6:10).
C.
Permintaan Pribadi dan Rasa Hormat Yang Penuh Kasih Sayang Bagi Orang
Kor (2 Kor. 6:11-7:16).
III.
Pengumpulan uang bagi Orang Kristen di Yerusalem yang Membutuhkan
Bantuan (2 Kor 8:1-9:15).
A.
Sifat Kemurahan Hati Kristen (2 Kor 8:1-15).
B.
Titus Mengepalai Urusan Pengumpulan Uang Itu (2 Kor. 8:16-24)
C.
Imbauan untuk Tanggapan yang Segera (2 Kor. 9:1-5).
D.
Imbauan untuk Tanggapan yang Berkemurahan Hati (2 Kor. 9:6-15)
IV.
Jawaban Paulus kepada Minoritas Jemaat yang Melawan (2 Kor. 10:1-13:10).
A.
Jawaban Terhadap Tuntutan Sifat Pengecut dan Kelemahan (2 Kor. 10:1-18).
·
Minta Maaf Terhadap Nada Menyombongkan Diri (2 Kor. 11:1-15).
·
Menegaskan bahwa Ia Tidak Lebih Rendah daripada Para Penganut Yudaisme (2 Kor. 12:11-18).
C.
Kunjungan Ketiga yang Mendatang Disebut Sebagai Suatu Peringatan (2 Kor. 12:19-13:10).
·
Kekuatan Terhadap Jemaat Korintus (2 Kor 12:19-21).
·
Ketetapan Hati untuk Bersikap Teguh (2 Kor 13:1-10).
V.
Penutup 2 Kor 13:11-14).[49]
[23] V. C. Pfitzner, Kekuatan Dalam Kelemahan: Ulasan atas surat
2 Korintus (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2011), 1.
[24] Merrill C.
Tenney, New Testament Survey (England:
Eerdmans Publishing Company, 1985), 294.
[25] Donald C. Stamps (Ed.), Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan
(Malang: Gandum Mas, 1994), 1916.
[26] Merril C. Tenney, Survey Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2013 ), 337.
[27] 2 Korintus 1:1
(TB).
[28] Wesley Brill, Tafsiran Surat Korintus (Bandung: Kalam
Hidup, 2003), 9-10.
[29] Donald C.
Stamps (Ed.), Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan
(Malang: Gandum Mas, 1994), 1917.
[30] C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta:
Kanisius, 1984), 242.
[31] Craig S. Keener, 1-2 Corinthians: The New Cambridge Bible
Commentaray (New York: Cambridge
University Press, 2005), 143-144.
[32] Merril C.
Tenney, Survey Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2013), 366.
[33] 2 Korintus 1:1 (TB).
[34] R. E. Harlow, Second Corinthians Paul and the Church at Corinth (Canada:
Everyday Publications Inc. 1985), 6.
[35] Russel P. Spitter, Pertama dan Kedua Korintus (Jakarta: Gandum Mas, 1977),10.
[36] Donald C. Stamps (Ed.), Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 1994), 1917.
[37] J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Korintus pertama (Bandung:
Kalam Hidup, 2003), 15.
[38] Ibid., 17.
[39]Russel P. Spittler, Pertama & Kedua Korintus,
(Malang: Gandum Mas, 1977), 110.
[40] Go Sianne, Diktat Kuliah: Introduksi Perjanjian Baru; Matius-Wahyu (Waingapu: Sekolah Tinggi Terpadu, 2006/2007),
23. Belum Dipublikasikan.
[41] J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Korintus pertama
(Bandung: Kalam Hidup, 2003),161.
[42] Scott J. Hafermann, Suffering & Ministry In The Spirit;
Paul’s Defende of His Ministry In 2 Corinthians 2:14-3:3 (England: Eerdmans
Publishing Company Grand Rapid, 1980), 98-99.
[43] Russel P. Spittler, Pertama & Kedua Korintus (Malang:
Gandum Mas, 1977), 117-118.
[44] V. C. Pfitzner, Kekuatan dalam Kelemahan :Ulasan atas Surat
2 Korintus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 13.
[45]Evelyn Ashley, “Paul’s Paradigm For Ministry In 2Corinthians: Christ Death And
Resurrection,” (Thesis Ph. D, Murdoch
University, 2006). 53. http://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/139/
[46] V. C. Pfitzner, Ulasan atas Surat 2 Korintus; Kekuatan dalam
Kelemahan (Jakarta:BPK Gunung Mulia,
2011), 17.
[47] V. C. Pfitzner, Ulasan atas Surat 2 Korintus; Kekuatan dalam
Kelemahan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 16.
[48] Evelyn Ashley, “Paul’s Paradigm For Ministry In
2Corinthians: Christ Death And Resurrection,”
(Thesis Ph. D, Murdoch University, 2006), 54, diakses 17 Februari 2017.
http://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/139/
[49] V. C. Pfitzner, Ulasan atas Surat 2 Korintus; Kekuatan dalam
Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 16.
BAB III
KAJIAN BIBLIKA
TENTANG FRASA HARTA INI KAMI PUNYAI DALAM BEJANA TANAH LIAT BERDASARKAN KITAB 2 KORINTUS 4:1-15
Genre
Nas 2 Korintus
Tidak ada yang
membantah bahwa surat 2 Korintus adalah surat. Lebih khususnya, bahkan banyak juga berkomentar surat
korintus sebagai surat minta
maaf. Surat seperti ini sering ditemukan dengan daftar biaya yang
membantahnya, tapi seperti 2 Korintus mereka dapat menyinggung dan menuduh atas pelayanan Paulus. Secara teknis, surat ini mungkin tidak sesuai dengan konteks yang tepat untuk ditata isi suratnya karena kebanyakan isi surat Paulus adalah permintaan maaf.[49]
Paulus melepaskan kebutuhan untuk menyampaikan surat rekomendasinya (2 Kor. 3: 1), beberapa pihak berpendapat bahwa surat ini masuk akal, atau bagian dari itu, ada
yang membesar-besarkan bahwa
surat Paulus adalah surat pujian diri. Karena Paulus memproklamasikan
pelayanannya dan membalikkan atasan
tuduhan penentang terhadap pelayanannya,
dikemudian penentang menyesal;
tetapi Paulus mungkin hanya menawarkan minta maaf berdasarkan nilai-nilai yang
berbeda di Korintus.
Latar
Belakang Konteks
Kamus
Besar Bahasa Indonesia “Konteks” dapat menjelaskan
situasi yang ada hubungan dengan suatu kejadian; orang itu dapat dilihat
sebagai manusia yang utuh dalam kehidupan pribadi dan dalam bermasyarakat.[50] Konteks
bagian ayat Alkitab dapat dijelaskan sebagai situasi ayat itu sendiri sehinga
konteks akan dapat membantu penafsiran untuk dapat menjelaskan suatu latar
belakang dari surat 2 Korintus 4:1-15.
Hasan Sutanto dapat
menjelaskan kata ”Konteks” ialah suatu situasi
yang dapat menjelaskan pada ayat-ayat yang akan ditafsirkan bahkan kata
konteks dapat diperjelas seluruh bagian isi Alkitab berdasarkan situasi.[51]
Jadi latar bekalang konteks merupakan salah satu bagian yang penting untuk
dapat menjelaskan suatu latar belakang penulisan ayat yang akan ditafsir oleh
penulis.
Selain dari itu
Analisis konteks akan dapat membantu penafsiran berdasarkan latar belakang ayat
2 Korintus 4:1-15. Analisis konteks ini bertujuan untuk memahami makna kata,
tata bahasa, modus, sastra dan ragam. Analisis konteks ini juga akan dapat
membantu penafsiran surat 2 Korintus 4:1-15. Jerry Humahlatu dapat menjelaskan
kata ‘Konteks’ ialah hubungan yang menyatuhkan bagian Alkitab yang ditafsirkan
oleh penulis Alkitab berdasarkan suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi.[52]
Konteks Sebelum 2 Korintus 3:1-18
Sebelum Konteks 2
Korintus 3:1-18 dapat menjelaskan mengenai Pengajaran tentang
pelayanan-pelayanan Perjanjian Baru. Pelayanan Perjanjian Baru yang dimaksud
Paulus disini ialah keutamaan Injil yang diberitakannya, di dalam pelayanan
Paulus sepertinya ada orang yang menyangka bukan-bukan mengenai diri Paulus
sehingga di bagian ini Paulus dapat menjelaskan kamu adalah surat pujian kami
yang tertulis di dalam hati kami. Dengan demikian Paulus menunjukkan keyakinan
di dalam pemberitaan Injil bahwa mereka adalah surat pujian Paulus sehingga
Paulus tidak takut memberitahukan keagunggan pelayannya.
Paulus dapat melihat
diri mereka tidak mampu tetapi oleh karena Kristus dapat mendorong mereka
menjalankan pelayanan Perjanjian Baru sehingga Paulus tidak takut sedikit pun
dalam keutamaan pemberitaannya yaitu Injil Kristus. Oleh sebab itu Paulus
bersama rekan kernjanya memiliki pengharapan bahwa Paulus bersama rekan
kerjanya bertindak dengan penuh keberanian.
Pernyataan-pernyataan
Paulus jelas merupakan keterangan paling tua tentang kepercayaan akan
kebangkitan Kristus. Kalau membaca 1 Korintus 15 dan melihat konteksnya, dapat
menemukan bahwa tujuan utama Paulus bukanlah untuk memberikan argumen yang
beralasan agar orang dapat percaya mengenai kebangkitan Kristus. Sebenarnya Ia
berusaha membantu pembaca-pembacanya untuk mengatasi masalah-masalah tertentu
yang timbul dalam jemaat Korintus yang menyangka bukan-bukan mengenai
pemberitaan Paulus.[53]
Pelayanan Paulus jelas
bahwa Paulus dengan penuh keyakinan dalam memberitakan Injil kerajaan surga
agar orang-orang Korintus memiliki keselamatan yang sama seperti Paulus. Paulus
memiliki keyakinan dalam pemberitaannya bahwa orang yang membangkitan Yesus
akan membangkitkan kami juga pada harinya. “Jadi.” Bagian 2 Korintus 3:1-18 ini
jelas bahwa sekalipun orang menyangka bukan-bukan mengenai pelayananya namun ia
memiliki keyakinan akan keselamatan didalam Injil sehingga konteks 2 Korintus
3:1-13 Paulus berani untuk meyakinkan orang-orang Korintus mengenai
pelayanan-pelayanan Perjanjian Baru yang diberitakannya agar orang Korintus
percaya bahwa Paulus tidak memuji diri didalam surat-suratnya yang terdapat
seperti pujian diri Paulus yang mereka sangka.
Konteks Sesudah 2 Korintus 4:16-18;
5:1-10
Sesudah Konteks 2
Korintus 4:16-18; 5:1-10, Paulus bersama rekan kerja tidak tawar hati artinya
Paulus bersama rekan kerjanya banyak menghadapi masalah-masalah dalam jemaat
bahkan di luar dari jemaat Korintus yang menuduh mereka bukan-bukan untuk
membatalkan Paulus bukan rasul yang di pilih Tuhan.
Deskripsi kiasan Paulus
di bagian ini jelas bahwa secara manusia batiniah kami semakin merosot, namun
manusia batiniah Paulus bersama rekan kerjanya dapat diperbaharui dari hari ke
hari. Sebab penderitaan ringan yang Paulus bersama rekan kerjanya hadapi akan
menghasilkan kemuliaan yang kekal melebihi segala-galanya. Keyakinan Paulus
dalam keutamaan pemberitaan Injilnya. Ia meyakini bahwa Allah menyediakan
tempat bagi mereka yang bekerja bagi Kristus sehingga Paulus tidak tawar hati
sekalipun banyak masalah yang dia hadapi namun keyakinan akan keselamatan
membuat Paulus berani memberitaan Injil terhadap orang-orang Korintus yang
menyangka bukan-bukan mengenai Paulus dan pemberitaan Injilnya.[54]
Randy Frazee, dan
Robert Noland berkomentar di dalam bukunya: Berpikir,
Bertindak, Menjadi seperti Kristus, mengenai pemikiran dasar Paulus dalam
Pelayananya.
Hidup Kristiani
merupakan suatu hal yang dapat berubah, suatu hal yang dapat menjadi kuat maupun
sebaliknya, menjadi lemah. Ibarat tumbuhan, hidup Kristiani itu menjadi kuat
bila dipupuk dan disiram dengan tepat dan teratur, atau menjadi lemah bila
tidak dipupuk dan jarang disiram. Menurut Paulus, hidup Kristiani itu
sebaliknya dipupuk dengan iman, harapan dan kasih, serta disiram dengan
pemberian nasihat timbal balik, agar menjadi kuat didalam Iman dan pengharapan.[55]
Dasar pemikiran Paulus
tidak tawar hati di dalam melayanannya oleh karena Paulus memberikan keyakinan
kepada orang-orang dimana ia layani. Dengan demikian Tidak satupun di ragukan
bahwa konteks 2 Korintus 4:16-18; 5:1-10 merupakan penjelasan penderitaan yang
berulang-ulang yang dihadapi Paulus namun Paulus tidak tawar hati oleh karena
keyakinan akan Injil dan keselamatan dalam
Injil Kristus membuatnya tabah menghadapi masalah-masalah yang terjadi
di Korintus.
Makna
Leksikal Bejana Tanah Liat
Bejana Tanah Liat yang
dapat mendasari pemikiran Paulus merupakan bagian dari kelemahan tubuh manusia,
dalam kelemahan tubuh manusia yang fanaTuhan mentranfer kuasa untuk menyatakan
kemuliaan-Nya dalam pelayanan Paulus. Teks yang ditafsirkan hanya “Bejana Tanah
Liat” namun disusun demi pengabdian bagi realita kehidupan sehari-hari dalam
pelayanan, dan harus diubah bentuknya dan ditafsirkan ulang. Disinalah dapat
dipahami bahwa yang mendasari pemikiran Paulus mengenai bejana tanah liat.
Paulus menggunakan kata “Bejana Tanah Liat” memiliki makna penting yaitu ia
menjelaskan penderitaan yang berulang-ulang dihadapinya namun didalam
penderitaan itu rupa Kristus semakin nyata.[56]
Paulus mengunakan kata
θησαυρον τουτον εν οστρακινοις σκευεσιν; thēsauron
touton en ostrakinois skeuesin dapat diterjemahkan ke dalam beberapa versi
yaitu sebagai berikut: Ende, “harta itu didalam bedjana dari tanah liat.” BIS,
“benda yang mulia ini ada pada kami di dalam bekas yang daripada tanah.” TL,
“harta rohani yang indah itu kami bawa pada diri kami yang tidak berharga ini
yang dibuat dari tanah.” NKJV, we have
this treasure in earthen vessels. AV, We
have this treasure in earthen vessels.
Kamus Alkitab menjelaskan
dalam perspektif Perjanjian Lama mengenai Bejana. Bejana ialah bokor yang besar
yang dibuat dari tembaga untuk mencuci tangan dan kaki para imam sebelum
melakukan pekerjaan imamat mereka, Kel 30:18-21; 38:8. kolam-kolam dalam kabah
Salomo dipakai untuk mencuci binatang-binatang yang akan dikorbankan. Segala
bejana dari tanah liat dapat dijelaskan seperti botol, guci, lampu, bak, baki
dan pot.[57]
Kamus Umum Bahasa Indonesia dapat menjelaskan bahwa bejana
adalah benda berongga yang dapat diisi dengan cairan atau serbuk dan digunakan
sebagai wadah, bak (tempat air), tabung, bajan, jambang, barometer bagian barometer yang
berbentuk bejana berisi air raksa.[58]
Semua versi terjemahan Alkitab
dan Kamus menunjuk kepada nilai benda, benda yang terbuat dari bejana tanah
liat yang mudah rusak, hancur, patah oleh karena itu Paulus menggunakan kata
bejana tanah liat menunjukkan kelemahan tubuh manusia yang fana namun dalam
kelemahan tubuh manusia yang fana itu Tuhan mentranfer kuasa-Nya untuk
mengerjakan pekerjaan-Nya yang bernilai kekal.
Struktur 2 Korintus
4:1-15
I. Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat Tetapi Oleh Karena Kemurahan Allah Kami Menerima
Pelayanan Ini (4:1).
II. Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat Tetapi Kami Menyerahkan Diri Kami Untuk
Dipertimbangkan Oleh Semua Orang Dihadapan Allah (4:2)
Untuk Menolak Segala Perbuatan Yang
Tersembunyi (4:2a)
Untuk Menyatakan Kebenaran Allah
(4:2b).
III. Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat Yang Dipilih Untuk Memberitakan Injil Terhadap
(4:3-6).
Orang-Orang Yang Tidak Percaya (4:4a).
Pikiran Yang Telah Dibutakan Oleh Ilah
Zaman Ini (4:4b).
IV. Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kuasa Yang Melimpah-Limpah Itu Berasal Dari Allah (4:7-12).
V. Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kami Miliki Roh Iman Sama (4:13-15).
Metode
Pendekatan Penafsiran
Motode pendekatan
penafsiran yang akan penulis gunakan ialah struktur teks. Struktur teks merupakan menentukan
batas-batas bagian Alkitab yang hendak ditafsirkan dengan suatu unit yang
betul-betul berdiri sendiri untuk mendapatkan arti yang jelas membandingkan
beberapa terjemahan dari beberapa banyak terjemahan yang dapat baca dalam
bahasa Asli, Siria, Aram, Latin, dan terjemahan Qumran, dengan menilai
berbedaan itu lebih cocok dengan konteksnya. Untuk mencocokan kesejajaran
antara kata-kata dan frase-frase yang menetapkan patokan utama. Penerjemahan
selalu menyangkut pilihan dengan tata bahasa dan kosa kata.[59]
Analisis
Teks 2 Korintus 4:1-15
Kami Sebagai
Bejana Tanah Tetapi Oleh Karena Kemurahan Allah Kami Menerima Pelayanan Ini (2
Kor. 4:1)
Kami menerima pelayanan
ini oleh kemurahan Allah (2 Kor. 4:1). Dalam terjemahan bahasa asli “Kami telah
diberi rahmat oleh Allah”.[60] (ηλεηθημεν) kd. ηλεεω. Aorist indikatif pasif orang pertama jamak.[61]
Dalam Bahasa Inggris di artikan “to have pity or mercy on, to show mercy”. NKJV
have received mercy. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “oleh
Kebaikan.”[62] Dengan beberapa terjemahan menunjukkan
kerendahan Paulus dan rekan-rekannya dalam pelayanan bahwa pelayanan adalah
kebaikan Allah yang dipercayakan kepada seorang laki-laki yang tidak layak.[63]
Paulus berusaha
menunjukkan orang-orang di Korintus bahwa ia benar-benar seorang rasul yang
diutus oleh Allah. Ia telah dipimpin oleh Allah ketika dia mengubah rencananya
tentang mengunjungi Korintus, dan ia dipuji oleh Tuhan. Sekarang dia memberitahukan
orang-orang Korintus lebih banyak tentang pekerjaan Allah dan bagaimana ia
melanjutkan pelayanannya.[64]
Kemurahan Allah Merupakan pernyataan positif dari keterbukaan dan
keterusterangan Paulus dan kawan-kawannya yang telah melayani, tetapi tampaknya juga menjadi respon terhadap kritik
dilontarkan terhadap dirinya oleh jemaat di Korinus (2 Kor. 1: 12, 17; 3: 1). “Pelayanan ini” yang ia disebut adalah pelayanan perjanjian baru (2
Kor. 3: 6). Itu tugas yang
mereka mewartakan dan dapat
mengajarkan Injil Kristus kepada
orang-orang di Korintus, berita yang
mulia dan
dosa telah diampuni
melalui kematian Kristus, dan kebenaran yang sempurna bagi mereka yang akan
percaya injil
terang Kristus.[65]
Paulus sebelumnya menyangkal setiap kecukupan pribadi yang
membuatnya layak dalam tanggung jawab ini (2 Kor. 3: 5). Sekarang sekali lagi
ia mewujudkan
kerendahan hati dengan mengatakan “kami menerima pelayanan ini oleh
belas kasihan/kemurahan
Allah” diberi tugas seperti itu
Paulus dapat menyadari bahwa
pelayanan adalah kemurahan atau belas kasihan Allah sehingga
Paulus tidak tampil dengan sikap ego atau kesombongan pribadi, tapi respon dari orang yang
melihat posisinya sebagai contoh dari kemurahan Allah pada laki-laki yang tidak
layak. Akibatnya, Paulus dan rekan-rekannya tidak “kehilangan
hati”.[66]
Paulus mengagungkan
pelayanannya, dengan mempertimbangkan keunggulan atau kemuliaan Injil yang
diberitakannya. Sekarang di dalam ayat ini tujuannya adalah membersihkan
pelayanan mereka dari tuduhan para guru palsu yang mendakwa mereka sebagai
pendusta, atau berusaha keras menghasut orang banyak untuk menyangka yang
bukan-bukan mengenai mereka dengan melihat penderitaan mereka.[67]
Paulus memberitahukan
guru-guru palsu itu betapa mereka mempercayai dan menghargai tugas mereka
sebagai pelayan Injil. Mereka tidak menyombongkan diri, tetapi terdorong untuk
bekerja dengan tekun; “Kami telah menerima pelayanan ini” dan mereka dihormati
dan dihargai oleh karena pemberitaan
kebenaran. Kami tidak membesarkan diri ataupun memalas-malasan, tetapi
bersemangat untuk melakukan tugas kami dengan baik.”[68]
Di
bagian ini berhubungan dengan pelayanan pribadi Paulus dengan rekan kerja yang
lainnya. Paulus menjelaskan Pelayanan adalah kemurahan Allah yang dapat
dipercayakan pelayanan-Nya terhadap laki-laki yang tidak layak. Dalam Roma 3:23
semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.[69]
Paulus
memahami bahwa Keselamatan adalah anugerah namun manusia yang sudah
diselamatkan oleh Allah, seringkali mengabaikan tugas dan tanggun jawab sebagai
orang-orang yang telah menerima anugerah atau kemurahan Allah. Orang percaya
adalah orang yang hidup oleh karena kemurahan Allah. Oleh karena itu Paulus
benar-benar menyadari atas pelayanan mereka bahwa pelayanan adalah anugerah
Allah yang dipercayakan Tuhan terhadap laki-laki yang tidak layak.[70]
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Tetapi Kami
Menyerahkan Diri Kami Untuk dipertimbangkan Oleh Semua Orang Dihadapan Allah (2
Kor. 4:2-3).
Kami menyerahkan diri
kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan Allah (2 Kor. 4:2-3).
Paulus menyampaikan isi hati terhadap orang-orang yang ada di Korintus.[71] Injil
adalah kebenaran Allah tetapi banyak orang menolak untuk menerimanya. Paulus
tahu bahwa percaya Injil Kristus adalah satu-satunya cara untuk diselamatkan,
sehingga orang-orang yang tidak percaya hilang selamanya, 2 Tesalonika 1: 8.
Apakah Israel memiliki kerudung lebih pada hati mereka, tetapi berpikir bahwa
mereka dapat menyebabkan kafir dan buta terhadap Firman Allah, Roma 2:19.
Kami menyerahkan diri
kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan Allah (2 Kor. 4:2).
Paulus menekankan kepada orang-orang dimana ia layani dengan pernyataan
kebenaran. Terjemahan bahasa Asli.“Menyerahkan diri kami kepada tiap-tiap hati
nurani orang-orang dihadapan Allah.[72] Kata
Kerja.“menyerahkan”. Συνιστωντες, kd.
Συνιστημι, Present Participle Active
Nominative Masculine orang Pertama Jamak.[73] “Menyerahkan, memperkenalkan menunjukkan,
membuktikan.” Dalam Bahasa Inggris. To
command, establish, stand near, consist. Kamus Besar Bahasa Indonesia “Menyerahkan, Memberikan dirinya kepada yang berwenang; jiwa
raga, pasrah.”[74] Bagian ini jelas bahwa Paulus bersama
rekan-rekannya benar-benar menyerahkan diri mereka demi pelayanan untuk
kemuliaan Tuhan.[75]
Paulus
sebagai seorang
pelayan Tuhan yang baik ia
menunjukkan nilai-nilai pelayanannya yang berkenan di hati Tuhan terhadap
jemaat Korintus
yang mengatakan bahwa Paulus memuji diri namun ia menjelaskan bagian ini
bagimana ia menyerahkan diri sepenuhnya untuk Tuhan. Ia dengan berani
menyatakan kebenaran Allah untuk menolak hal-hal yang tidak berkenan kepada
Tuhan bahkan hal-hal yang tersembunyi yang memalukan Allah. Untuk itu ia dengan
berani menyatakan kebenaran Allah.
Paulus menjelaskan
bagian ini berhubugan dengan kehidupan orang Israel, pikiran mereka telah
tumpul, oleh karena selubung masih tetap menyelubungi mereka. Sebaliknya hati seorang berbalik kepada Tuhan maka
selubung itu diambil dari padanya. Dengan demikian Paulus dengan rekan kerjanya
berani menyerahkan diri mereka untuk dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan
Allah. Oleh karena Paulus dengan rekan kerjanya tidak memberitakan diri mereka,
namun mereka berani karena mereka memberitakan adalah Injil Kristus. Dibagian
ini jelas bahwa Paulus dapat menjelaskan pelayanan pribadi mereka terhadap
orang-orang dimana mereka layani.[76]
Untuk Menolak Segala Perbuatan Yang
Tersembunyi (4:2a)
Untuk menolak segala
perbuatan yang tersembunyi (4:2a). Paulus bersama rekan kerjanya bekerja keras
untuk menyatakan hal tersembunyi yang memalukan Allah. Terjemahan bahasa Asli “Kami
Menolak/ Kami Mencela hal-hal yang Disembunyikan karena rasa Malu.”[77] Απειπαμεθα
kd. Απειπον; Aorist incative middle first
person plural.[78]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “menolak”: yaitu: mendorong atau
mendesak temannya jatuh terjungkal, atau kata lain mengusir perbuatan temannya
tidak baik.”[79] NKJV We have renounced the hidden things of shame. Kami telah
meninggalkan hal-hal yang memalukan.
Paulus benar-benar
menolak perbuatan yang memalukan, Paulus tidak mengatakan bahwa ia pernah
berlaku licik (Πανουργιά; panourgia,
dipakai dalam 11:3 bagi penipuan iblis (terhadap hawa), sekalipun ia dituduh
melakukannya (2 Kor. 12:16). Paulus juga tidak memalsukan firman Allah,
artinya: dengan menerapkan perbuatan mereka yang salah dan perbuatan mereka
yang memalukan Allah (1 Kor. 9:21; 14:21). Sekalipun ia dituduh oleh orang
Yudais di Korintus ia berusaha menyakinkan mereka dengan pesan yang mereka
sampaikan.[80]
Adam Clarke dalam bukunya
Christian Theology Mengomentari
bagian nas 2 Korintus 4:2 Tapi Kami telah Mininggalkan:
(2 Kor. 4:2).
Tapi kami telah meninggalkan , Απειπαμεθα·Apeipametha · Kami telah menyangkal
hal-hal yang tersembunyi ketidakjujuran; τα κρυπτα της αισχυνης; hal-hal
tersembunyi yang memalukan, hal-hal yang jahat yang dilakukan pria, dan mereka
malu untuk memberitahukan, dan malu untuk menyatakan perbuatan mereka. Adam menyampaikan
gagasannya bagian pemikiran Rasul Paulus ini mengacu pada kekejian duniawi,
orang-orang Yahudi melakukan dengan tidak mengenal perbuatan salah. Dan itu
tidak muncul dari surat pertama bahwa ada orang di Korintus yang mengajarkan
bahwa percabulan tidak ada dosa; dan tampaknya juga bahwa beberapa telah
melakukan hubungan seks terlarang.[81]
Paulus menantan atau
membenci dengan perbuatan-perbuatan yang
memalukan atau perbuatan yang tersembunyi yang tidak bertentangan dengan
firman Tuhan. Tidak menghasilkan berita injil yang Paulus bersama rekan
kerjanya sampaikan sehingga di bagian ini Rasul memberitahukan hal-hal yang
mencelakakan orang-orang Yunani atau yang ada di Korintus.[82]
Kota Korintus masih
hidup di dalam hubungan seks terlarang. Orang-orang Korintus malu mengakui
perbuatan daging yang memalukan kehidupan kekristenan, sehingga Paulus dengan
rekan kerjanya berani menolak hal-hal yang tersembunyi yang dilakukan
orang-orang Korintus itu. Orang-orang Korintus kebanyakkan mengikuti hawa nafsu
yang menyenangkan atas tubuh mereka tetapi bagi Allah memalukkan perbuatan
mereka.
Paulus menjelaskan
bagian ini untuk menolak segala perbuatan yang tersembunyi merupakan bagian
dari penerahan diri mereka demi menolak segala perbuatan yang tersembunyi yang
dapat memalukan Allah. Paulus menolak suatu ”maksud loba” (1 Tes. 2:5). Tidak
sesuatupun rasul Paulus sembunyikan.[83]
Apa yang ada di dalam dirinya terbuka untuk dilihat semua orang, sehingga
Paulus benar-benar menyerahkan diri untuk menolak perbuatan-perbuatan jahat
yang dilakukan oleh orang-orang Korintus. Oleh karena itu Paulus dengan
rekannya tahu bahwa mereka tidak berlaku licik dan memalsukan firman Allah.
Dengan demikian Paulus bersama rekan kerjanya sangat terbuka menolok segala
perbuatan yang memalukan Allah.[84]
Untuk Menyatakan Kebenaran Allah
(4:2b)
Untuk menyatakan
kebenaran Allah (4:2b). Terjemahan bahasa Asli “Dengan Pernyataan Kebenaran.”[85] Φανερωσει;
phanerosei, kd. Φανερωσις; Phanerosis. Kata Benda Dative Femine Singular.[86] NKJV Manifestation of the Truth. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Perwujudan sebagai suatu pernyataan
perasaan atau pendapat: dengan itu sebagai suatu kemarahan hatinya.”[87]
Pernyataan atau komitmen Paulus untuk dapat menyatakan hal-hal yang memalukan
atau menolak kejahatan orang-orang di Korintus.
Diane Bergant dan
Robert J. Karris Dalam Bukunya (Tafsir Perjanjian Baru), Menjelaskan Mengenai
Kehidupan orang-orang Korintus:
Kehidupan
orang-orang Korintus penyembahan terhadap dunia berhala khususnya berada di
bawah kendalinya, dan tunduk kepadanya (1 Kor10:20). Dia disembah di sana; dan
ritual keagamaan dan upacara pengukuhan yang pada umumnya hanya seperti makhluk
perkasa yang membenci kebahagiaan manusia, dan yang mencari berbuatan jahat,
kecabulan, kemalangan, dan penumpahan darah; dan seluruh dunia kafir
kekuasaannya dipengaruhi. Pada zaman Paulus seluruh dunia, kecuali orang-orang
Yahudi dan Kristen, tenggelam dalam kemerosotan moral.[88]
Orang-orang Korintus
tidak memelihara terang injil yang Paulus menyampaikan karena banyak di antara
mereka dikuasai kegelapan sehingga terang injil Kristus tidak mendengar atau
menerima dengan baik.[89]
Orang-orang Korintus
pemikiran mereka telah dibutakan (2 Kor. 3:14), maka cara Paulus “menyatakan kebenaran Allah” cukup jelas,
sehingga ia berani dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. Paulus
mengakui bahwa ada banyak orang yang gagal untuk menangkap Injil. Perumpamahan
Penabur Mark 4 menunjuk kepada hal yang sama. Bukan ’biji’nya yang salah,
melainkan ’tanah’nya.[90]
Kebutahan terhadap
kebenaran adalah kesalahannya terletak pada diri para pendengarnya yang akan ”binasa” karena mereka tetap tidak mau
percaya (2 Kor. 2:15; 1 Kor. 1:18). Kebutaan terhadap kebenaran tetap adalah
kesalahan, meskipun itu adalah karya jahat ”ilah
zaman ini”, yakni Setan (Yoh. 12:31). Ia tidak baik, tetapi ia telah
merampas kekuasaan Allah di dunia yang telah jatuh ke dalam dosa ini, sehingga
ia memiliki kekuasaan. Ia telah membutakan pikiran orang-orang yang tidak
percaya sehingga mereka tidak menerima terang Injil atau tidak mengasihi
Kebenaran adalah berita keselamatan (2 Tes. 2:9-10).[91]
Bagian
ini jelas bahwa Paulus menegaskan untuk menyatakan kebenaran Allah dalam injil Yohanes.18:37: Maka kata
Pilatus kepada-Nya: ”Jadi Engkau raja?” Jawab Yesus: ”Engkau mengatakan, bahwa
Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku memberi kesaksian
tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan
suara-Ku”. Alkitab selalu menegaskan bahwa: ”Semua manusia telah berdosa. (Rm.
3:23), dan “telah mati di dalam dosa” (Ef. 2:1). Dosa adalah kekejian dan
penghinaan terhadap kekudusan Allah serta bertolak belakang dengan kodrat Allah
yang mahakudus Yesaya 6:3; 1 Yohanes 1:5. [92]Allah
sangat membenci dosa. Alkitab memberitahukan bahwa ”upah dosa adalah maut” (Roma 6:23). Artinya, semua manusia tanpa
terkecuali harus menerima hukuman kekal dan binasa di neraka. Dengan beberapa
landasan firman Tuhan ini Paulus menegaskan dosa adalah kekejian bagi Allah.
Oleh karena dosa penghinaan terhadap kekudusan Allah. Dengan demikian Paulus
dengan berani menyatakan kebenaran Allah, Supaya semua orang di Korintus di
selamatkan.[93]
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Yang Dipilih Untuk
Memberitakan Injil Terhadap (4:3-6)
Kami Memberitakan Injil
Terhadap orang-orang yang tidak percaya. Terjemahan bahasa asli “Orang-orang
Menuju Kebinasaan.” “Απολλυμενοις,
kd. Απολλυμι (4:4-).[94]
Kata Kerja Participle Middle or Passive Dative
Masculine Plural.[95]
Kamus Besar Bahasa Indonesia “rusak
sama sekali, hancur lembur, mereka yang celaka karena mengikuti hawa nafsu.”[96]
Dalam NKJV Perishing.
Membandingkan beberapa
terjemahan ini Paulus memberitahukan hal ini kepada mereka yang mengikuti hawa
nafsu. Untuk itu rasul Paulus menjawab pertanyaan ini dengan menunjukkan bahwa
ini bukan kesalahan Injil atau para pemberitanya. Sebaliknya, alasan sebenarnya
adalah, “untuk mereka yang akan binasa.”
Injil diberitakan tersembunyi, atau tidak membawa hasil (ayat 3), karena “Pikiran mereka telah dibutakan ilah zaman
ini” (ayat 4), sehinga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan
Kristus, yang adalah gambaran Allah.[97]
Paulus membuktikan
ketulusan dan kejujuran mereka (ayat 5). Mereka giat memberitakan Kristus dan
bukan diri mereka sendiri: “Sebab bukan
diri kami yang kami beritakan.” Diri sendiri bukanlah pokok ataupun tujuan
dari pemberitaan para rasul. Mereka tidak menyampaikan gagasan atau pendapat
pribadi, ataupun kerinduan mendalam dan prasangka mereka, mereka
memyampaikan firman dan kehendak Allah.[98]
Mereka juga tidak
berusaha memajukan kepentingan duniawi mereka atau mencari kemuliaan bagi diri sendiri.
Sebaliknya, mereka memberitakan Yesus Kristus Sebagai Tuhan. dan itulah yang
pantas dan wajib mereka lakukan sebagai para pelayan Kristus. Tugas mereka
adalah memperkenalkan Guru mereka kepada dunia sebagai Mesias atau Kristus yang
akan datang, serta sebagai Yesus Tuhan, satu-satunya Juruselamat manusia dan
Tuhan yang sesungguhnya.[99]
Paulus menjelaskan kami dipilih
untuk memberitakan Injil terhadap? dalam pemberitaan Injil, ternyata ada yang
menerima, tetapi ada juga yang menolak. Maka Paulus memberi tanggapan terhadap
pemberitaan Injil yang telah disampaikannya: “Jika Injil yang kami beritakan masih
tertutup juga, maka ia tertutup bagi mereka, yang akan binasa”. Oleh karena bagi Paulus penolakan firman Tuhan adalah fakta
kegelapan yang menyelimuti hati manusia, bahkan ilah-ilah zaman yang telah
membutakan pikiran mereka untuk melihat kemuliaan Allah. Paulus menyampaikan
berdasarkan keadaan orang orang yang ada di Korintus. Orang-orang Korintus suka
hidup di dalam hal-hal terlarang, sehingga Paulus mengungapkan diri bahwa
Paulus dipilih Allah untuk memberitakan Injil.[100]
Orang-orang yang Tidak Percaya
(4:4a)
Orang-orang yang tidak
percaya (4:4a). orang-orang yang tidak percaya adalah orang-orang tidak
mempercayai terang Injil Kristus yang masih mempercayai berhala, masih hidup
dalam percabulan, perselisihan. Terjemahan bahasa Asli “Orang-orang yang sedang
Menuju Kebinasaan.”[101] Απολλυμενοις.
Kd. Απολλυμι. Kata kerja present
participle middle of passive dative masculine plural.[102] NKJV Perishing. Kamus Besar Bahasa
Indonesia “orang-orang yang tidak
mengakui atau tidak
yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata dengan kabar yang disampaikannya
itu.”[103]
Arend Th, Van Leeuwen mengutup dalam
bukunya (Agama Kristen Dalam Sejarah Dunia) mengenai kehidupan orang Kristen di
Korintus.
Orang-orang yang ada di Korintus dewa dunia ini telah membutakan pikiran
mereka sehingga tidak percaya, sehingga Paulus terdorong untuk meyampaikan
cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah, harus
bersinar kepada mereka. Deskripsi Paulus kepada siapa Injil yang bersembunyi,
di sini lebih lanjut dilakukan; di mana karakter Setan diberikan, di sini
ditata "dewa dunia ini"; "penguasa dunia ini", (Yohanes
12:31) (14:30) bukan karena ia memiliki apapun dalam pembuatan, atau memiliki
kekhawatiran dalam pemerintahan, atau di pembuangan orang-orang atau hal-hal di
dalamnya; tetapi karena pengaruhnya yang terburuk, dan terbesar dari dunia ini;
yang terletak dalam kejahatan, di bawah kuasa si jahat, yang dipimpin/ ditawan
oleh kehendaknya; secara sukarela menyerahkan diri kepadanya karena hawa nafsu
mereka; dan menyerahkan diri menjadi anak-anaknya, dan dia bapa mereka, ya,
tuhan mereka: pengaruhnya lebih banyak mempengaruhi pikiran mereka.[104]
Pesan yang di sampaikan tidak merima bagi
orang-orang binasa; yaitu; mereka yang mengikuti hawa nafsu atau keinginan
dunia ini yang masih hidup dalam seks terlarang, penyembahan berhala,
percabulan, perselisihan, dan memegahkan diri. tetapi kita diselamatkan oleh
kasih karunia Allah kami terus-menerus memberitahukan kamu tentang terang Injil
Kristus. Paulus menjelaskan bagi orang-orang yang pikirannya dibutakan oleh
ilah zaman ini, yang masih hidup di dalam kerajaan allah dari dunia ini membuat
mereka tidak mengetahui terang injil yang di sampaikan.[105]
Pesan Paulus adalah suatu pernyataan
terbuka, bukan bahasa bercabang yang memalukan. Ini adalah pernyataan kebenaran
Allah, bukan sebuah versi yang dipalsukan. Itu sudah cukup bagi dirinya untuk
dipertimbangkan oleh para pembacanya. Ini tidak bertentangan dengan
penolakannya terhadap surat-surat kepercayaan sebelumnya, melainkan
menggarisbawahinya.[106]
Paulus menyampaikan rencana Kristus melalui
Injil-Nya adalah untuk mengungkapkan Allah dengan segala kemuliaan kepada akal
budi manusia. Jadi, sebagai gambaran Allah, Ia memperagakan kuasa dan hikmat
Allah, serta kasih karunia dan kemurahan Allah bagi keselamatan mereka.[107]
Paulus Menjelaskan
orang-orang yang tidak percaya yang berhubungan dengan kehidupan jemaat di
Korintus. Oleh karena jemaat Korintus kebanyakan mengikuti hawa nafsu, atau
keinginan daging, sehingga Paulus mengungkapkan orang-orang yang tidak percaya
menunjuk kepada orang yang dibutakan oleh ilah zaman ini. Oleh karena setan
yang menjadi bapa mereka, dan mereka tidak hidup sesuai firman Tuhan.
Pikiran Yang Telah Dibutakan Oleh
Ilah Zaman Ini (4:4b
Perkataan “ilah zaman ini” menunjuk kepada Iblis
(Yoh. 12:31;Yoh. 14:30; 16:11; Ef. 2:2; 1 Yoh. 5:19) yang memegang kuasa atas
banyak kegiatan pada zaman sekarang ini. Akan tetapi, pemerintahan itu bersifat
sementara dan bersyarat. Dia melangsungkan pemerintahannya hanya dengan
kehendak Allah yang mengizinkan sampai akhir sejarah (Wahyu. 19:11- 20:10).
Terjemahan bahasa asli
“tuhan dari zaman ini.[108] Θεος
Kd. Θεος. Kata Benda Nominative Masculine
Singular.[109] ”Kamus Besar Bahasa Indonesia ”tuhan
adalah sesuatu
yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang mahakuasa, maha
perkasa, dan sebagainya,”[110]
sehingga di bagian ini jelas bahwa kata yang dipakai huruf kecil; yaitu: god,
bukan God” NKJV god of
this age. Kata Tuhan di bagian ini adalah Iblis yang membutakan dan menjadi
bapa mereka sehingga tidak melihat terang Injil Kristus.
Mereka yang tidak tunduk
kepada Yesus Kristus, tetap berada dibawah kekuasaan Iblis. Dia membutakan mata
mereka terhadap kebenaran dan kemuliaan Injil agar mereka tidak dapat
diselamatkan. Pemecahan terhadap keadaan yang fatal ini ialah dengan mengikat
kegiatannya melalui doa dan pemberitaan Injil dalam kuasa Roh (Kish. 1:18)
supaya orang dapat mendengarkan, mengerti dan memilih untuk percaya atau tidak
(2 Kor. 4:5-6).[111]
Jika menganggap keadaan
itu memang nyata. Injil kami beritakan adalah Satu-satunya Injil Keselamatan
dari Allah (Gal. 1:6). Masih tertutup. Bentuk waktu perfect melukiskan suatu keadaan yang sudah pasti. Bentuk waktu present participle secara tepat
diterjemahkan dengan mereka yang binasa (2 Kor. 2:15). Pemakaian kata tertutup
mengaburkan acuan lengkap kepada “selubung”
yang dipakai Iblis untuk “menutup”
pikiran mereka yang akan binasa.
Iblis disebut sebagai “ilah zaman ini” (kalimat Yunani yang di
pakai pada bagian ini). Kata gambaran (eikon)
di bagian lain untuk Kristus sebanyak dua kali (Kol 1:15; Ibr 1:3). Kata kerja
melihat cahaya hanya dijumpai dalam ayat ini saja, dalam Perjanjian Baru.
Paulus menjelaskan ini
berdasarkan konteks dimana Ia layani, dalam pelayanan Paulus rupanya banyak
yang tidak lihat terang Injil Kristus. Iblis berkuasa, maka orang percaya tentu
akan selama-lamanya buta. Tetapi tidak demikian halnya, dan itulah sebabnya
Paulus memberitakan Injil, sehingga Roh Allah dapat mengangkat selubung atau
tabir. Orang akan tetap buta bila Paulus dan rekan-rekannya, “memberitakan diri mereka sendiri.”[112]
Ungkapan ini
menyimpulkan seluruh Injil dan pengakuan orang-orang Kristen mula-mula (Rm.
10:9; 1 Kor. 12:3; Flp. 2:11). Ia mencakup keseluruhan bahwa Yesus adalah
Mesias Allah (raja yang di urapi), disalibkan untuk dosa-dosa kita,
dibangkitkan dan dimuliakan di sisi Allah untuk menjadi penguasa dunia (Ef. 1:15-23).
Paulus memberitakan
Yesus Kristus Sebagai Tuhan. Kedudukan Kristus sebagai Tuhan yang tertinggi
merupakan pokok dalam pemberitaan sang rasul. Asal kata hamba adalah budak.
Paulus berulang-ulang menyebut dirinya sebagai budak (doulos), Roma. 1:1; Gal. 11:10, Flp. 1:1; Tit. 1:1). Di sini dia
memakai istilah yang dimenangkan di Korintus.[113]
Paulus
mengungkapkan pikiran yang telah dibutakan oleh ilah zaman ini yang berhubungan
dengan keselamatan, Paulus menulis, “Pikirannya (noema) telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga orang-orang
Korintus tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah
gambaran Allah” (2 Kor. 4:4; 3:14).[114]
Paulus dapat menjelaskan bagian ini berhubungan dengan pelayanan pemberitaan
injilnya berulang-ulang kali mengingatkan oran-orang di Korintus namun mereka
lebih suka mengikuti keinginan atau hawa nafsu mereka sehingga pikiran mereka
telah dibutakan oleh ilah zaman ini menunjuk kepada Iblis yang dapat membutakan
mata rohani orang-orang Korintus sehingga tidak melihat cahaya Injil Kristus.
Untuk itu bagian ini Paulus mengingatkan orang-orang Korintus untuk hidup
sesuai standar firman Tuhan.[115]
Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kuasa Yang Melimpah-Limpah Itu Berasal Dari
Allah (4:7-12)
Orang Kristen adalah ”bejana-bejana tanah liat” yang
kadang-kadang mengalami kesedihan, air mata, kesusahan, kebingunan, kelemahan,
dan ketakutan (2 Kor. 1:4, 8:9; 7:5). ”harta” sorgawi yang dalam diri mereka,
maka mereka tidak dikalahkan. Kekristenan bukan hal menyingkirkan kelemahan,
bukan juga semata-mata manifestasi kuasa ilahi.[116] Tetapi,
kekristenan adalah manifestasi kuasa ilahi melalui kelemahan manusia (2 Kor.
12:9). Ini berarti bahwa: (1) Dalam setiap penderitaan, oran percaya bisa
menjadi lebih daripada pemenang oleh karena kuasa dan kasih Allah (Rm. 8:37),
dan (2) kelemahan, kesusahan, dan penderitaan orang percaya membuka peluang
untuk menerima kasih karunia Kristus yang berlimpah-limpah dan mengizinkan
kehidupan-Nya dinyatakan dalam tubuh manusia (2 Kor. 4:8-11; 2 Kor. 12:7-10).
St. Darmawijaya Dapat menjelaskan dalam bukunya (Seluk
Beluk Kitab Suci) pertentangan Paulus dalam Misinya di Korintus.
Paradoks adalah pernyataan yang
seolah-olah bertentangan dengan pendapat umum, tetapi sesungguhnya mengandung
kebenaran. Dalam nats ini, terlihat paradoks antara harta Injil yang tak
ternilai dan pemberita Injil yang tak bernilai, yang Paulus sebut 'bejana tanah
liat' (2 Kor. 4:7). Kerentanan ’bejana tanah liat’ itu terlihat saat Paulus
menjalankan misinya (2 Kor. 4:8-9). Namun ada maksud ilahi di dalamnya, yaitu
supaya orang bisa memahami bahwa kekuatan itu dari Allah saja asalnya (2 Kor. 4:7).
Maka meski Paulus ditekan dari berbagai sisi, tetap tidak bisa sepenuhnya
disudutkan. Tidak pernah sampai tidak ada ruang untuk bergerak lagi, tidak
pernah sampai ada kata ”menyerah”.[117]
Terjemahan bahasa asli ”kami punyai harta karun.”[118] Θησαυρον.
Kd. Θησαυρος. Noun accutative masculine
singular.[119] Kamus Besar Bahasa Indonesia harta karun
diartikan sebagai “benda yang tidak
diketahui pemiliknya, harta benda yang didapat dengan tidak sah.”[120]
Dalam NKJV We have this treasure
in earthen vessels.
Melalui istilah-istilah harta ini Paulus
mengingatkan orang percaya bahwa Injil merupakan permata berharga (Mat. 13:44,
52) yang telah dipercayakan kepadanya (Ef. 3:1, 2, 7, 8). Manusia di dalam
kelemahan dan kerapuhannya dilukiskan sebagai bejana tanah liat (Kis. 9:15).
Kata melimpah-limpah (hiperbol)
berarti “karakter atau sifat yang luar biasa, berlebih-lebih” Yunani (Arnt). Kata ini di dalam Perjanjian
Baru hanya dipakai oleh Paulus saja (2 Kor. 1:4, 7, 17; 12:17; Rm. 7:13; 1 Kor.
12:31; Gal. 1:13).[121]
Menyimpang dari jalan pikiran mengenai beberapa
peristiwa yang dialami Paulus, 2 Kor. 2:13, diteruskan dalam 2 Kor. 7:5. Bagian
2 Kor. 2:14-7:4 menguraikan tentang karya kerasulan. Kristus yang menjadi fokus
pemberitaan, maka Paulus memberitakannya dengan integritas penuh (2 Kor. 4:2).
Meski demikian, mungkin saja ada orang yang menutup dirinya terhadap kebenaran
yang Paulus beritakan (2 Kor. 4:3-4). Namun, itulah orang-orang yang memang
akan binasa.[122]
Paulus sendiri sadar bahwa dirinya hanyalah bejana
tanah liat yang dipakai untuk menyampaikan harta mulia itu (2 Kor. 4:7). Begitu
berat pengalaman yang telah ia lalui sebagai akibat dari pelayanannya bagi
Kristus dan bagi Injil-Nya; ditindas, habis akal, dianiaya, dan dihempaskan (2
Kor. 4:8-9). Namun lihatlah kemenangan yang Paulus alami; tidak terjepit, tidak
putus asa, tidak ditinggalkan sendirian, tidak binasa.
Paulus sadar benar bahwa kekayaan rohani yang ada
padanya lahir sebagai akibat penderitaan yang ia tanggung dalam pelayanan.
Melalui penderitaan, Allah membuat pelayanan Paulus semakin efektif. Karena
itu, ia tidak menjadi patah semangat. Karena semua yang ia alami adalah untuk
kepentingan jemaat Korintus yang ia layani dan bagi kemuliaan Allah.
Matthew Henry Mengutip Dalam bukunya Tafsiran Roma, 1 & 2 Korintus yang
berhubungan dengan Pelayanan dan Penderitaan Paulus dalam menanggani
orang-orang Korintus:
Berhubungan
dengan kehidupan jemaat Korintud, meski berisiko nyawa, Tuhan selalu
menyelamatkan dia dari keputusasaan dan kehancuran. Sebagaimana penderitaannya
bagaikan penderitaan Kristus, maka kelepasan yang berulang-ulang dia alami juga
merupakan bukti kuasa kebangkitan Tuhan (2 Korintus 4:10-11; 2 Kor.1:9-10).
Kuasa itu tampak saat Paulus tidak putus asa waktu menghadapi maut dan
perlawanan musuhnya. Iman akan kuasa itu membuat Paulus tidak akan diam saja (2
Korintus 4:13). Pengalaman itu menguatkan jemaat Korintus, supaya kebangkitan
Kristus yang telah dia alami akan membangkitkan juga orang percaya di Korintus.
Maka penderitaan yang Paulus alami akan berujung pada kemuliaan Allah (2
Korintus 4:14-15).[123]
Bejana
tanah berhubungan dengan pelayanan dirinya, Paulus melihat dirinya hanyalah
bejana tanah yang mudah hancur dan retak namun Kristus di surga memperbaharuhi
dirinya dari hari ke hari dan mendapat kekuatan dari surga untuk menyatakan
seberapa besar dan dahsyat Allah.[124] Apa
yang membuat Paulus dapat menghadapi keadaan yang sangat sukar sekalipun? Bukan
dan tidak lain adalah karena Paulus memiliki Yesus di dalam tubuhnya (2 Kor. 4:
10).[125]
Di bagian ini cukup jelas bahwa Paulus menghadapi penderitaan sedemikian itu
agar semakin banyak orang dapat mendengar kabar keselamatan, dan orang-orang
yang telah percaya juga semakin bertumbuh didalam iman mereka kepada Tuhan
sebagai Juruselamat pribadi mereka.[126]
Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kami Miliki Roh Iman Yang Sama (4:13-15)
Paulus menjelaskan ”Kami miliki roh iman yang sama”
kami percaya maka kami berkata-kata. Dengan mengutip Mazmur 116:10 Paulus
mengemukakan alasan mengapa ia berbicara. Ayat ini secara mutlak mengajarkan
bahwa Roh Kudus merupakan sumber dari iman. Alkitab dan kesaksian. Kata kami
memang cocok: Paulus, seperti Daud, percaya sehingga berbicara; kedua istilah
dipersatukan di dalam iman (Ibr. 11:39, 40).[127]
Terjemahan bahasa asli “yang sama Roh” αυτο. Kd.
Αυτος.[128]
Personal/ Possessive Pronoun Accusative
Neuter 3rd person singular.[129] Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “sama”
dapat menjelaskan “sesuatu yang serupa, tidak berbeda, tidak berlainan.” NKJV Same
Spirit. Iman mencegah mereka
tidak tawar hati, “Kami memiliki roh iman
yang sama” (2 Kor. 4:13), iman yang
digerakkan oleh Roh, iman yang juga dimiliki orang-orang kudus pada zaman
dahulu yang mengalami penderitaan hebat seperti itu. Rasul Paulus mencontohkan
teladan Daud yang berkata, Aku percaya, sekalipun aku berkata: Aku sangat
tertindas Maz. 116:10. NKJV: Aku percaya sebab itu aku berkata-kata.
Pengharapan akan kebangkitan mencegah mereka dari
sikap putus asa (2 Kor. 4:14) mereka tahu bahwa Kristus telah dibangkitkan, dan
kebangkitan-Nya merupakan jaminan dan kepastian kebangkitan mereka. Hal ini
dibicarakannya dengan panjang lebar di dalam surat sebelumnya kepada
orang-orang Korintus ini 1 Kor 5. Karena itu. Pengharapan mereka sangat teguh
karena memiliki dasar yang kuat, bahwa dia yang membangkitkan Kristus yang
adalah kepala, pasti akan membangkitkan anggota tubuhnya yang lain.[130]
Pandangan akan kemuliaan Allah dan manfaat bagi
jemaat melalui penderitaan mereka, membuat mereka tidak berputus asa (2 Kor. 4:15).
Penderitaan mereka adalah demi kebaikan jemaat (2 Kor 1:6), sehingga dengan
demikian mendatangkan kemuliaan bagi Allah. Sebab ketika jemaat dibangun, maka
Allah juga akan dipermuliakan. Karena itu, orang percaya akan sanggup
menanggung penderitaan dengan sabar dan sukacita apabila orang percaya melihat
orang lain lebih baik karenanya, yakni jika mereka dibimbing dan dibangun, jika
mereka diteguhkan dan dihiburkan.
Bagian ini Paulus menjelaskan yang berhubungan
dengan pelayanan pemberitaannya bahwa ia berkata-kata oleh karena ia percaya.
oleh karena banyak orang pikiran dan hati mereka telah dibutakan oleh ilah
zaman ini sehingga tidak mempercayai Injil Kristus yang Paulus beritakan.
Dengan demikian dalam ungkapan ini Paulus mau menyakinkan orang-orang Korintus
bahwa mereka percaya maka mereka dapat berkata-kata, sebab kesanggupan Paulus
untuk berkata-kata oleh karena percaya, Paulus dapat menjelaskan bahwa itu
semua terjadi karena kamu. Kemuliaan Kekal melebihi segala-galanya bagi Paulus
dan Pelayanannya.
[49] J. Philip Atrhur, Strength In Weakness: 2 Corinthians Simply
Explained (England: Evangelical Press, 2004), 86.
[50] Asan Alwi (Ed.), Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 591,s.v. “Konteks.”
[51] Hasan Sutanto, Hermeneutik Prinsip Dan Metode Penafiran
Alkitab (Malang: Literatur SAAT, 2011), 299.
[52] Jerry Humahlatu, Hermeneutik Sepanjang Masa (Jakarta:
Cipta Varia Sarana, 2011), 103.
[53] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis - Teologis (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2005), 113-114 .
[54] Randy Frazee,
dan Robert Noland, Berpikir, Bertindak,
Menjadi Seperti Kristus (Yogyakarta: Yayasan Gloria), 2016.
[55] Al Purwa Hadiwardoyo, Warisan Paulus Bagi Umat: Ajaran Iman,
Pastoral, dan Moral (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 21.
[56] Douglas J. Elwood, Teologi Kristen Asia: Tema-Tema Yang Tampil
Ke Permukaan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 11-12.
[57] W. R. F. Browning, Kamus Alkitab: Distionary Of The Bible
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 463.
[58] J. S. Badudu dan Sutan Muhammad
Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994), 142.
[59] Douglas Stuart, Eksegese Perjanjian Lama (Malang: Gandum
Mas,2004), 26-27.
[60] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab, 2003), 965.
[61] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 268.
[62] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2001), 520.
[63] Matthew Henry; Adam Clarke;
Jamieson; Fausett, The Bethany Parallel Comentary On The New Testament (Amerika:
Bethany House Publisher, 1983). 1052.
[64] R. E. Harlow, Second Corinthians Paul and the Church at
Corinth (Canada: Everyday Publications, Incorporated Inc., 1985),
20.
[65] Jamieson, Fausset, Brown, A Commentary Critical, Expermental, And
Pratical III, Mathew. John, Acts, Romans, 1,2 Cor-Rev (America: William B. Eerdmans Publishing
Company Grand Rapids, Michigan, 1866),
346.
[66] Matthew Henry, Tafsiran Surat Roma, 1 & 2 Korintus (Surabaya: Momentum 2015), 868.
[67] V. C. Pfitziner, Kekuatan Dalam Kelemahan: Ulasan Atas Surat
2 Korintus, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2011), 64.
[68] D. J. Douglas (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius –Wahyu;
Berdasarkan Fakta-Fakta Sejarah Ilmiah dan Alkitabih (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981), 545.
[69] John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin
Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 134.
[70] John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin
Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 137.
[71] R. E. Harlow, Second Corinthians Paul and the Church at
Corinthians (Canada: Everyday Publications, Incorporated Inc.,1985),
21.
[72] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 965.
[73] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 733.
[74] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2001), 835.
[75] Scott J. Hafemann, Suffering & Ministry In The Spirit;
Paul’s Defence Of His Ministry In 2 Corinthians
(Amerika: Eedmans Publishing Company, 1990), 139.
[76]Eka Darmaputera, Tatkala Allah melawat Umat-Nya (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006), 85
[77] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru (BPIK) Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 965.
[78] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 92.
[79] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2001), 1203.
[80] D. J. Douglas (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), 545.
[81] Adam Clarke, Christian Theology (London: The University Of Illinois Library,
1835), 37
[82] J. Philips Arthur, Strength In Weakness; 2 Corinthians Simply
Explained, (New York: Evangeliscal Press, 2004), 90.
[83] Yusuf Eko Basuki, The Perfect
Growth Of Faith: Pertumbuhan Iman Yang Sempurna (Yogyakarta:
Garudhawaca, 2014), 84.
[84] Leroy Eims & Randy Eims, Laboring In The Harvest: Penuai Yang
Diperlengkapi (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2015), 122.
[85] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 965.
[86] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 787.
[87] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 1275.
[88] Diane Bergant dan Robert J.
Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
(Yogyakarta: Kanisisu 2002), 287.
[89] St. Eko Riyadi, Yesus Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus
Kristus Dalam Warta Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 187.
[90] D. J. Douglas (Ed.), Tafsiran Masa Kini 3: Matius-Wahyu;
berdasarkan fakta-fakta sejarah ilmiah dan alkitabiah (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1980),545.
[91] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus Kekuatan Dalam
Kelemahan (Jakarja: BPK Gunung, 2011). 65.
[92] Wesley Ariarajah, Alkitab Dan Orang-Orang Kepercayaan Lain
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 52.
[93] Yusuf Eko Basuki, The Perfect
Growth Of Faith: Pertumbuhan Iman Yang Sempurna (Yogyakarta:
Garudhawaca, 2014), 86.
[94] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani
Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,
2003), 965.
[95] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 102.
[96] Asan Alwi (Ed.), Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 971.
[97] Matthew Hendry, Tafsiran Surat Roma, 1-2 Korintus (Surabaya:
Momentum Christian Literature, 2011 )870.
[98] Scott J. Hafemann, Suffering & Ministry In The Spirit;
Paul’s Defense Of His Ministry In 2 Corntihans 2:14 – 3:3 (America: Eerdams
Publishing Companuy, 1990), 59.
[99] Yusuf Eko Basuki, Kristen Pemenang (The Victorious Christian):
Meraih Kemenangan Iman Dengan Strategi Tuhan (Yogyakarta: Garudhawaca,
2014), 103.
[100] Eka Darmaputera, Jalan
Kematian dan Kehidupan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 100.
[101] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,
2003), 965.
[102] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru 2003 (BPIK) Jilid II (Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia, 2003), 359.
[103]Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 1189.
[104] Arend Th, Van Leeuwen, Agama Kristen Dalam Sejarah Dunia (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2007), 43.
[105] Craig Blomberg, Two Corinthians; The Niv Application
Commentary (New York: Zondervan
Publishing House, 2000), 51.
[106] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus Kekuatan Dalam
Kelemahan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 63.
[107] Mathew Henry, Tafsiran Surat Roma 1& 2 Korintus
(Surabaya: Mementum Christian Literature, 2011), 870.
[108] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 966.
[109] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 359.
[110] Asan Alwi (Ed.), Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 366.
[111] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat 1 &
2 Korintus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 37.
[112] Russel P. Spittler, Pertama & Kedua Korintus (Malang:
Gandum Mas, 1977), 106.
[113] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus Kekuatan Dalam
Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 64.
[114]Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1:Allah Manusia dan
Kristus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 174.
[115] Neil T.
Anderson, Menjadi Gereja Membuat Murid:
Metode yang Terbukti Menumbuhkan Orang-orang Kristen yang Dewasa Rohani (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2016),
57-58
[116]Watchman Nee, The Treasure In The Earthen Vessels
(California: Living Stream Minstry, 1993), 14.
[117] St. Darmawijaya, Seluk
Beluk Kitab Suci (Yokyakarta: Kanisius, 2009), 519.
[118] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 966.
[119] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 374.
[120] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 390.
[121] Dianne Bergant, dan Robert J.
Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 240.
[122] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008), 193.
[123] Mathew Henry, Tafsiran Roma, 1 & 2 Korintus (Surabaya:
Momentum Christian Literature, 2015),
875.
[124]Eka Darmaputera, Jalan
Kematian dan Kehidupan (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009), 101-102
[125] Leroy Eims & Randy Eims, Laboring In The Harvest: Penuai Yang
Diperlengkapi (Yogyakarta :Yayasan Gloria, 2015), 125.
[126]John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin
Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 138-139.
[127] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, Surat 1 &
2 Korintus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 74
[128] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003),
967.
[129] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 131.
[130] Donald Guthrie,
Teologi Perjanjian Baru 3 (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009), 181.
BAB IV
MAKNA HARTA DALAM BEJANA TANAH LIAT IMPLEMENTASI DALAM PELAYANAN
GEMBALA SIDANG MASA KINI
Pelayanan Gembala Sebagai
Kemurahan Allah 2Kor 4:1
Pelayanan
Paulus dapat menjelaskan Pelayanan sebagai kemurahan Allah. Dalam bahasa Yunani
“eleetemen”. Paulus melihat diri seorang yang tidak layak namun Allah yang
mempercayakan pelayanan-Nya, sehingga untuk memahami konsep pemahaman
Paulus. Gambaran yang cukup tepat dari arti pelayanan Paulus yang muncul dari 2
Korintus. Disini bukanlah gambaran tentang tubuh, melainkan pertentangan antara
kegelapan dan terang yang menjadi titik sentral.[131]
Oleh
kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar
hati. Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami
tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami
menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk
dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. Jika Injil yang kami
beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,
yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah
zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan
Kristus, yang adalah gambaran Allah. Sebab bukan diri kami yang kami beritakan,
tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena
kehendak Yesus. Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan
terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati
kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang
nampak pada wajah Kristus. 2 Kor 4:1-6).[132]
Diakonia atau Pelayanan, yang
Paulus tunjukkan disini, merupakan bagian dari kerasulannya sendiri, yang ia
dipertahankan dari tuntutan para pemfitnah dan penipu, perlu menyelidiki lebih
lanjut perihal berapa lama kerasulan Paulus dapat menjadi model dari bentuk-bentuk pelayananya yang
menyatakan kehendak Tuhan. termasuk pelayanan sekarang ini.[133]
Yang mencolok dalam bagian ini
yang memungkinkan pelayanan bukanlah karunia Paulus, bukan kharisma atau
kharisma-kharisma lain membuat Paulus mampu memberitakan Inji kerajaan surga ,
tetapi kemurahan hati Allah, kenyataan yang serupa yang membawa Paulus kepada
iman dan kepada misinya diposisikan hal paling utama dalam pelayananya.
Kesejajaran terdekat bukanlah dengan 1 Korintus 12 atau Roma 12, melainkan
justru Galatia 1:13-16; Paulus menganggap panggilan sebagai Anugerah Allah.
Bagian 2 Korintus mengingatkan rasul Paulus menerima pelayan terlepas dari
kemurahan hati, pembicaraan tentang karunia-karunia roh tampak tidak tepat. Ia
mengetahui jemaat Korintus mampu bermegah diri, meskipun hal itu karena
karunia. Seseorang jatuh dalam kesombongan karena memperoleh karunia serta
disanjung-sanjung sebagai yang memiliki kharisma. Namun, dalam kemurahan yang
telah diterima Paulus dengan jelas dan nyata.[134]
Rasul Paulus menunjuk diri
seorang hamba, doulos, dapat
menjelaskan pelayanan sebagai kemurahan
Allah. “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai
Tuhan, dan diri kami sebagai hamba-Mu karena kehendak Yesus” (2 Kor. 4:5).
Peciptaan diperbaharui melalui ciptaan baru. Sinar yang bercaya pada permulaan
yang diterangi oleh sinar Allah dalam wajah Kristus. Sinar ini membawa para
rasul keluar dari kegelapan. Meski disini Paulus tidak sedang membahas seluruh
lingkup karunia dalam jemaat, sudah jelas ia memahami kerasulan bukan saja
sebagai karunia, melainkan kemurahan Allah. Tanda penebusan ciptaan baru yang
Allah sediakan di dalam Yesus Kristus. Untuk menjadi seorang pelayan Tuhan dan
memberitakan tentang Injil Kristus yaitu rahasia kerajaan surga yang Dia terima
dari Allah.[135]
Kemudian Gembala perlu memahami
konsep Paulus tentang gambaran pelayananya. Paulus menjelaskan pelayanan
sebagai kemurahan Allah atau rahmat Allah
bukan karunia atau kharisma oleh karena pelayanan yang dipercayakan Tuhan
kepada Paulus bukan karena Paulus layak tetapi sebaliknya. Paulus melihat diri
sebagai seorang laki-laki yang tidak layak namun pelayanan yang Tuhan
percayakan itu oleh karena kemurahan-Nya.
Pelayanan pada masa Paulus,
pelayanan disebut sebagai rahmat Allah
yang mempercayakan pelayanan-Nya kepada orang-orang pilihannya untuk selamatkan
jiwa-jiwa yang binasa oleh karena kehidupan mereka masih mengikuti keinginan
daging atau hawa nafsu. Dari konsep Paulus Menjadi ”hamba Tuhan” merupakan
panggilan setiap orang percaya. Yang menyebut Hamba Tuhan berarti mereka telah
ditebus dari pelanggaran-pelanggaran dan Tuhan menganugerahkan pelayan-Nya
terhadap orang yang ditebusnya.[136]
Tradisi Yunani Hamba Tuhan
dikhususkan untuk melayani meja. Sangat beralasan jika kehidupan mereka
dipersembahkan untuk melayani Dia (Rm. 12:1-2). Namun dalam artian lebih
sempit, istilah “hamba Tuhan,” dapat ditujukan bagi mereka yang melayani Tuhan
dalam jabatan tertentu, seperti menjadi Gembala Sidang, Majelis, Pendeta,
Penginjil, Pengurus serta aktivis gereja lainnya. Memiliki pekerjaan sebagai
”hamba Tuhan” sangatlah menyenangkan, karena melayani Tuhan adalah mengerjakan
pelayanan yang bersifat rohani dan bersifat kekal (Why. 14:13).[137]
A Noordgraaf dalam bukunya
(Orientasi Diakonia Gereja) mengutip mengenai pelayanan diakonia oleh para
rasul dan khotbah-khotbah mereka bahkan pelayanan lain yang berhubungan dengan
jemaat-jemaat yang mereka layani.
Khotbah para rasul di Yerusalem disebut
Pelayanan Firman dalam Kisah Para Rasul 6:4. Paulus melihat kerasulannya di
antara bangsa-bangsa sebagai diakonia (2 Kor. 3:3) yang dijelaskan lebih lanjut
sebagai diakonia pendamaian (2 Kor. 5:18). Dirinya sendiri serta rasul-rasul lainnya
sebagai pelayan Kristus (2 Kor. 11:23) dan juga pelayan Jemaat (Kol. 1:25).
Rekan kerja rasul, seperti epafras (Kol. 4:12), Timotius (1 Tes. 3:2), dan
banyak lainnya disebut pelayan Kristus. Pelayanan mereka memiliki berkhotbah,
mengajar, menggembalakan, memimpin jemaat, mengadakan kunjungan, mengumpulkan
kolokte dan mengantar uang kepada saudara-saudara di Yerusalem yang juga
disebut diakonia (2 Kor. 8:19; Rm. 15:25). Lihat juga (Ef. 4:12), persiapan
untuk melakukan pelayanan. Filipi 1:1, Timotius 3:8, 12 menyebut diakonoi
disini mempunyai arti teknis dari orang yang memegan jabatan tertentu dalam
jemaat yang pekerjaannya harus dilihat hubungan erat dengan pekerjaan
pemimpin-pemimpin.[138]
Dirinya sendiri serta rasul-rasul lainnya dilihat sebagai rasul Kristus
Melayani Tuhan adalah rahmat Allah yang dipercayakan pelayanan-Nya
kepada setiap Gembala atau pelayan untuk tujuan-Nya yang kekal. Salah satu
ungkapan Paulus (1 Kor. 3:10-11) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang telah
dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap meletakkan
dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus
memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada
seorangpun yang dapat meletakkan dasar selain dari pada dasar yang telah
diletakkan Yesus Kristus.[139]
Jadi, bagi Paulus menjadi fokus
pemberitaannya ialah Kristus sehingga dalam pengalaman-pengalaman pelayanan
Paulus sangat menyenangkan oleh karena banyak penderitaan yang ia tanggun namun
pelayanan sebagai kemurahan Allah sehingga Paulus tidak menyerah, tetapi dalam
pelayanan Paulus dapat ditemukan bahwa Paulus menyerahkan diri sepenunhya
kepada Tuhan oleh karena kecintaan terhadap pelayannya sehingga orang-orang
yang membantah dia dengan alasan yang bukan-bukan mengenai diri Paulus dan
pelayannya. Paulus tidak pernah menyerah dengan tuduhan-tuduhan yang
membantahnya.[140]
Oleh karena itu, dalam pelayanan
seorang Gembala masa sekarang. Pelayanan seperti ini bukanlah hal yang mudah
untuk kerjakan. Penyebabnya adalah setiap Gembala masih mengenakan tubuh fana
yang disebut Paulus sebagai “bejana tanah liat (Kor. 4:7).” Selama Gembala
mengenakan tubuh yang fana ini dan hidup dalam dunia, Gembala masih merasakan
beban berat, kelemahan, putus asa, dianiaya, difitnah, disakiti dan sebagainya.
Semuanya itu bisa saja membuat Gembala tinggalkan panggilan sebagai gembala
Sidang, karena Gembala Sidang masih memakai tubuh manusia namun Tuhan
meneguhkan hamba yang dipanggilnya untuk Tujuan kemuliaan-Nya.[141]
Paulus mengingatkan Gembala
Sidang atau Pelayan melalui teladan hidupnya (2 Kor. 4:7, bahwa apabila Gembala
melayani Tuhan, alangkah baiknya jika Gembala tidak mendasarkannya pada dunia
maupun tubuh yang fana. Dasar yang benar untuk melayani Dia adalah karena
kemurahan-Nya (2 Kor. 4:1).[142]
Itulah sebabnya, kesulitan dalam pelayanan Paulus tidak tawar hati, karena
anugerah Allah menjamin segala kemuliaan yang akan diterimanya, sementara ia
harus berjuang dan mengalami penderitaan di dunia ini (2 Kor. 4:16-18).
Choan–Seng Song dalam bukunya, Allah Yang Turut Menderita dapat
menjelaskan mengenai pelayanan Gembala dan campur tangan Tuhan dalam pelayanan.
gembala
tidak bisa jujur kecuali bila mengakui bahwa gembala harus hidup didalam dunia etsi deus non daretur (seakan-akan Allah
tidak ada). Dan justru inilah gembala akui dihadapan Allah! Allah sendiri
memaksa gembala mengakui-Nya. Allah ingin seorang gembala tahu gembala harus
mengatur hidup tanpa Dia. Allah bersama gembala adalah meningalkan gembala
(Mark. 15:34). Allah yang membiarkan gembala hidup di dunia tanpa hipotesa
kerja tentang Allah adalah Allah yang dihadapan gembala terus-menerus berdiri.
Dihadapan Allah dan dengan Allah Gembala hidup tanpa Allah. Allah membiarkan
diri-Nya didorong keluar dari dunia ke salib. Ia lemah dan tak berdaya di
dunia, dan justru itu caranya, satu-satunya bagi Dia berada bersama dan
menolong gembala dalam pelayanan melalui penderitaan gembala semakin dimampukan
untuk pelayanan kemuliaan-Nya.[143]
Janganlah putus asa dalam
melayani Tuhan. Apabila Gembala menghadapi kesulitan, atau tidak diindahkan
orang. Sesungguhnya, semuanya itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan
diterima di dalam Kristus Yesus. Janganlah patah hati. Pikiran seorang Gembala
jangan tertuju kepada apa yang kelihatan di dunia ini, namun arahkan pandangan
pada kemuliaan yang akan dinyatakan kepada setiap pelayan Tuhan oleh Allah.[144]
Pelayanan
Gembala Dalam Kemurnian Hati
Pelayanan Gembala dalam kemurnian
hati merupakan penyerahan diri dalam pelayanan sama seperti Paulus dengan
berani menyerahkan diri dengan ketulusan hati terhadap Pelayanan. Pelayanan
dengan ketulusan hati merupakan bagian dari penyerahan sepenuhnya terhadap
kehendak Tuhan. Paulus dalam pelayanannya ia memberitakan Injil ke dunia. Ia
menempatkan dirinya sebagai hamba Kristus Yesus, untuk melayani orang-orang
Korintus sebagai wujud pelayanan kepada Yesus Kristus. Inilah yang dikatakannya
tentang pelayanan: ”Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus
Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hamba-Nya karena kehendak Yesus”.[145]
Paulus dapat mengingatkan
orang-orang Korintus dalam pelayananya dengan mencurahkan isi hatinya. Ia
mengingatkan semua rasa simpati yang menjadi ciri hubungan antara rasul dengan
jemaat. Sesudah berbicara secara pribadi (2 Kor. 4:8-15; 6:4-10), ia sekarang
mengingatkan orang-orang Korintus akan kehebatan panggilan mereka dalam Allah
dan kemudian cara mendesak dan penuh perasaannya mendorong mereka untuk
memperhatikan jati diri dalam hubungan mereka dengan penerimaan terhadap
dirinya. Paulus mempertahankan ketulusan hatinya dan ia mengundang orang-orang
Korintus untuk memberi kesaksian akan keterbukaan hatinya. Paulus menyebut diri
sebagai orangtua terhadap orang-orang Korintus. Mereka telah ia lahirkan
didalam Kristus.[146]
Pelayanan Gembala Sidang perlu
belajar dari teladan Paulus. Pelayanan Paulus didorong oleh ketulusan hatinya
sehingga didalam pelayanan Paulus banyak menghadapi penderitaan namun ketulusan
hati membuatnya tidak melepaskan tanggun jawab sebagai seorang rasul Kristus.
Oleh sebab itu dalam pelayanan Paulus jelas bahwa Paulus memiliki prinsip dan
kemurnian hati dalam pelayanannya.
Pelayanan Gembala sekarang perlu
memperhatikan yang berkaitan erat dengan totalitas hati Paulus dalam melayani
orang-orang Korintus. Paulus memiliki prinsip dalam pelayanannya yaitu;
panggilannya yang jernih, bukti totalitasnya dan kerendahan hati dalam
panggilan dan pelayanannya.[147]
Paulus dipilih Tuhan untuk mengerti kehendak-Nya dan melaksanakannya. Ia
menjalankan seluruh hidupnya dengan kesadaran bahwa Tuhan mempunyai rencana
yang harus diikutinya. Kesadaran tersebut membuat perubahan yang tak terkira
besarnya. Sekitar tahun 25 setelah pertobatan Paulus, dalam menghadapi
penderitaaan yang berat, ia dengan penuh keyakinan berkata, “tetapi aku tidak
menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan
menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan Tuhan Yesus kepadaku untuk memberikan
kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah (Kish. 20:24).
Istilah ”garis akhir” digunakan
pada jalur lomba lari yang ditentukan untuk para pelari dalam pertandingan
Olahraga Olimpiade, yaitu rencana untuk perlombaan lari yang ditentukan
sebelumnya oleh para juri. Cita-cita besar Paulus ialah mengikuti jalur
pertandingan yang ditentukan Tuhan bagi hidupnya.[148]
Prinsip Paulus yang melatar
belakangi dalam pelayanannya (Kish. 20: 17-21), panggilan pelayanan Paulus
senantiasa melandasi, menjiwai seluruh pelayanannya (Kis. 26:19), sedemikian
rupa sehingga Paulus dengan tegas menyatakan bahwa sejak hari pertama tiba di
Efesus, ia melayani Tuhan, dengan segala kerendahan hati. Ia memperlakukan
jemaat Tuhan bukan sebagai obyek pelayanan saja, tetapi sebagai milik Tuhan.[149]
Randy Frazee, dan Robert Noland,
Mengutip dalam buku Berpikir, Bertindak
menjadi seperti Kristus Pelayanan yang menyenangkan hati Tuhan oleh karena
segala perbuatan yang dilakukan Allah bagi Paulus sehingga Paulus dapat
merespon terhadap pelayanannya dengan memberi diri.
Rasul
Paulus menulis, “Aku telah disalibkan bersama Yesus; namun aku hidup, tetapi
bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.
Dan hidupku yang kuhidupi sekarang didalam daging, adalah hidup oleh iman dalam
Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk Aku.” (Gal.
2:19-10). Meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia
batiniah kami diperbaharui dari hari ke hari. Sebab penderitaan ringan yang
sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan yang kekal melebihi
segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami.” (2 Kor. 4:16-17).[150]
Seberapa jernih panggilan
pelayanan Gembala akan menentukan seberapa Bukti Totalitas Pelayanan Gembala
masa kini, Paulus tahu kapan waktunya
untuk memulai sesuatu dan kapan waktunya Tuhan mengarahkannya kepada pelayanan
yang berikutnya. Itu bukti jelas bahwa hati sepenuhnya untuk Tuhan dan
melakukan tugas pelayanannya hanya kehendak Tuhan. Paulus dalam Pelayanan sadar
sepenuhnya, ia sendiri tidak akan sanggup menjaga jemaat yang telah bertumbuh
bersamanya di Efesus bahkan di Korintus.[151]
Berbicara mengenai pelayanan
adalah suatu panggilan yang Tuhan berikan kepada orang orang
pilihan-Nya, bukan karena tampang atau parasnya, tetapi karena pilihan
kedaulatan Tuhan. Pemilihan raja Daud merupakan salah satu keteladanan bagi
setiap orang percaya dapat menyakini bahwa setiap orang yang dipilih Tuhan
untuk menjaga dan memelihara umat pilihan Allah.
Keistimewaan sebagai panggilan
seorang pelayan Tuhan atau sebagai Gembala itu merupakan suatu kekhususan dari
Tuhan, tapi dalam perjalanannya tentu tidak selalu mulus dan lancar dengan apa
yang diharapkan. Pelayanan Paulus di jemaat Korintus, Paulus tidak semulus dan
selancar yang diharapkan, karena ternyata dalam kehidupan jemaat Korintus
banyak masalah yang harus ia hadapi oleh karena timbulnya persoalan-persoalan
seperti: keikutsertaan, upacara-upcara keagamaan kafir, penghakiman di depan
orang-orang kafir, pelacuran, masalah etis dan moral, memiliki berbagai macam
karunia, saling menyombongkan diri. Dan keberadaan jemaat Korintus dikenal karena
perpecahan mereka antara berbagai golongan. Oleh karena itu cara hidup jemaat
Korintus banyak menyimpang, sehingga masing-masing membanggakan keunggulan-nya
dan berbuat semaunya tanpa ada aturan. (2 Kor. 4: 8-9).[152]
Pengalaman pelayanan memiliki
keunikan sehingga Paulus menggungkapkan suatu pengalaman rohani yang luar biasa
dalam pelayanannya yaitu walaupun dalam keadaan tekanan ditindas, dianiaya,
dihempaskan, namun dalam keadaan tersebut Paulus tidak terjepit, tidak
sendirian, tidak putus asa. Karena keyakinan iman akan panggilan pelayanannya.[153]
Bagaimana dengan pelayanan
sebagai Gembala Sidang, dalam pengalaman pelayanan akan mengalami tantangan,
mengalami tekanan, kritik, ditolak dan dianiaya, difitnah oleh karena Kristus,
dalam keadaan seperti ini seorang gembala memiliki konsep perkataan yang sama seperti Paulus(2 Kor. 4:
8-9). Paulus mampu bertahan dalam pelayanan oleh kemurnian hatinya terhadap keselamatan orang-orang Korintus.
Paulus melihat pada dirinya dan berkata walaupun kami ditindas kami tidak
terjepit, kami habis akal namun kami tidak binasa, Dan akhirnya semua harus
meyakini bahwa Tuhanlah yang dipermuliakan.[154]
Oleh karena itu, yang berhubungan
dengan pelayan Gembala Sidang sekarang benar-benar pahami konsep Paulus dalam
pelayanannya bahwa sejumlah karunia yang Tuhan anugerahkan kepada Paulus.
Paulus menjalankan pelayanannya dengan kemurnian hati untuk membawa jemaat
Korintus kepada Tuhan. dengan demikian Tuhan mempercayakan pelayanan sebagai
gembala dan menganugerahkan sejumlah karunia besar kepada Gembala, tujuannya
membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan sebagai umat pilihan Tuhan dan perlu menjalankan
pelayanan tersebut dengan kemurnian hati, tergantung bagimana dapat
mendefinisikan pelayanan itu sendiri.[155]
Pelayanan
Gembala Berfokus Pada Pemberitaan Injil
Paulus berfokus pada pemberitaan
Injil Kerajaan Surga oleh kesadaran atas panggilan sebagai rasul Kristus
sehingga kesadaran Paulus menunjukkan kerendahan dan nilai pada dirinya tidak
layak namun Tuhan Paulus memilih menjadi rasul-Nya. Respon Paulus terhadap
Panggilan pelayanannya. Erwin Lutzer dalam bukunya
Pastor To Pastor dapat menjelaskan respon Paulus pada panggilan Tuhan tidak
dapat ditemukan ungkapan yang membuatnya meninggalkan panggilan justru melalui
penderitaan Paulus terdorong terus memberitakan inji, dengan karakter otoritas
Tuhan yang dianugerahkannya. Tujuan utama Paulus terhadap Injil yang
diberitakannya tidak diragukan satupun oleh karena kuasa otoritas Allah yang
memampukan. Paulus dalam memberitakan Injil sebenarnya menghadapi banyak
pertentangan dengan orang-orang Korinus namun fokus Paulus dapat membuat Paulus
terus semangat dalam injilnya. Kefokusan Paulus dapat diperjelas pelayanannya
yaitu pelayan itu dari siapa dan untuk siapa? Sehingga kefokusan Paulus
menunjuk pada konsisten terhadap panggilan surgawinya.[156]
Kamus Umum Bahasa Indonesia dapat menjelaskan kata fokus, fokus
berarti menfokuskan perhatiannya pada sasaran atau tujuan yang didambakan.[157]
Jadi, untuk menjelaskan kefokusan Paulus hanya pada pemberitaan Injil kerajaan
surga, sehingga fokus Paulus tidak dapat dibantah karena fokus Paulus begitu
jelas. Panggilan tokoh-tokoh dalam Alkitab untuk menyampaikan kabar
keselamatan, dan panggilan sebagai hamba Tuhan, Gembala Sidang, atau Pendeta.
Tuhan mempercayakan pelayanan-Nya untuk berfokus memberitakan Injil kepada
orang-orang yang belum percaya. Injil merupakan suatu kabar yang di bawa oleh
Yesus sendiri ketika Ia datang ke dunia sebagai juru selamat manusia. Ia
menyeruhkan bahwa bertobatlah sebab Kerajaan Surga sudah dekat, ini merupakan
injil yang di bawa oleh Yesus sendiri. Tujuan Yesus yang utama ialah bangsa
Israel harus bertobat dan percaya kepada Yesus yang adalah Mesias dan
juruselamat umat manusia.[158]
Seruan ini terus diperdengarkan
kepada bangsa Israel selama Yesus berada didunia, selama Dia melayani dan
memberitakan Injil kerajaan surga. Kemudian Yesus disalibkan mati lalu pada
hari yang ketiga Ia bangkit, dan sesudah empat puluh hari Ia terangkat kesurga
maka Ia memerintahkan kepada murid-muridnya untuk pergi dan memberitakan Injil
kepada semua suku bangsa, ia berkata pergilah dan jadikanlah seluruh bangsa
murid-Ku, Ia juga berkata bahwa “ketahuilah bahwa aku akan menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:19-20).” [159]
Yesus
tidak hanya melakukan misi untuk menyembuhkan dan mengatasi akibat kekerasan
militer dan penindasan ekonomi Romawi, tetapi juga menghidupkan dan membangun
kembali budaya, spiritual, dan kemampuan komunal rakyat, dalam pelayanan
persembahan-Nya berupa Kerajaan Allah untuk orang Miskin.[160]
Gembala memperhatikan seruan ini
dan pada akhirnya Gembala sadar akan panggilannya dan berfokus kepada tujuan.
Memperhatikan seruannya sebagai bentuk penegasan kepada murid-murid-Nya
bahwa “Aku Senantiasa Menyertai Kamu Sampai Kepada Akhir Zaman.” Oleh karena
itu Injil merupakan menjadi fokus dan sentral bagi seorang Gembala dan
pelayanannya dan harus diberitakan kepada seluruh bangsa. Untuk itu ada
beberapa hal yang perlu di ketahui oleh Gembala. Mengapa Gembala harus
memberikan Injil?[161]
Gembala diharuskan memberitakan
Injil oleh karena Injil adalah kekuatan Allah yang membuat manusia berdosa
menjadi orang benar. Kebenaran dinyatakan bukan dari perbuatan baik, tetapi
dari iman kepada iman. Iman Anak Allah yang ada di dalam setiap orang percaya
menyatakan/menyingkapkan kodrat ilahi. Injil adalah pewahyuan progresif tentang
kodrat ilahi dan anugerah yang Tuhan siapkan untuk Gembala terima dan
memberitakannya. Semakin pewahyuan ini tersingkap kepada Gembala maka Injil
akan semakin berdampak dalam pikiran dan persepsi orang percaya tentang
kehidupan kekristenan. Pada gilirannya, Injil akan membawa setiap orang percaya
kepada transformasi atau pembaharuan sejati sebagai hasil iman orang percaya
terhadap anugerah atau kasih karunia Allah.[162]
Memberitakan injil merupakan misi
dari Tuhan yang tertanam didalam diri Gembala, ketika Yesus terangkat kesurga,
Amanat Agung merupakan Amanat Agung dari Tuhan sendiri karena dalam Amanat
Agung itu banyak orang akan dimenangkan bahkan mereka yang dimenangkan akan
menjadi lebih dari pemenang. Ingat bahwa ketika Yesus memberikan Amanat Agung
kepada murid-murid-Nya.[163]
E. B. Surbakti menjelaskan dalam
bukunya Benarkah Injil Kabar Baik? Mengenai
pelayanan Yesus yang mendunia:
Sejak
awal pelayanan-Nya Yesus langsung menggagas misi pelayanan yang mendunia dan
mengambil alih tanggun jawab dosa manusia. Sesuatu yang pada mulanya sulit
dimengerti oleh para murid yang pemahaman geografinya terbatas. Namun Yesus
mencelikan mata mereka, bahwa bagian terbesar komonitas umat manusia yang perlu
mendengar berita injil justru berada diluar Israel . Yesus berkata.” Jadikanlah
semua bangsa murid-Ku,” kata-Nya kepada para murid yang sebagian masih diliputi
rasa takut dan kebingungan (Mat. 28:19). Pemahaman ini memberikan makna bahwa
gereja haruslah menghadirkan sosok Yesus yang menyatu dengan situasi dan
kondisi lokal, bukan sosok asing yang sulit dipahami oleh penalaran lokal.[164]
Ia tidak hanya berkata bahwa
pergi dan memberitakan injil, namun memuridkan mereka yang sudah menerima
injil, oleh karena itu benar apa yang di katakan bahwa tuian memang banyak
namun pengerjanya sedikit, berapa banyak orang sudah percaya namun tidak pernah
diajar untuk lebih mengenal firman Tuhan. Sayang sekali kalau hal tersebut di
biarkan, berapa banyak gereja sudah ada namun tidak ada gembalanya, berapa
banyak desa-desa yang sudah menjadi percaya namun tidak ada yang menjadi guru
injil. Setiap orang yang dipanggilnya harus menjadi pelayan yang setia dan
memuridkan umat yang sudah diselamatkan.[165]
Seperti yang telah dikatakan sebelummnya
mengapa injil fokus pemberitaan oleh seorang Gembala karena injil merupakan
Amanat Agung, perintah nyata yang diturunkan oleh Tuhan sendiri. Oleh karena
itu seorang Gembala harus mengetahui dengan benar “Yesus memberikan kesempatan
yang paling mulia kepada setiap Gembala agar Gembala fokus memberitakan Injil,
karena Injil di beritakan maka seorang Gembala sedang memindahkan jiwa-jiwa
yang binasa oleh pekerjaan ilah zaman
ini. Oleh karena itu tugas sebagai seorang gembala berfokus pada pemberitaan injil
untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang binasa oleh karena pekerjaan ilah zaman ini
yaitu, pekerjaan iblis.[166]
Pelayanan
Gembala Bersandar Pada Allah
Pelayanan Paulus dapat di akui
sebagai seorang yang bersandar penuh pada otoritas Allah dalam memberitakan
Injil kepada orang-orang Yunani bahkan orang Yahudi. Paulus berfokus pada injil
dan melayani jemaatt Allah yang ada di Korintus. Demi injil Paulus bersandar
penuh atas tuntunan Allah dan otoritas kuasa Allah, dalam melayani orang-orang
Korintus Paulus tidak mampu atas tuntutan-tuntutan yang menyeleweng terhadap
injil Paulus.
Namun, Paulus memiliki iman yang
tulus tanpa bersyarat, dalam pergumulan menangani orang-orang Korintus ia
selalu bercermin pada pergumulan Tuhan Yesus ketika Tuhan Yesus berada di zaman
Getsemani. Ternyata Kristus juga pernah bergumul. Ia memohon kepada Bapa-Nya:
Ya Bapa-Ku.” Tuhan Yesus Kristus Berdoa agar penderitaan dan salib kalau boleh
berlalu dari hidup-Nya. Namun, permohonan Kristus sampai tiga kali itu tetap
ditolak oleh Bapa-Nya. Allah menghendaki agar Yesus Kristus harus minum dari
piala penderitaan dan mengalami kematian di atas kayu salib supaya kehendak-Nya
dapat dinyatakan melalui penderitaan Kristus dan penyaliban Kristus.[167]
Konsep Paulus dengan penderitaan
dan pergumulan Yesus selama berada di bumi, Paulus meyakini bahwa ia harus
mengalami hal yang sama dengan tubuh yang fana, sehingga bagi rasul Paulus, doa
yang tidak dikabulkan Allah, disadarinya agar ia jangan sampai terpancing untuk
meninggikan diri. Hal ini dapat dimengerti bahwa orang sekaliber rasul Paulus,
yang dikaruniai potensi tanpa batas oleh Allah, tentu dengan mudah terpancing
untuk memegahkan diri. Namun didalam pelayanan Paulus tidak ditemukan
kesombongan hati bahkan membanggakan diri karena berbagai karunia yang
dimilikinya. Oleh karena itu dalam kenyataan pelayanan hamba-hamba Tuhan yang
dikaruniai khusus sering terpeleset dalam kesombongan rohani! Apabila rasul
Paulus yang telah diberi karunia untuk mengalami kehidupan sorgawi secara
rohani. Pengalaman ekstase ini dapat saja mengodanya untuk menyombongkan diri
secara rohani pula. Ternyata penyakit ”penyakit duri dalam daging” rasul Paulus
dimaksudkan sebagai rem pengendali yang mengajaknya untuk senantiasa bersandar
pada kasih karunia Allah. Sehingga seluruh pelayanan pemberitaan injil, rasul
Paulus tidak bersandar pada kekuatan dan hikmat manusiawi.[168]
Ronald W. Leigh, memiliki Kutipan
yang menarik dalam bukunya Melayani
Dengan Efektif. Pelayanan Gembala Bersandar penuh pada tuntunan Roh kudus
dan Allah
Bersandar
pada tuntunan Roh Kudus Dan Allah, dapat dibandingkan dengan layar pada sebuah
perahu, pantai yang jauh itu bagaikan tujuan untuk menjadi seperti Kristus, dan
gerakan menyeberangi lautnya merupakan pertumbuhan rohani. Bila layarnya
berkembang penuh, perkembangan bertahap akan terjadi selama si pelautnya tetap
tekun dan menjalankan tugasnya. Ia takkan memperoleh pujian karena tiupan
angin, tetapi ia akan melakukan bagian tugas supaya ia bisa memanfaatkan tenaga
angin itu.[169]
Rasul Paulus memberikan keteladanannya
kepada gembala, yaitu bahwa “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati gembala
oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada gembala” (Rm 5:5) dan berseru:
”sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus
adalah Allah yang telah mengurapi, memateraikan tanda milik-Nya atas gembala
dan memberikan Roh Kudus tanpa batas di dalam hati gembala sebagai jaminan dari
semua yang telah disediakn untuk gembala (2 Kor. 1:21-22).[170]
Yohanes B. Mulyono menjelaskan
dalam bukunya Firman Hidup mengenai
panggilan Yeremia dan tujuan Allah dalam hidup Yeremia.
Allah
berfirman, “Aku telah mengenal engkau dan telah menetapkan engkau menjadi nabi
bagi bangsa-bangsa,” maksunya adalah pilihan-Nya tidak salah. Pilihan Allah
atas Nabi Yeremia merupakan tidaklah salah. Pilihan Allah atas Nabi Yeremia
merupakan hasil pemilihan yang matang, bukan menurut ukuran manusia atau dunia,
tetapi menurut Allah sendiri. Ini berarti panggilan dan pengutusan Allah
bukanlah didasarkan pada kematangan fisik dan kedalaman pengalaman mansuia.
Sebab panggilan Allah terhadap Yeremia dilakukan ketika Yeremia masih
mudah-belia, dan panggilan sebagai Nabi ditentukan oleh kebebasan inisiatif dan
kasih karunia Allah.[171]
Berdasarkan pengalaman pelayanan
Paulus yang bergantung penuh pada otoritas kuasa Allah sehingga seorang Gembala
perlu bersandar pada tuntunan Roh Kudus dan Allah, (2 Kor. 4:7). Oleh karena
gembala sering kali di umpamakan sebagai bejana tanah liat. Gembala mengalami
putus asa, kecewa, tidak diindahkan orang, dianiaya, gembala perlu bersandar
pada kehendak dan otoritas kuasa Allah sebab Allah sebagai Sang Penjunan akan
memungut Gembala kembali dan membentuk seluruhnya.
Chritian. De Jonge, dalam buknya Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja
menjelaskan tujuan Allah terhadap umat ciptaan-Nta
Tuhan
membuat bejana dari tanah liat sedemikian rupa lalu Dia hembuskan nafas-Nya
yang menghidupkan sehingga memiliki nyawa, memiliki jiwa dan roh, didalamnya
Tuhan menaruhkan kekayaan dan kemuliaan-Nya. (2 Kor. 4:3) ”Jika Injil yang kami
beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup bagi mereka, yang akan binasa.”[172]
Gembala diumpamakan bejana tanah
liat yang dipilih Tuhan untuk dipakai Tuhan. Gembala seperti bejana yang
terbuat dari tanah liat didalam tangan Tuhan. Didalam kegagalan-kegagalan
Gembala. Tuhan akan membentuk Gembala ulang menjadi keajaiban dan kesaksian.
Gembala adalah menyambung lidah Allah dan dipilih Allah untuk tujuan-Nya.
Gembala adalah pasukan Tuhan yang perkasa. Gembala mungkin merasa
tidak mampu melakukan suatu tugas walaupun demikian Gembala perlu memahami
bahwa Tuhan memperbaharui diri seorang Gembala untuk tujuan-Nya, yang
terpenting Gembala dalam tugas dan tanggun jawab ialah lakukan tugas sebagai
Gembala sampai garis akhir . Dalam sebuah pelayanan Gembala perlu memiliki hati
sebagai seorang hamba. Orang yang berhati hamba selalu siap untuk menjalankan
perintah tuannya. Seorang berhati hamba tidak memusingkan dirinya tetapi
berfokus pada tujuan yang dipercayakan. Pada saat hamba melakukan perintah
tuannya dia tidak perlu kuatir karena tuannya akan memperlengkapinya.[173]
Jadi, Melayani Tuhan memiliki
kecintaan terhadap panggilan pelayanan oleh karena kecintaan terhadap panggilan
membuat seorang gembala mempercayakan segala bentuk penderitaan kepada Tuhan
dan tidak membuatnya putus asa tetapi semakin banyak persoalan hidup semakin
mencintai Tuhan. Imam Al-Ghazali dalam bukunya The Power of Love menuliskan.
Kesempurnaan
cinta kepada Allah adalah mencintai dengan sepenuh hati. Selama melirik kepada
selain Allah, ruang hati seorang akan terganggu oleh selain-Nya. Seukuran
ketergantungan hati oleh selain Allah, seukuran itulah pula berkurangnya
kecintaan seseorang. Seukuran jumlah air yang tersisa didalam bejana, seukuran
itu pula kadar cuka berkurang. Jadi, mencintai Allah harus utuh dan sepenuh
hati.[174]
Pelayanan gembala memiliki sikap
sama seperti Paulus yaitu kesempurnaan cinta atau berfokus terhadap tugas
pelayanan. Fokus terhadap pelayanan adalah wujud dari kecintaan kepada Allah.
Kecintaan terhadap tugas pelayanan akan membuat gembala terus termotifasi
memberitakan injil. Walaupun didalamnya banyak kegagalan yang dihadapi namun
kecintaan terhadap Allah sikap sepenuh hati dan bergantung penuh kepada Allah
membuatnya fokus memberitakan injil sekalipun banyak pertentangan membuat
gembala menyerah tetapi “harta rohani/sorgawi (2 Kor. 4:7), membuat gembala
mampu, karena didalam pelayanan bukan gembala memberitakan diri gembala tetapi
Tuhanlah yang diberitakannya, “bukan kami yang kami beritakan tetapi Kristus
yang adalah Anak Allah. Dengan demikian gembala tetap fokus memberitakan injil,
sekalipun banyak pencobaan yang di alami namun Kristus disurga memberikan
kesanggupan.[175]
Pelayanan Gembala Miliki Roh Iman
Yang Sama Seperti Paulus
Memiliki Roh Iman yang sama, dalam konsep Paulus ialah
mengajak setiap orang percaya untuk melibatkan diri dalam memberitakan injil
kerajaan surga. Dengan ungkapan yang mengajak ini dalam Kisah Para Rasul
berulang-ulang menjelaskan bahwa Roh Kuduslah, Roh Allah, Roh Kristus yang mendorong,
yang memberikan kuasa kepada manusia untuk memberitakan Injil kerajaan surga
(Kish. 2:4; 4:31; 10:45-46; 19:6). [176]
Paulus dapat menjelaskan bahwa Tuhan Yesus Sebelum naik ke
surga, Yesus Kristus memberitahukan murid-murid-Nya tentang Roh Kudus yang akan
diutus untuk melakukan tugas-tugas khusus. Tugas-tugas Roh Kudus demikian
jelasnya. Kuasa doa dalam tugas-tugas penginjilan, penggembalaan, dan
tugas-tugas pelayanan praktis lainnya tidak dapat disangkal lagi. Bahwa Alkitab
banyak sekali memberikan contoh-contoh kuasa doa yang berdasarkan iman.
Kebanyakan para gembala dan pelayan Tuhan juga menyadari peran Roh Kudus dalam
hidup mereka. Gembala tahu dan yakin, bahwa Roh Kudus membantu melahirkan
gereja, menasihati, membimbing, memberi kuasa, keberanian, dan lain-lainnya.[177]
Kamus Umum Bahasa
Indonesia kata ‘sama’ dapat dijelaskan ”sesuatu yang serupa, tidak berbeda,
tidak berlainan.”[178]
Oleh karena itu untuk memahami Gembala miliki Roh Iman yang sama, yang berarti
Roh gembala sama seperti Paulus, “Paulus percaya sehingga dapat berkata-kata,”
dalam memberitakan Injil Kerajaan Surga. Paulus dapat mencantumkan (Rm. 12:3-8) karunia rohani berikut ini: nubuat,
melayani, mengajar, menasihati, membagi-bagikan sesuatu, memimpin, dan
menunjukkan kemurahan. (1 Kor. 12:8-11) mencantumkan karunia Roh. Kata-kata
hikmat, berkata-kata dengan pengetahuan, melakukan mujizat, nubuat, membedakan
bermacam-macam Roh, berbahasa Roh dan menafsirkan bahasa Roh. Daftar yang
ketiga (Ef. 4:10-12) yang berbicara
mengenai Allah memberikan gereja-Nya para rasul, nabi, pekabar Injil, Gembala,
dan pengajar.[179]
Munurut Santo Paulus Membangun Gereja menjadi ”Satu Tubuh”
yang dikutif oleh Aloysius Soenarto dalam bukunya Katakese Bagi Calon Krisma.
Gereja adalah tubuh Kristus (1 Kor.
12:27). Yang menjadikan Gereja sebagai tubuh Kristus adalah Roh Kudus, yaitu
Roh Kristus, karena karunia Roh Kudus itulah orang percaya beraneka ragam ini
dipersatukan menjadi satu tubuh (1 Kor. 12:12,13). Gereja menjadi tubuh Kristus berkat karunia
Roh Kudus. Tubuh Kristus terdiri dari anggota-anggota yang tidak secara
otomatis sudah sempurna. Setiap anggota adalah orang-orang yang pernah berdosa
(1 Yoh. 1:18). Meskipun semua orang telah dilahirkan kembali sebagai
orang-orang merdeka (Gal. 5:15) untuk memilih Kristus, namun semua orang
mengakui sebagai orang lemah, setiap saat ditarik kepada keinginan daging.
Maka, tubuh Kristus. Untuk itu, setiap anggota diikutsertakan secara aktif
dalam membangun Gereja Kristus dengan karunia Roh Kudus, untuk itu setiap
anggota mendapat tanggun jawab untuk mengambil bagian dalam pembangunan tubuh
Kristus ini menurut kemampuan masing-masing.[180]
Karunia roh diberikan oleh Roh
Kudus untuk membangun gereja Kristus. Semua orang Kristen memiliki perang aktif
dalam perluasan injil Kristus. Semua dipanggil dan diperlengkapi untuk
mengambil bagian dalam “pekerjaan penyebaran Injil” (Ef. 4:12).[181]
Dalam
1 Korintus (9:6) Paulus menjelaskan kepada jemaat, bahwa ia sama sekali tidak
mempunyai alasan untuk membanggakan diri kalau ia memberitakan Injil. Sebab hal
itu ia lakukan bukan karena ”semaunya
sendiri” (17), tetapi karena ia “dipaksa” (16). Ia katakan: Aku diharuskan,
diwajibkan (“anengke”) untuk berbuat demikian. Sebab celakalah aku, kalau aku
tidak memberitakan injil. Motif dan dorongan pemberitaan Paulus tidak timbul
dari diri sendiri karena iman yang kuat, kasihnya yang besar dan hidup
kerohaniannya yang tidak tercatat tetapi datang dari luar, dari Allah. Ialah,
yaitu kasih-Nya yang telah mendorong dan memaksa Paulus untuk berbuat demikian.
Hal berlaku juga bagi orang-orang yang memberitakan Injil.[182]
Memberitakan menjadi tugas
yang utama para pemimpin gereja untuk menolong membangun para orang kudus
sehingga mereka dapat diperlengkapi lebih lanjut untuk pelayanan yang sesuai
dengan panggilan Allah kepada mereka. Allah berkehendak gereja sebagai kesatuan
dapat bertumbuh, diperkuat oleh kombinasi dari setiap anggota tubuh. (Ef. 4:11), “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memberitakan injil kerajaan sorga.”[183]
Allah menganugerahkan segala potensi tanpa batas bagi
gembala-gembala untuk meberitakan Injil, memperlengkapi orang-orang Kudus, dan
membangun tubuh Kristus dalam jemaat. Lihat pada kehidupan dan pelayanan Paulus
memiliki karunia tanpa batas namun itu bukan dari diri Paulus tetapi kehendak
Allah harus diwujudkan melalui pelayanan Paulus, sehingga bagi Gembala perlu
menyadari bahwa gembala memiliki Roh iman yang sama seperti Paulus untuk
membangun tubuh Kristus melalui pemberitaan Injil kerajaan surga.
[131]
David L. Bartlett, Pelayanan Dalam
Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 67
[132]
2 Korintus 4:1-6 (TB).
[133] A Noordgraaf, Orientasi
Diakonia Gereja: Teologi Dalam Perspektif Reformasi (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004), 5.
[134]
David L. Bartlett, Pelayanan Dalam
Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 67-68.
[135]
David L. Bartlett, Pelayanan Dalam
Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 67.
[136]
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 102.
[137]
Yusuf Eko Basuki, The Perfect Growth Of
Faith: Pertumbuhan Iman Yang Sempurna (Yogyakarta: Garudhawaca, 2014), 11.
[138]
A Noordgraaf, Orientasi Diakonia Gereja:
Teologi Dalam Perspektif Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 5.
[139]
J. L. Ch. Abinego, Pedoman Praktis Untuk
Pelayanan Pastoral (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2003), 25-26.
[140]Franz-Josef
Eilers, Berkomonikasi Dalam Pelayanan Dan
Misi ( Yogyakarta: Kanisius 2008), 23.
[141]
Flora Slosson Wuellner, Gembalakanlah Gembala-Gembala-Ku (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2007), 87.
[142]
David J. Bosch, Transpormasi Misi
Kristen: Sejarah Teologi Misi Yang Mengubah dan Berubah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 10-11.
[143]Choan
– Seng Song, Allah Yang Turut Menderita
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 13
[144]
David L. Bartlett, Pelayanan Dalam
Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 64-66.
[145]
Yohanes B. Mulyono, Firman Hidup,
(Jakarta: Gunung Mulia, 2002), 38-39.
[146]
Dianne Bergant, Robert J. Karris, Tafsir
Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 320.
[147]
E. Martasudjajita, Pelayanan Yang Murah
Hati (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 7.
[148]
Richard L. Strauss, Bagimana Memahami
Kehendak Tuhan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 4.
[149]
Richard Daulay dan Rahel Daulay, Firman
Hidup 70 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 18.
[150]
Randy Frazee, dan Robert Noland, Berpikir,
Bertindak, Menjadi Seperti Kristus (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2016), 51.
[151]
E. Martasudjajita, Pelayanan Yang Murah
Hati (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 7.
[152]
J. Darminta, Penegasan Panggilan
(Yogyakarta: Kanisius, 2006), 25.
[153]
Richard L. Strauss, Bagimana Memahami
Kehendak Tuhan (Jakarta: Gunung
Mulia, 2002), 80-81.
[154]
Erwin Lutzer, Pastor To Pastor: Tackling
The Problem Of Ministry Revised and Expanded (America: Kregel Publication
Inc., 1997), 20.
[155]
Ronald W. Leigh, Melayani Dengan Efektif:
34 Prinsip Pelayanan Bagi Pendeta Dan Kaum Awam (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2007), 27.
[156]
Erwin Lutzer, Pastor To Pastor: Tackling
The Problems Of Ministry Rivised And Expanded (Amrica: Kregel Academik
& Professional, 2008), 14.
[157]
J. S. Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus
Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), 534.
[158]
B. E. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 119-120.
[159] Yosef Purnama Widyatmadja, Yesus
& wong cilik: praksis diakonia transformatif dan teologi rakyat di
Indonesia ( Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2010), 12-13.
[160]
Ibid., 12.
[161]E.
B. Surbakti, Benarkah Injil Kabar Baik?: Bagimana Menyatakan Dalam Perspektif
Lokal? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),152.
[162]
Edmund Woga, Dasar-Dasar Missiologi (Yogyakarta:
Kanisius, 2002), 80
[163]
Mgr. Ignatius Suharyo, Gereja Melayani Dengan Rendah Hati (Yogyakarta:
Kanisius, 2009), 164.
[164]
E. B. Surbakti, Benarkah Injil Kabar Baik?: Bagimana Menyatakan Dalam
Perspektif Lokal? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 314.
[165]
Agus Soehono, Hidup Yang Berkenan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 53.
[166] Georg Kirchberger, John Mansford Prior, Wilhelmus Djulei, Teologi misi
di kawasan Asia Pasifik (Flores: Nusa
Indah, 1995), 57-58.
[167]
Yohanes B. Mulyono, Firman Hidup 55 (
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 37.
[168]
Ibid., 37-38.
[169]
Ronald W. Leigh, Melayani Dengan Efektif:
34 Prinsip Pelayanan Bagi Pendeta Dan Kaum Awan (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2007), 23.
[170]
Franz-Josef Eilers, Berkomonikasi Dalam
Pelayanan Dan Misi (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 32.
[171]
Yohanes B. Mulyono, Firman Hidup
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 48.
[172]
Christian. De Jonge, Pembimbing Kedalam
Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), 36.
[173]
J. L. Ch. Abinego, Penggembalaan (Djakarta:
Badan Penerbit Kristen, 1963), 85.
[174]
Imam Al-Ghazali, The Power of
Love:Memaksimalkan Potensi Ruhani Untuk Meraih Kebahagiaan Hidup (Jakarta:
Hikma, 2006), 102.
[175]
Agus Soehono, Hidup Yang Berkenan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 54.
[176]
J. L. Ch. Abinego, Pokok-Pokok Penting
Dari Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 179.
[177]
Peter Wagner, Manfaat Karunia Untuk
Bertumbuh Gereja (Malang: Gandum Mas,1991), 55.
[178]
J. S. Badula, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994),
1207.
[179]Pdt.
Nazarius Rumpak, Masa Roh Kudus dan Kasih
Karunia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990),
16.
[180]
Aloysius Soenarto, Katakese Bagi Calon
Krisma (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 12.
[181]
Ibid., 35.
[182]
J. L. Ch. Abinego, Pokok-Pokok Penting
Dari Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 179
[183]
Peter Wagner, Manfaat Karunia Untuk
Bertumbuh Gereja (Malang: Gandum Mas 1991), 67.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan
seluruh pelayanan Paulus, Paulus melihat pelayanan sebagai kemurahan Allah yang
dipercayakan kepadanya bukan karena dia layak, sehingga Paulus dalam
pelayanannya. Ia menyerahkan hidup sepenuhnya untuk dipertimbankan oleh semua
orang dihadapan Allah, untuk menolak segala perbuatan yang tersembunyi yang
dilakukan orang-orang Korintus atau untuk menyatakan kebenaran Allah kepada
orang-orang yang bersikap tidak sesuai dengan apa yang diajarkan firman Tuhan.
Pilihan Paulus untuk memberitakan Injil terhadap orang-orang yang tidak percaya
atau pikiran yang dibutakan oleh pekerjaan iblis. Dalam Pelayanan Paulus banyak
tantangan membuat dia menyerah oleh karena semua pelayanannya tidak diindahkan
orang atau tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan Paulus. Paulus sebagai
manuisa merasa kecewa, putus asa. Namu, dibalik semuanya itu ia melihat
bagimana kuasa Tuhan bekerja didalam kelemahan tubuhnya.
Oleh
karena itu, Gembala sidang sebagai pemimpin Gereja, belajar dari teladan
Paulus. Teladan Paulus akan mendorong Gembala semakin mencintai Tuhan dan
mencintai pelayanan yang Tuhan percayalan ditengah-tengah perkembangan zaman
yang membawah banyak orang kepada kebinasaan. Oleh karena itu, untuk membawa
semua orang pilihan Tuhan kepada Tuhan, ada beberapa hal yang harus Gembala
belajar dari teladan Paulus yaitu sebagai berikut: (1) menganggap pelayanan
sebagai kemurahan Allah yang dipercayakan pelayanan-Nya kepada Gembala Sidang.
(2) Tuhan mempercayakan pelayanan-Nya untuk melayani dengan kemurnian hari. (3)
Gembala dalam pelayanan perlu belajar fokus sama seperti Paulus yang selalu
fokus dengan pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepadanya. (4) Gembala perlu
bersandar penuh kepada Tuhan sebagai yang punya pelayanan. (5) Gembala berani
memberitakan injil oleh karena Roh yang dimiliki gembala sama seperti yang
dimiliki Paulus dann rasul-rasul lainya pada zaman dahulu.
Saran-Saran
Pertama
mengingat pentingnya pelayanan gembala yang sering kali menghadapi persoalan di
lapangan pelayanan, persoalan itu membuat gembala-gembala tinggal panggilan
mereka dan mereka lari dari panggilan sehingga penulis menekankan bagimana
seorang gembala dapat bertahan dalam pelayanan.
Kedua,
dengan adanya karya ilmiah ini memberikan dorongan terhadap gembala yang berada
dalam tingkat putus asa, kecewa, kecil hati, kesedihan namun melalui karya
ilmiah mendorong mereka agar tetap semangat melayani Tuhan.
Ketiga,
mengingat keterbatasan penulis membahas materi dalam karya tulis mengenai harta
ini kami punyai dalam bejana tanah berdasarkan surat 2 Korintus 4:1-15, maka
tanpa mengurangi rasa hormat, penulis berharap akan ada kajian lebih mendalam
mengenai harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat.
KEPUSTAKAAN
Alkitab
Alkitab Terjemahan Baru Lembaga Alkitab Indonesia, 2012
Stamps, Donald C. Ed. Alkitab
Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas, 1994.
Kamus
Alwi, Hasan. Ed. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
Browning, W. F. Kamus
Alkitab: Distionary Of The Bible. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Zain, Muhammad Sutan dan S. J. Badudu, Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994.
Buku
Abineno, Ch. J. L.
Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral.
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
Abineno, Ch. J. L. Penggembalaan. Djakarta: Badan Penerbit Kristen, 1963.
Abineno, Ch. J. L. Pokok-Pokok
Penting Dari Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Ariarajah, Wesley. Alkitab
Dan Orang-Orang Kepercayaan Lain. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
Anderson, Neil T. Menjadi
Gereja Membuat Murid: Metode yang Terbukti Menumbuhkan Orang-orang
Kristen yang Dewasa Rohani. Yogyakarta:
Yayasan Gloria, 2016.
Arthur, J. Philip. Strength
In Weakness: 2 Corinthians Simply Explained. England: Evangelical Press,
2004.
Bartlett, David L. Pelayanan
Dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.
Basuki, Yusuf Eko. Kristen
Pemenang: The Victorious Christian: Meraih Kemenangan Iman Dengan Strategi
Tuhan. Yogyakarta: Garudhawaca, 2014.
Basuki, Yusuf Eko. The
Perfect Growth Of Faith: Pertumbuhan
Iman Yang Sempurna. Yogyakarta: Garudhawaca, 2014.
Barclay, William. Pemahaman
Alkitab Setiap Hari: Surat 1 & 2 Korintus. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2008.
Bergant, Diane dan Karris J. Robert. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Blomberg, Craig. Two
Corinthians; The Niv Application Commentary. New York: Zondervan Publishing House, 2000.
Bosch, David J. Transpormasi
Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi Yang Mengubah dan Berubah. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1997.
Brown, Fauset, Jamieson. A Commentary Critical, Expermental, And Pratical III, Mathew. John,
Acts, Romans, 1,2 Cor-Rev. America: William B. Eerdmans Publishing Company
Grand Rapids, Michigan, 1866.
Clarke, Adam. Christian Theology. London: The
University Of Illinois Library, 1835.
Daulay, Richard dan Rahel Daulay. Firman Hidup 70. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Djulei,
Wilhelmus. Mansford, George Kirchberger Prior. Teologi misi di kawasan Asia Pasifik. Flores: Nusa
Indah, 1995.
Darminta, J. Penegasan Panggilan. Yogyakarta:
Kanisius, 2006.
Drewes, B. E. Satu
Injil Tiga Pekabar. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Drane, John. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis
– Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
Douglas, D. J. Ed. Tafsiran
Alkitab Masa Kini 3 Matius –Wahyu. Jakarta: Bina Kasih, 1981.
Darmaputera, Eka. Tatkala Allah melawat Umat-Nya. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006.
Darmaputera, Eka. Jalan
Kematian dan Kehidupan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Darmawijaya, St. Seluk Beluk Kitab Suci. Yokyakarta:
Kanisius, 2009.
Eilers,
Franz-Josef. Berkomonikasi Dalam
Pelayanan Dan Misi. Yogyakarta: Kanisius 2008.
Eims, Leroy & Randy Eims. Laboring In The Harvest: Penuai Yang Diperlengkapi. Yogyakarta:
Yayasan Gloria, 2015.
Elwood, Douglas J. Teologi
Kristen Asia: Tema-Tema Yang Tampil Ke Permukaan. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2006.
Fausett, Jamieson, Clarke Adam, Henry Matthew. The Bethany Parallel Comentary On The New
Testament. Amerika: Bethany House Publisher, 1983.
Ghazali-Al Imam. The
Power of Love:Memaksimalkan Potensi Ruhani Untuk Meraih Kebahagiaan Hidup. Jakarta:
Hikma, 2006.
Groenen C. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 1984.
Guthrie, Donald. Teologi
Perjanjian Baru 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Guthrie, Donald. Teologi
Perjanjian Baru 3. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Guthrie, Donald. The
Eerdmans Bible Comentary: The New Bible Commentary. America: Eerdmans, 1987.
Hafermann, J. Scott. Suffering
& Ministry In The Spirit; Paul’s Defence Of His Ministry In 2 Corinthians. Amerika:
Eerdams Publishing Company, 1990.
Harlow, R. E. Second
Corinthians Paul and the Church at Corinth. Canada: Everyday Publications, Incorporated Inc., 1985.
Hadiwardoyo, Purwa Al. Warisan Paulus Bagi Umat: Ajaran Iman, Pastoral, dan Moral.
Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Henry, Mathew. Tafsiran
Roma, 1 & 2 Korintus. Surabaya: Momentum Christian Literature, 2015.
Jonge, Christian De. Pembimbing
Kedalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1989.
Keener, Craig S. 1-2 Corinthians: The New Cambridge Bible Commentaray. New York: Cambridge University Press,
2005.
Leigh, Ronald W. Melayani
Dengan Efektif: 34 Prinsip Pelayanan Bagi Pendeta Dan Kaum Awam. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2007.
Lutzer, Erwin. Pastor
To Pastor: Tackling The Problem Of Ministry Revised and Expanded. America:
Kregel Publication Inc., 1997.
Martasudjajita, E. Pelayanan
Yang Murah Hati. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Morgan, Christopher W and
Robert A. Peterson. The Glory Of God. America:
Crossway,
2010.
MacArthur, John. Kitab
Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin Sejati. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Mulyono, Yohanes. B. Firman
Hidup. Jakarta: Gunung Mulia, 2002.
Nee, Watchman. The
Treasure In The Earthen Vessels. California: Living Stream Minstry, 1993.
Leeuwen,
Van Arend Th. Agama Kristen Dalam Sejarah
Dunia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Noordgraaf A. Orientasi
Diakonia Gereja: Teologi Dalam Perspektif Reformasi. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004.
Noland, Robert dan Randy Fraze. Berpikir, Bertindak, Menjadi Seperti Kristus. Yogyakarta: Yayasan
Gloria, 2016.
Osborne, Grant R. Spiral
Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi Penafsiran Alkitab. Surabaya:
Momentum, 2012.
Pfitzner V. C. Ulasan
Atas Surat 2 Korintus: Kekuatan Dalam Kelemahan. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011.
Rumahlatu, Jerry. Hermeneutik
Sepanjang Masa. Jakarta: Cipta Varia Sarana, 2011.
Rumpak, Nazarius. Masa
Roh Kudus dan Kasih Karunia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990.
Rider, Maud A. Unconditional Devotion: Complete
Subservience To God. America: Xlibris, 2011.
Riyadi St. Eko. Yesus
Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus Kristus Dalam Warta Perjanjian Baru.
Yogyakarta: Kanisius, 2011.
Russel, Spitter P. Pertama dan Kedua Korintus. Malang: Gandum Mas, 1977.
Sianne, Go. Diktat Kuliah: Introduksi Perjanjian Baru; Matius-Wahyu. Waingapu:
Sekolah Tinggi Terpadu, 2006/2007. Belum Dipublikasikan.
Soehono, Agus. Hidup
Yang Berkenan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002.
Soenarto, Aloysius. Katakese
Bagi Calon Krisma. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Song Seng – Choan. Allah
Yang Turut Menderita. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Strauss, Richard L. Bagimana
Memahami Kehendak Tuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002.
Subakti, E. B. Benarkah
Injil Kabar Baik?: Bagimana Menyatakan Dalam Perspektif Lokal.? Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2009.
Suharyo, Ignatius. Gereja
Melayani Dengan Rendah Hati. Yogyakarta: Kanisius, 2009.
Stuart, Douglas. Eksegese Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas,2004.
Sutanto, Hasan. Perjanjian
Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I. Jakarta:
Lembaga Alkitab, 2003.
Sutanto, Hasan. Perjanjian
Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003.
Susanto, Hasan. Hermeneutik:
Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab. Malang: Literatur SAAT, 2011.
Subagyo, Andreas B. Pengantar
Riset Kuantitatif dan Kualitatif: Termasuk Riset Teologi dan Keagamaan. Bandung:
Kalam Hidup, 2004.
Tenney, Merril C. New
Testament Survey. England: Eerdmans
Publishing Company, 1985.
Tenney, Merril C. Survey Perjanjian Baru.
Malang: Gandum Mas, 2013.
Wagner, Peter. Manfaat
Karunia Untuk Bertumbuh Gereja. Malang: Gandum Mas 1991.
Widyatmadja, Yosef Purnama. Yesus & wong cilik: praksis diakonia transformatif
dan Teologi Rakyat Di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.
Wijaya, Hengki.
Ed. Metodologi Penelitian Pendidikan
Teologi. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2016.
Wiersbe, Warre W. Be
Encourage; God Can Turn Your Trials Into Triumphs: Comentary 2 Corinthians.
Canada: David C. Cook, 2012.
Woga, Edmund. Dasar-Dasar
Missiologi. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Wuellner, Flora
Slosa. Gembalakanlah Gembala-Gembala-Ku. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2007.
Internet
Ashley Evely, “Paul’s
Paradigm For Ministry In 2 Corinthians: Christ Death And Resurrection,” (Thesis Ph. D Murdoch University, 20060),
6-325, Diakses 17 February 2017. http://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/139/
Frederik Hanny, ”Konsep Persatuan Dengan Kematian dan
Kebangkitan dengan Kristus” Jurnal
Jaffray, 13, No. 2, (Oktober 2015): 215-248. Diakses 17-02-2017
King Pioner L, “John
A. MacMillan: Pioneer Missionary
of Spiritual Warfare and The Believer’s
Autority” Jurnal Jaffray, 14.
No. 1 (April 2016): 1-20. Diakses 10
Maret 2017. http://ojs.sttjaffray.ac.id/index.php/JJV71/article/download/187/pdf_140
Mably Dante Spender, “Life In The New Creation: The Eschatological
Character Of Paul Ministry and Theolgy
In Galatians,” (Thesis MA, Reformed Theology Seminary, 2007), 7-113,
diakses. 17-Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Mably-Life_in_the_New_Creation.pdf
Marshall Claude, Suffering Toward Sanctification,
(Thesis, Ph. D, Reformed Theology Seminary, 2008): 1-83. Diakses, 14 Februari
2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Marshall_Suffering_Toward_Sanctification.pdf
Plummer Robert L, “The Role Of Suffering In Mission Of
Paul And The Mission Of The Church,” The
Southern Baptist Journal Of Theology,
(2013),19-325, diakses 17 Februari 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar