Jumat, 24 Maret 2017

2 Korintus 4:1-15 (SKRIPSI LARIUS TABUNI)





KAJIAN BIBLIKA TENTANG FRASA HARTA INI KAMI PUNYAI DALAM BEJANA TANAH LIAT BERDASARKAN 2 KORINTUS 4:1-15  DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PELAYANAN GEMBALA SIDANG MASA KINI




SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan
Stratum Satu (S1) Program Studi Teologi Kristen Pada
Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar
Oleh
LARIUS TABUNI
NPM. 13102333
SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY
MAKASSAR
2017
 
KATA PENGANTAR

Segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena anugerah-Nya, kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Segala sesuatu yang diperkenankan terjadi dalam penulisan skripsi ini merupakan bagi yang Tuhan berikan untuk semakin menyadari akan kedaulatan dan kemahakuasaan Tuhan dan yang utama adalah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh penulis, agar dapat digunakan tepat sasaran di dalam pelayanan yang akan datang.
Penulis menyadari selama proses penulisan skripsi ini banyak tantangan, kendala, dan hambatan yang dijumpai dalam penyelesainnya. Tetapi dengan pertolongan dan hikmat dari Allah semua dapat lewati dengan sukacita. Semua proses yang terjadi memampukan penulis untuk menyadari bahwa karya Allah akan terlihat nyata dalam kehidupan orang percaya ketika kelakuan perbuatan yang berkenan kepada Allah dan menjadi berkat bagi sesamanya.
Dalam penulisan skripsi ini pula penulis sangat menyadari bahwa semua ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari setiap dukungan yang diberikan dari berbagai pihak. Untuk itu, tidak ada sesuatu yang dapat penulis berikan untuk membalas kebaikan dari semua pihak, baik berupa dukungan doa, dana, maupun memberi motivasi yang diberikan bagi penulis hingga karya ilmiah ini dapat selesaikan tepat pada waktunya. Penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
Pertama, Pdt. Dr. Peniel C. D. Maiaweng, sebagai ketua Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar dan juga pada Program Pascasarjana.
Kedua, Pdt. Robi Panggarra, M. Th, selaku dosen pembimbing yang selalu mendukung dan menasihati penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Ketiga, Staf dosen yang telah membimbing dari awal masuk kuliah di STT Jaffray ini sampai puncak penyusunan skripsi ini.
Keempat, kepada seluruh karyawan yang bekerja di kampus STT Jaffray yang berjerih lelah bekerja, dan hal itu dapat memotivasi penulis terus dalam menempuh pendidikan di Stt Jaffray Makassar ini.
Kelima, Pimpinan Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar beserta seluruh staf yang banyak membantu penulis dalam penyediaan buku-buku dan mencari buku-buku yang penulis butuh baik saat menyelesaikan tugas-tugas kuliah maupun dalam menyelesaikan skripsi ini.
Keenam, Oma Nelly Tuhummury yang selalu menasihati penulis pada awal masuk di STT Jaffray Makassar ini sehingga penulis terdorong untuk bertahan menyelesaikan kuliah di Stt Jaffay hingga terselesaikan dengan baik.
Ketujuh, teman-teman angkatan 2013, yang selalu memberi dorongan berupa SMS, bahkan mengingatkan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan kerohanian sehingga penulis diteguhkan untuk menyelesaikan kuliah di STT Jaffray Makassar dengan baik.
Kedelapan, orang tua terkasih, yang saya banggakan dan penulis cintai walaupun orang tua tidak pernah bersama namun penulis percaya bahwa doa ibu selalu membuat penulis kuat sekalipun banyak hambatan selama kuliah di STT Jaffray Makassar.
Kesembilan, adik-adik Persekutuan Ekklesia Ministry yang penulis cintai dan penulis banggakan, selama saya kuliah di STT Jaffray, adik-adik persekutuan menjadi motivasi dorongan penulis  untuk dapat menyelesaikan kuliah di STT Jaffray tepat pada waktunya.
Kesepuluh, Randy Frank Rouw adikku yang sangat penulis cintai dan penulis banggakan, selama di STT Jaffray, Randy menjadi bagian dari keluarga sendiri, dalam memberi dorongan, perhatian, tawa, penghiburan bahkan mendorong penulis untuk menyusun skripsi Kajian Biblika.
Kesebelas, Bilung Lut, Reza Mensis, Hans Kristian, Mekiel Tabuni, Tenius Kum, Ronald Vaderley, pernah menjadi bagian dari keluarga di Asrama STT Jaffray Makassar.
Ketidua belas, sahabat dekat, Jeky Sanjaya, Rudolf Ponto, Heri Kimsui Yoktan Liem Vernando, penulis tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata waktu kalian sediakan buat saya bisa berada di hidup kalian.
Ketiga belas, Kaka terkasih beserta keluarga, kakak yang penulis cintai dan banggakan bersama keluarga, penulis tidak bisa membalas atas kebaikan, dorongan, biaya, serta segala jerih payah bekerja demi terselesainya pendidikan di STT Jaffray Makassar.
Keempat belas, Pdt Yusak beserta keluarga, penulis mengucapkan terimakasih banyak oleh karena selama saya kuliah di STT Jaffray Makassar tidak pernah penulis temukan Gembala bisa mempercayakan pelayanan mimbar, tetapi Keluarga Pak Pdt. Yusak sungguh luar biasa memberikan pengalaman rohani selama penulis menempuh Pendidikan di STT Jaffray Makassar. Dan selanjutkan seluruh anggota jemaat GSJA yang menjadi bagian dari keluarga sendiri selama kuliah di STT Jaffray Makassar.
Kelima belas, Persekutuan Doa Berea yang selalu mendoakan Kampus selain dari itu penulis termasuk didoakan, oleh karena itu, penulis mengucapkan trima kasih sebanyak-banyaknya.
Keenam belas, Persekutuan Doa Charistas Ministry yang selalu mendoakan penulis selama kuliah di STT Jaffray Makassar.
Ketujuh belas, Persekutuan Trust Sidang setiap hari jumat membuat penulis terus mendapatkan pengalaman-pengalaman baru di dalam persekutuan ini.
Kedelapan belas, adik-adik terkasih, tercinta, dan kebanggaan penulis, Ruben Kalolik adik, yang teguh dengan panggilan, Napier Wenda adik yang, selalu mengajak canda dan tawa, Yorim Yoman adik yang selalu memberikan senyum yang manis saat penulis keadaan susah, adik Amon Wenda seorang yang rajin, adik Ason suka canda, tawa, dan sangat lucu bagi penulis, Stenly Furima adik yang sikap dewasa menjadi teladan buat penulis, Robert Dabili yang selalu membagi serita hidup, Yaminus Yikwa adik yang selalu memberikan dorongan selama kuliah di STT Jaffray Makassar, adik Alson yang selalu menjadi teladan dalam hal memberi dan mengasihi dengan tulus hati, Wanry sahabat setia, Frengky adik yang selalu memberikan perhatian ketika penulis dalam keadaan masalah, adik Dartinus Bayage yang selalu menganggu penulis, dan membuat penulis selalu tertawa, adik Nomin Bagau yang selalu menjadi teladan buat penulis menunjukan sikap dewasa, adik Agus Penggu menjadi motivator selama kuliah di STT Jaffray, adik Ian Rumbiak yang selalu memberikan teladan buat kaka, adik Yakobus Mange, penulis bangga oleh karena penulis temukan seorang papua yang satu-satunya kreatif, adik Karel Heluga memberikan penulis teladan seorang yang setia dalam salah satu bidang, sahabat Yosua Kudiai memberikan motivasi menjadi seorang yang tabah dengan keadaan, Sahabat Tenius Kum memberikan penulis teladan bagimana tetap tersenyum sekalipun ada di dalam badai, sahabat Mekiel Tabuni mengajari penulis melalui teladan hidupmu bagimana mengasihi orang yang melukai, kaka Rian Nussy yang selalu memberikan Perhatian, kaka Ciko Mote yang memberikan teladan, selalu senyum sekalipun ada dalam masalah, sahabat Didrex Kayoi yang selalu menjadi penasihat penulis, Kenerson Murid yang selalu memberikan teladan mengucap syukur dalam segala keadaan, kaka Naor Maizeni yang selalu tersenyum, kaka Yan Lawiya yang selalu menjadi penguat penulis selama kuliah di STT Jaffray Makassar, adik Pinus Undou memberikan teladan sebagai seorang hati Gembala, Asael Wandikbo mengajari penulis belajar menajemen waktu, Omes Tabuni yang selalu bertanya keadaan penulis, adik Rein Tabuni memberikan teladan kesetiaan, adik Yosua Tabuni memberikan teladan kesetiaan, adik Jelo Wiro Selalu mendampingi, Mariana Uneputty adik yang selalu ulet, Melany Rorimpandey adik yang suka senyum kapan waktu, dan teladan hidupmu ajari penulis mengasihi Musuh, Naomi Ruth orang selalu semangat, Naomi Addi orang yang Selalu Semangat, adik Mekina Tabuni adik yang lucu, adik Jesika Pele selalu optimis, Lois Maniagasi selalu rajin ibadah, Dolince Edoway suka dengar- dengaran, Adik Grace Pah orang yang lemah lembut, Adik Anive Tabuni mengajari penulis mengunjungi sahabat-sahabat dengan jalan kaki, adik Angel Patty selalu semangat.
Kesembilan belas, Kakak Dese Wetipo yang berjerih lelah menyediakan waktu untuk duduk bersama penulis selama menyusun skripsi bahkan selama susun tesis di Kampus STT Jaffray Makassar.
Kedua puluh, orang pernah doakan penulis, sekalipun saya tidak pernah melihat tetapi Tuhan selalu melihat.
Keduapuluh satu orang-orang yang pernah saya lukai selama kuliah di STT Jaffray Makassar, maafkan saya. Dan juga orang-orang yang pernah melukai hati saya, semoga Tuhan memberikanmu hari depan yang penuh harapan sesuai dengan janji didalam firman-Nya.


Makassar 22 Juli 20017
Penulis   

DAFTAR ISI
 HALAMAN JUDUL........................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................... i
ABSTRAK........................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................................... viii
BAB
I.              PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
Pokok Masalah................................................................................................ 7
Tujuan Penelitian............................................................................................. 7
Manfaat Penelitian........................................................................................... 8
Metodelogi Penelitian...................................................................................... 8
Batasan Penenelitian....................................................................................... 10
Sistematika Penulisan..................................................................................... 10
II.           LATAR BELAKANG KITAB 2 KORINTUS
Latar Belakang Kitab 2 Korintus................................................................... 12
Penulis dan Tahun Penulisan.......................................................................... 14
Penulis................................................................................................... 14
Tahun Penulisan.................................................................................... 15
Penerima Kitab 2 Korintus............................................................................. 16
Tujuan Penulisan Kitab 2 Korintus................................................................. 16
Keunikan Kitab 2 Korintus............................................................................ 17
Struktur Kitab 2 Korintus............................................................................... 19
III.        KAJIAN BIBLIKA TENTANG FRASA HARTA INI KAMI PUNYAI DALAM BEJANA TANAH  LIAT BERDASARKAN KITAB 2 KORINTUS 4:1-15

Genre Nas 2 Korintus 4:1-15.......................................................................... 21
Latar Belakang Konteks................................................................................. 21
Konteks Sebelum 2 Korintus 3:1-18..................................................... 22
Konteks sesudah 2 Korintus 4:16-18; 5:1-10........................................ 24
Makna Leksikal Bejana Tanah Liat 2 Korintus 4:7........................................ 25
Struktur Teks 2 Korintus 4:1-15..................................................................... 26
Metode Pendekatan Penafsiran...................................................................... 27
Analisis Teks 2 Korintus 4:1-15..................................................................... 27
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat, Tetapi Oleh Karena Kemurahan Allah Kami Menerima Pelayanan Ini (4:1).......................................................................................... 27

Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Tetapi Kami Menyerahkan Diri Kami untuk Dipertimbangkan Oleh Semua Orang Di hadapan Allah (4:2).................................................... 30

Untuk Menolak Segala Perbuatan yang Tersembunyi (4:2a)................ 31
Untuk Menyatakan Kebenaran Allah (4:2b).................................. ....... 34           
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat yang Dipilih untuk Memberitakan Ini Injil Terhadap (4:3-6)                                                                                                                  36

Orang-Orang yang Tidak Percaya (4:4a)............................................... 37
Pikiran yang Telah Dibutakan Oleh Ilah Zaman Ini (4:4b)................... 39
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat, Namun Kuasa Yang Melimpah- Limpah  Itu Berasal Dari Allah (4:7-12)                                                                                                            42

Kami Sebagai Bejana Tanah Liat, Namun Kami Miliki Roh Iman Sama (4:13-15)                    45

IV.        MAKNA HARTA DALAM BEJANA TANAH LIAT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PELAYANAN GEMBALA SIDANG MASA KINI

Pelayanan Gembala Sebagai Kemurahan Allah.............................................. 47
Pelayanan Gembala Dalam Kemurnian Hati.................................................. 52
Pelayanan Gembala Berfokus Pada Pemberitaan Injil................................... 57
Pelayanan Gembala Bersandar Pada Allah.................................................... 61
Pelayanan Gembala Memiliki Roh Iman yang Sama Seperti Paulus...... ....... 65
V.           KESIMPULAN
Kesimpulan..................................................................................................... 68
Saran-Saran..................................................................................................... 69
KEPUSTAKAAN



BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pelayanan Paulus di jemaat Korintus merupakan salah satu jemaat yang merepotkan dirinya karena ketidakstabilan kerohanian dalam jemaat. Kehidupan jemaat tidak sesuai dengan apa yang diajarkan firman Tuhan. Untuk memahami surat 2 Korintus 4:1-15 ada kata kunci dari ajaran Paulus dalam pelayanannya yaitu: ”Kami Punyai Harta Ini Dalam Bejana Tanah Liat (2 Kor. 4:7).” Ayat ini merupakan penjelasan penderitaan dan kelemahan tubuh manusia dengan kemenangan pesan yang mereka sampaikan dalam  menangani masalah-masalah di Korintus.[1]
Alasan Paulus  (2 Kor. 4:7-13), adalah ia menderita dengan Yesus sehingga ia dapat mengalami kebangkitan hidup dengan Yesus. Di sini Paulus menjelaskan mengenai (2 Korintus. 4: 13-18).
Warren W. Wiersbe mengutip dalam bukunya (Be Encourage mengenai 2 Corinthians) mengenai (2 Kor 4:7)Kami miliki harta ini dalam bejana tanah liat”.
Dalam salah satu kata yang digunakan Paulus dalam pelayanan mengenai bejana tanah liat yang paling menarik dalam surat 2 Korintus 4:7, ialah Ia menjelaskan bahwa bejana tanah liat adalah nilai kerendahan diri Paulus dalam pelayanannya, Paulus melihat pada diri sebagai seorang rendahan, atau bejana tanah liat yang mudah rapuh tetapi Tuhan memilih bejana tanah liat yang mudah rapuh itu untuk bekerja bagi-Nya.[2]
Meskipun dalam pelayanan Paulus dituntut nyawa sendiri namun Paulus menyakini bahwa Tuhan menyelamatkan dia dari keputusasaan dan kehancuran. Sebagaimana penderitaan bagaikan penderitaan Kristus. Penderitaan yang berulang ulang di alaminya bukti dari kuasa kebangkitan Tuhan (2 Kor. 4:10-11; 2 Kor. 1:9-10). Kuasa itu dinyatakan saat Paulus putus asa menghadapi penderitaan dan perlawanan musuhnya. Iman akan kuasa Tuhan membuat Paulus tidak diam tetapi dia berkata-kata atas keyakinannya (2 Kor. 4:13).[3]
Pengalaman-pengalaman Paulus dapat menguatkan jemaat di Korintus, supaya kebangkitan Kristus yang telah dia alami akan membangkitkan juga orang percaya di Korintus. Maka penderitaan yang Paulus alami akan berujung pada kemuliaan Allah (2 Kor. 4:14-15). Menjelaskan Mazmur 116:10 Paulus mengemukakan alasan mengapa ia berbicara. Ayat ini secara mutlak mengajarkan bahwa Roh Kudus merupakan sumber dari iman. Alkitab dan kesaksian. Kata kami memang cocok: Paulus seperti Daud; percaya sehingga berkata-kata; kedua ungkapan ini dipersatukan di dalam iman. (Ibr. 11:39, 40).[4]
Paulus bertekun karena Kristus telah bangkit. Kami melihat kuasa Kristus diwujudkan dalam pelayanan Paulus (2 Kor.  6: 9-10). Meskipun Paulus menghadapi tekanan dari berbagai kritikan, melalui mata imannya dapat melihat bagaimana Kristus di surga memperbaharui dirinya dalam hati dari hari ke hari (2 Kor. 4:16). Kehidupan Kristus dinyatakan di dalam dia adalah pembaharuan batinnya, kuasa kebangkitan Kristus mengubah dia.[5]

John MacArthur, memiliki cacatatan yang menarik dalam bukunya (Kitab Kepemimpinan), mengenai bejana tanah liat.
Bejana adalah wadah sekali pakai dari dunia kuno, sehingga masa hidup mereka pada umumnya beberapa tahun yang paling beruntung. Bejana digunakan untuk menyimpan dan mengangkut air dan minyak zaitun dan anggur dan biji-bijian dan bahkan menyimpang harta kekayaan. Gerabah bejana adalah bagian dari anonim untuk hidup sehari-hari karena mereka mengunakan untuk memasak makanan dan pakai minum dan menyimpan sisa makanan. Setiap bagian penggalian arkeologi domestik mengandung sisa-sisa, tidak ada yang mencatat guci tanah liat lebih daripada wadah makanan lain. dipakai hanya untuk kenyamanan. Barang tersebut murah dan mudah  pecah. Dengan demikian, guci tanah liat menjelaskan kelemahan tubuh manusia. Seperti guci tanah liat manusia adalah makluk yang lemah, manusia yang fana. 2 Kor. 4:7 dalam Kelemahan tubuh manusia Tuhan mentransfer kuasa-Nya untuk memberitakan Injil).[6]
Evelyn menuliskan 2 Korintus 4: 7, Kami punyai harta ini dalam bejana tanah menunjukkan bahwa kekuatan ini dari Allah dan bukan dari kami sehingga semua pelayanan yang dilakukakan Paulus bersama dengan kawan-kawannya memiliki kekuatan dalam pelayanan untuk menunjukkan kekuatan Allah yang dapat menolong mereka dalam pelayanan.[7]
Untuk memahami kata yang digunakan (2 Kor. 4:7) ”harta karunnamun yang mungkin telah ditetapkan yang terkandung dalam makna tanah liat yang rapuh, nyawa manusia yang lemah ini dapat menjelaskan  bahwa Allah mendemonstrasikan diri melalui ciptaan-Nya. Bagian ini berhubungan terutama dengan pengajaran Paulus pada penderitaan kerasulannya. Yang berkata: Tetapi kami memiliki harta ini dalam bejana tanah liat, sehingga mungkin jelas bahwa kekuatan ini dari Allah dan tidak datang dari kami. Kami menderita dalam segala hal; namun tidak terjepit, bingung; namun tidak putus asa, dianiaya; namun tidak ditinggalkan, dihempaskan, namun tidak binasa. Kematian Yesus selalu membawa kedalam tubuh kami, sehingga kehidupan Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami. Untuk sementara kami hidup, kami terus memberitakan Injil tentang Yesus sampai mati demi Yesus, sehingga kehidupan Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana yang bekerja di dalam kami, dan kami hidup giat maut didalam kamu.[8]
Kami memiliki roh iman yang sama yang sesuai dengan Kitab Suci, kami percaya, oleh karena itu kami berkata-kata, karena kami tahu bahwa orang yang membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga dengan Yesus, dan akan membawa kami dengan kamu ke dalam kehadirannya. Semuanya demi kamu, sehingga kasih karunia itu meluas ke lebih banyak orang dan ucapan syukur bertambah untuk kemuliaan Allah (2 Kor. 4:7-15).[9]
Dengan menggunakannya kata kami bagian ini, Paulus membedakan dirinya dari orang-orang Korintus. ”Kami” juga mungkin termasuk para rasul lainnya umumnya atau setidaknya rasul Paulus dengan rekan kerja (Timotius dan Titus), (2 Kor. 4:13) terjadi di tengah-tengah pertahanan Paulus terhadap berbagai kritik. Beberapa orang rupanya menuduh Paulus sebagai seorang yang tidak tulus (2 Kor. 2:17), mereka berusaha menjatuhkannya (2 Kor. 3:1), bahwa ia tidak kompeten (2 Kor. 3: 5), ia tidak jelas dalam ajarannya (2 Kor. 4: 3), dan tujuan semua kritik untuk membatalkan Paulus sebagai utusan yang dipilih Allah (2 Kor. 1: 3-11; 4:7-15; 6:4).[10]
Donald Guthrie mengomentari: Korintus 4:7,
Penjelasan bejana tanah liat di sini mulai berubah. harta adalah ”Pengetahuan tentang kemuliaan Allah” yang dimiliki Paulus. Jadi, Paulus, dengan nada kerendahan hati yang mendalam, ”bersama kami.” memiliki harta yang tak ternilai. Bagian ini adalah instruktif, yang menunjukkan bahwa kelemahan tubuh. ”sehingga,” katanya; ”kami mengakui semua yang dikatakan pada nilai benda yaitu nilai pada bejana itu, nilai benda atau bejana itu adalah diri kami namun orang-orang dapat melihat kekuatan yang  berasal dari Allah, dan bukan dari diri kami sendiri.” Kata-kata yang mengikuti, kontras penderitaan dan kelemahan tubuh dengan berbagai cara di mana mereka menanggun melalui anugerah penguatan Allah, menunjukkan urutan yang mendasari pemikiran.[11]
Paulus memberitakan di hadapan Allah, artinya, di hadapan dia yang satu-satunya dapat menyatuhkan penilaian terakhir terhadap pelayanannya (2 Kor. 1:7; 5:1). Paulus tahu, tidak semua menerima kebenaran itu. Itu tidak berarti bahwa pesannya itu tidak jelas. Bukan pula karena Paulus tidak dapat mengungkapkan dirinya sederhana dan jelas (meskipun orang-orang pada zamannya kadang-kadang merasa bahwa Paulus sulit di pahami (1 Pet. 3:16), atau karena ia tidak mempunyai kemampuan dalam berbicara yang mudah di pahami dan penampilan fisik yang mengesankan (2 Kor. 10:10; 11:6). Tidak, bila Injil Paulus tetap terselubung atau tidak dipahami (2 Kor. 3:15), kesalahannya terletak pada diri para pendengar yang akan binasa karena mereka tetap tidak mau percaya (2 Kor. 2:15; 1 Kor. 1:18).
Paulus ingin menunjukkan bahwa tujuan mereka kepada Allah. Juga, dari bagian ini, kita menemukan bahwa Paulus menderita karena memproklamasikan Injil. Fakta ini dapat diperjelas oleh deskripsi kiasan Paulus dari penderitaan sebagai kematian Tuhan Yesus membawa dalam tubuh sendiri (2 Kor. 4:10).[12]
Paulus melihat penderitaan sebagai gambaran, dalam arti, kematian Yesus. Ketika Rasul menderita dalam pemberitaan  Injil, ia mengenakan ”penderitaan Yesus” sebagai hasil dari gambaran hidup, melalui pengalaman Paulus dari kematian oleh penderitaan diulang, ia memberikan kehidupan Yesus (keselamatan).[13]
Claude Marshall mengambil pandangan yang sama dari (2 Kor. 4:7), berkomentar: kerasulan adalah memanifestasikan duniawi dari Injil, dan penderitaan kerasulan memainkan bagian ini adalah pencerahan dalam bentuk memperluas pengorbanan Kristus. Teks berulang akan menolong penafsiran ini, seperti pada konteks umum, yang memusatkan penyabaran Injil (2 Kor. 4: 2-5,13).[14]
Christopher, W, Morgan and Robert A. Peterson, dapat menjelaskan bahwa  dalam memproklamasikan Injil, Tuhan bekerja melalui pengalaman penderitaan orang percaya. Allah membentang jiwa untuk tumbuh menjadi sesuatu yang lebih kuat dan lebih baik. air mata penderitaan tertentu membangun aspek baru untuk hidup lebih setia, Meskipun Allah dapat membawa hal yang tidak menyenangkan dari pengalaman- pengalaman itu sendiri.[15]
Penderitaan mendorong pertumbuhan rohani pada tingkat yang lebih dalam dan Penulis kitab Ibrani dapat menjelaskan tentang penderitaan Yesus. Yesus menjadi sempurna dalam penderitaan dan membawa banyak orang kepada kemuliaan, sehingga Penderitaan memainkan perang penting dalam kehidupan dan pelayanan orang percaya sehingga dari segi penderitaan dan airmata Paulus sebenarnya Yesus sendiri yang memainkan perang dalam pelayanan Paulus.[16]
Kehidupan Kristus dinyatakan di dalam pelayanannya adalah pembaharuan batinnya, dan mendapatkan kekuatan kebangkitan Kristus yang meneguhkan dia (2 Kor. 4:12b). Pekerjaan Kristus dengan kuasa kebangkitan-Nya  yang menyelubungi kerasulan Paulus, dia terlihat luar biasa sesaat penderitaan yang sedang mempersiapkan untuk  kemuliaan  yang kekal (2 Kor. 4:17). Dengan memperhatikan latarbelakang dia atas maka penulis tertarik untuk menulis SKRIPSI Kajian Biblika dengan Judul: KAJIAN BIBLIKA TENTANG FRASA HARTA INI KAMI PUNYAI DALAM BEJANA TANAH LIAT BERDASARKAN 2 KORINTUS 4:1-15 DAN IMPLEMENTASI DALAM PELAYANAN GEMBALA SIDANG MASA KINI.
Masalah Pokok
Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah.
            Pertama, apa makna pengajaran rasul Paulus tentang “Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat Berdasarkan 2 Korintus 4:1-15”?
            Kedua, bagaimana mengimplementasikan “Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat” dalam pelayanan Gembala Sidang masa kini?
Tujuan Penelitian
Penulisan skripsi ini bertujuan:
Pertama, untuk menjelaskan makna pengajaran Paulus tentang “Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat Berdasarkan 2 Korintus 4:1-15.”
Kedua, mengimplementasikan “Frasa Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat” dalam pelayanan Gembala Sidang Masa kini.


Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan dalam kajian biblika ini adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk dijadikan pedoman bagi Pelayanan Gembala Sidang agar dapat mengatasi tantangan, dan persoalan dalam pelayanan.
Kedua, sebagai bahan masukan bagi pelayanan Gembala Sidang yang sedang menghadapi tantangan, atau persoalan dalam pelayanan.
Ketiga, untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam mencapai gelar Sarjana Teologi di Sekolah Tinggi Filsafat Theologia Jaffray Makassar.
Metodelogi Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengunakan pola pendekatan kualitatif, pola pendekatan kualitatif adalah meneliti bahasa dan tafsiran Alkitab.[17] Oleh karena itu, penelitian kualitatif ini akan digunakan penulis untuk mengetahui bahasa tafsiran Alkitab. Dengan mengunakan kerangka penafsiran Hermeneutik.
Menurut Hasan Sutanto, “kerangka penafsiran Hermeneutik merupakan disiplin yang memikirkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan hukum-hukum yang dipakai secara universal untuk memahami dan menetapkan naskah Alkitab sesuai maksud penulis Alkitab.”[18] Osborne dapat menjelaskan bahwa “tujuan dari hermeneutika sebenarnya sederhana yaitu untuk menemukan maksud dari penulis.”[19] Jadi, kerangka penafsiran Hermeneutik bertujuan untuk mencari pengertian atau makna pengajaran yang merujuk pada teks Alkitab.
Kata Hermeneutik (Bahasa Inggris), atau Hermeneutika berasal dari kata Yunani, ερηνενω, yang berarti menginterpretasikan, menjelaskan, atau menterjemahkan suatu bagian Alkitab.[20] Selain dari itu penulis mengkritik teks untuk menyelidiki bahasa penafsiran Alkitab yang sesuai dengan penulis maksudkan. Andreas Subagyo menjelaskan dalam bukunya Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif. Kritik teks merupakan istilah umum menunjuk  pada analisis ayat-ayat Alkitab atau semua metodologi yang diterapkan untuk menyelidiki teks Alkitab.[21]
Kritik teks bagian dari ilmu yang berupaya menyusun dan menetapkan kembali teks asli Alkitab. Prosedurnya meliputi penyusunan kembali sejarah pemindahan dan penilaian dari nilai relatif naskah-naskah.[22] Oleh karena itu Penulis tertarik mengunakan pola pendekatan kualitatif dengan kritik struktur teks yang lebih dekat dengan deskrispi suatu bagian teks yang penulis kitab maksudkan untuk mendapatkan penjelasan pengajaran Paulus.
Pola Pendekatan ini yang akan digunakan oleh penulis untuk mendapatkan pengertian Pengajaran Paulus berdasarkan surat 2 Korintus 4:1-15 tentang “Tentang Frasa Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat.” Dengan mengunakan buku-buku dan jurnal internet yang berhubungan dengan judul yang di angkat penulis untuk menemukan makna pengajaran Paulus dan mengimplementasikannya dalam pelayanan Gembala Sidang pada masa kini.



Batasan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini Penulis memberikan batasan “Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat  berdasarkan 2 Korinrus 4:1-15.” Dan mengimplementasikan pada pelayanan Gembala Sidang masa kini.
Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan Kajian Biblika ini diklasifikasikan sebagai berikut:
Bab I, merupakan pendahuluan yang terdiri dari, latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, batasan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II, merupakan latar belakang kitab 2 Korintus yang terdiri dari, latar belakang kitab 2 korintus, penulis kitab 2 Korintus, tahun penulisan kitab 2 Korintus, penerima kitab 2 Korintus, tujuan penulisan kitab 2 Korintus, dan struktur kitab 2 Korintus.
Bab III, merupakan kajian biblika tentang frasa harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat yang terdiri dari, genre nas 2 Korintus 4:1-15, latar belakang konteks, konteks sebelum 2 Korintus 3:1-18, sesudah konteks 2 Korintus 4:16-18; 5:1-10, makna leksikal bejana tanah liat 2 Korintus 4:7, struktur teks 2 Korintus 4:1-15, metode pendekatan penafsiran, analisis teks 2 Korintus 4:1-15. bagian sub-sub yang terdiri dari; kami sebagai bejana tanah liat tetapi oleh karena kemurahan allah kami menerima pelayanan ini (4:1), kami sebagai bejana tanah liat tetapi kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan allah (4:2), untuk menolak segala perbuatan yang tersembunyi (4:2a), untuk menyatakan kebenaran allah (4:2b), kami sebagai bejana tanah liat yang dipilih untuk memberitakan ini injil terhadap (4:3-6), orang-orang yang tidak percaya (4:4a), pikiran yang telah dibutakan oleh ilah zaman ini (4:4b), kami sebagai bejana tanah liat namun kuasa yang melimpah-limpah  itu berasal dari allah (4:7-12), kami sebagai bejana tanah liat namun kami miliki roh iman sama (4:13-15).
Bab IV, merupakan hasil kajian biblika tentang frasa dan pembahasan mencakup aplikasi “makna harta dalam bejana tanah liat imlementasi dalam pelayan gembala sidang.” dengan sub-subnya, pelayanan gembala sebagai kemurahan allah, pelayanan gembala dalam kemurnian hati, pelayanan gembala berfokus pada pemberitaan injil, pelayanan gembala bersandar pada Allah, pelayanan gembala memiliki roh iman yang sama seperti Paulus.
Bab V, merupakan kesimpulan dan saran-saran.


[1] Matthew Henry, Tafsiran Surat Roma 1 & 2 Korintus (Surabaya: Momentum,  2015), 871.
[2] Warren W. Wiersbe, Be Encourage; God Can Turn Your Trials Into Triumphs: Comentary 2 Corinthians  (Canada: David C. Cook, 2012), 60.
[3] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus: Kekuatan Dalam Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011),  65.
[4] Dante Spender Mably, “Life In The New Creation: The Eschatological Character Of Paul Ministry and Theolgy  In Galatians,” (Thesis MA, Reformed Theology Seminary, 2007), 100, diakses. 17-Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Mably-Life_in_the_New_Creation.pdf
[5] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus: Kekuatan Dalam Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 68.
[6] John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 136.
[7] Evelyn Ashley, “Paul’s Paradigm For Ministry In 2 Corinthians: Christ Death And Resurrection,”  (Thesis Ph. D Murdoch University, 20060), 43,  diakses 17 February 2017. http://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/139/
[8] Claude Marshall, “Suffering Toward Sanctification, (Thesis, Reformed Theology Seminary,” 2008), 32-33.  Diakses. 17 Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Marshall_Suffering_Toward_Sanctification.pdf
[9] Maud A Rider, Unconditional Devotion: Complete Subservience To God (America: Xlibris, 2011), 460.
[10] Dante Spender Mably, “Life In The New Creation: The Eschatological Character Of Paul Ministry and Theolgy  In Galatians,” (Thesis MA, Reformed Theology Seminary, 2007), 31. Diakses. 17 Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Mably-Life_in_the_New_Creation.pdf
[11] Donald Guthrie, The Eerdmans Bible Comentary: The New Bible Commentary  (America: Eerdmans, 1987), 993.
[12] Rober L. Plummer, “The Role Of Suffering In Mission Of Paul And The Mission Of The Church,”  Journal, The Southern Baptist Journal Of Theology, (2013), 7, diakses 17 Februari 2017.
[13] Hanny Frederik, ”Konsep Persatuan Dengan Kematian dan Kebangkitan dengan Kristus” Jurnal Jaffray, 13, No. 2, (Oktober 2015): 238-237, diakses 17-02-2017
[14] Claude Marshall, Suffering Toward Sanctification, (Thesis, Reformed Theology Seminary, 2008), 14 diakses, 14 Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Marshall_Suffering_Toward_Sanctification.pdf
[15] Christopher, W. Morgan & Robert A. Peterson, The Glory Of God (America: Crossway, 2010), 107.
[16] Paul L. King, “John  A. MacMillan: Pioneer Missionary of Spiritual Warfare and The Believer’s  Autority” Jurnal Jaffray, 14. No. 1  (April 2016), 8-9, diakses 10 Maret 2017.
[17] Hengki Wijaya (Ed.), Metodologi Penelitian Pendidikan Teologi  (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2016), 32.
[18] Hasan Susanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab  (Malang: Literatur SAAT, 2011), 3.
[19] Grant R. Osborne, Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi Penafsiran Alkitab (Surabaya: Momentum, 2012), 5.
[20] Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab  (Malang :SAAT, 2007), 1.
[21] Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif: Termasuk Riset Teologi dan Keagamaan  (Bandung: Kalam Hidup, 2004), 127.
[22] Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab  (Malang :SAAT, 2007), 128.


BAB II
Latar Belakang Kitab 2 Korintus
Surat 2 Korintus adalah bagian dari surat-menyurat Paulus dengan orang-orang Kristen di Korintus yang berhasil dilestarikan. Andaikan memiliki seluruh kumpulan surat-menyurat, termasuk pesan-pesan yang dikirimkan kepada para rasul dari Korintus, tentu akan lebih mampu memahami mengapa Paulus menulis seperti yang ia lakukan dalam surat tersebut. Namun kenyataannya, hanya memiliki potongan-potongan dari sebuah dialog yang menjadi argumen. Untuk mengikuti argumen ini harus berusaha merekonstruksikan hubungan-hubungan yang berubah-berubah antara rasul tersebut dengan jemaat di Korintus.[23]
Selama Paulus tinggal di Efesus ia tetap memelihara hubungan dengan jemaat-jemaat di Akhaya yang dibangunnya pada perjalanan sebelumnya. Gereja di Korintus merupakan  suatu masalah yang merepotkan dirinya karena ketidakstabilan kerohanian. Sebagian besar tersebar di Korintus dari anggota jemaat adalah bukan orang Yahudi yang tidak pernah dididik dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, dan yang latar belakang religius serta moralnya sangat bertolak belakang dengan norma-norma Kristiani, banyak hal yang harus diajarkan kepada mereka sebelum mereka mencapai kedewasaan rohani (1 Kor. 3:1-3).[24]
Pelayanan Apolos di antara mereka sangat membantu dalam banyak hal. Caranya mengajar dan menyampaikan kebenaran menarik hati orang-orang di Korintus. Yang  terutama sangat bermanfaat untuk menghadapi orang-orang Yahudi, karena ia sangat memahami Perjanjian Lama dan dapat berdebat di muka umum dengan gaya yang sangat meyakinkan (1 Kor. 16:12).
Paulus menulis surat kiriman ini dengan menyebut namanya sendiri sebanyak dua kali (2 Kor. 1:1; 10:1). Setelah mendirikan jemaat di Korintus selama perjalanan misinya yang kedua, Paulus dan jemaat itu sering berhubungan karena masalah dalam jemaat.[25]
Urutan hubungan ini dan latar belakang penulisan 2 Korintus adalah sebagai berikut: (1) setelah beberapa kali berhubungan dan surat menyurat yang awal di antara Paulus dengan jemaat (1 Kor. 1:11; 5:9; 7:1), maka Paulus menulis surat 1 Korintus dari Efesus (awal tahun 55/56. (2) Paulus menyeberangi Laut Aegea menuju Korintus untuk menangani masalah yang berkembang dalam jemaat. Kunjungan yang tak menyenangkan, baik bagi Paulus maupun bagi jemaat itu (2 Kor. 2:1-2). (3) setelah kunjungan ini, ada laporan disampaikan kepada Paulus di efesus bahwa para penentang di Korintus itu masih menyerang pribadinya dan wewenang rasulinya, dengan harapan agar mereka dapat membujuk sebagian jemaat itu untuk menolak Paulus.[26] (4) Sebagai tanggapan terdapat laporan ini, Paulus menulis surat 2 Korintus dari Makedonia (akhir tahun 55/56). (5) segera sesudah itu, Paulus mengadakan perjalanan ke Korintus lagi (2 Kor. 13:1), dan tinggal disitu selama lebih kurang tiga bulan (Kis. 20:1-3a). dari situ ia menulis Kitab Roma.



Penulis Dan Tahun Penulisan
Penulis
Surat 2 Korintus penulis adalah Paulus sendiri dan Timotius dengan mengalamatkan surat 2 Korintus kepada jemaat Allah di Korintus dan semua orang Kudus di seluruh Akhaya.[27] Surat 2 Korintus adalah salah satu dari ketiga surat (1 & 2 serta Roma) yang menempati posisi sentral bagian kitab Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[28] Adalah lanjutan dari surat pertama yang juga ditujukan untuk jemaat di kota Korintus, Yunani. Surat ini langsung ditulis oleh rasul Paulus.
Melalui surat ini Paulus ingin menerangkan mengapa ia melakukan perubahan rencana perjalanan ke Korintus.[29] Ia juga menyampaikan pujiannya kepada jemaat Korintus karena telah mentaati pesan yang disampaikannya pada suratnya yang pertama. Titus adalah orang yang ditunjuk Paulus untuk mengantarkan surat ini, dengan harapan agar surat yang kedua juga disambut dengan baik oleh jemaat di Korintus.[30]
Kemudian Paulus mulai menceritakan hal ihwal yang mendorongnya menulis surat 2 Korintus ini (2 Kor. 2:12-13). Sebagai rasul menjadi hamba jemaat atas panggilan Allah sendiri (2 Kor. 4:5-6). Paulus sendiri tentu saja lemah dan dalam pelayanannya mendapat banyak kesusahan (2 Kor. 4:7-12). Kendatipun Ia merasa kuat dan berani karena Roh Allah (2 Kor. 4:13-14) dan kerjanya sudah membawa banyak hasil juga (2 Kor. 4:5). Tetapi Paulus dengan penuh harapan menulis surat yang kedua ini untuk jemaat Allah di Korintus.[31]
Untuk mempertahankan standar moral yang rasul mengharapkan gereja-gereja menghargai kepemimpinan terhadap satu sama lain (1 Kor. 4:6), sebab ada gangguan serius dalam ibadah masyarakat (1 Kor. 11:17-22), karena banyak jemaat di Korintus telah  diasumsikan atas dasar (1 Kor. 1:12), bahwa gereja dibagi menjadi faksi saingan, masing-masing mengaku taat pada pemimpin tertentu (Paulus, Apolos, beberapa termasuk Kephas, beberapa juga mengakui bahwa taat pada pimpinan Kristus). Masing-masing pihak dapat mengklaim keutamaan yang dipilih bahkan secara terbuka banyak pendapat keluar dari jalur pemikiran Paulus dalam suratnya yang pertama. Sedangkan Timotius telah dikirim ke Korintus dengan mandat untuk mengingatkan jemaat Korintus tentang cara hidup di dalam Kristus Yesus (1 Kor. 4:17).
Tahun Penulisan
Berdasarkan waktu pertemuan dengan Titus, kemungkinan besar  surat ini ditulis di Makedonia pada akhir tahun 56 M. Robinson meyakini penulisannya pada awal tahun 56 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 53, atau tahun 53-56 sehingga untuk memastikan penulisan surat 2 Korintus ditulis pada tahun 55-56 M.[32]
Tanggapan terhadap surat yang pertama sangat memuaskan. Apolos dan Kefas sudah pindah ke tempat lain, dan jemaat ini menjadi Kacau karena kekurangan pemimpin. Desas-desus yang menggelisahkan mengenai dirinya sampai juga ke Efesus oleh karena suatu urusan usaha. Ia mengumpulkan dana sumbangan  bagi orang-orang miskin di Yerusalem, yang dibawanya serta dalam perjalanannya yang terakhir ke kota itu (Kish. 24:17), di mana ia berpikir untuk kembali ke palestina lagi dalam waktu dekat. Mungkin Ia ditulis dalam musim dingin tahun 55 TM, pada puncak kariernya di Efesus.
Penerima Kitab 2 Korintus
Surat 2 Korintus diterima oleh semua jemaat Allah di Korintus dan seluruh orang Kudus di Akhaya. Rasul Paulus mengalamatkan surat 2 Korintus kepada semua jemaat Allah di Korintus dan seluruh orang Kudus di Akhaya dengan menulis namanya sendiri (dari Rasul Paulus dan dari Timotius). [33]Surat kanonis terilham yang ditulis rasul Paulus kepada orang-orang Kristen di Yunani pada abad pertama. Paulus mengidentifikasi dirinya sebagai penulis kedua surat ini, dengan mengalamatkan surat pertamata Korintus kepada ”sidang jemaat Allah yang ada di Korintus”, dan surat kedua Korintus kepada ”sidang jemaat Allah yang ada di Korintus, bersama semua orang kudus yang berada di seluruh Akhaya (1 Kor. 1:1, 2; 2 Kor. 1:1).”[34]
Tujuan Penulisan Kitab 2 Korintus
Yang mengenal hikmat Allah yang lebih tinggi kekuatan Allah yang menjadi orang-orang bodoh bagi Kristus “yang bodoh dari Allah” itu jauh lebih besar hikmatnya dari pada hikmat manusia yang tertinggi. Maksud Paulus disini hikmat yang datang dari Allah jauh lebih tinggi membandingkan hikmat manusia yang dimiliki dari dunia ini.[35]
Paulus menulis surat ini kepada tiga golongan orang Korintus.[36] (1) pertama, Ia menulis untuk mendorong mayoritas dalam jemaat di Korintus yang tetap setia kepadanya sebagai bapa rohani mereka; (2) Ia menulis untuk menantang dan menyingkapkan rasul-rasul palsu yan terus menerus menolak wewenang dan tegurannya. Paulus meneguhkan kembali integritas dan wewenang rasulinya, menjelaskan motivasinya dan memperingatkan mereka terhadap pemberontakan yang lebih lanjut. Kitab 2 Korintus berfungsi untuk mempersiapkan jemaat secara keseluruhan untuk kunjungannya yang akan datang.
Keunikan Surat 2 Korintus
Keunikan surat 2 Korintus yang ditulis oleh Rasul Paulus yang ditujukkan kepada jemaat Allah yang ada di kota Korintus, surat 2 Korintus ini memiliki keunikan seperti berikut:
Pertama, Surat 2 Korintus  ini merupakan surat yang paling banyak memberitahukan riwayat hidup Paulus. Banyak petunjuk tentang dirinya, dibuatnya dengan rendah hati, minta maaf dan bahkan dengan malu, tetapi karena terpaksa mengingat situasi yang ada di Korintus.[37]
Kedua, Dilihat isi surat ini paling banyak membahas masalah dalam jemaat. Paulus menulis surat ini tiada lain untuk memperbaiki keadaan dalam jemaat Korintus. J. Wesley Brill menggemukakan, bahwa ada delapan kesalahan yang dicatatnya, yaitu pertengkaran dan perpecahan, ketertiban dalam jemaat, masalah pengadilan, kehalalan, pernikahan, pemberhalaan, kebangkitan dan masalah kebangkitan.[38]
Ketiga, Surat 2 Korintus ini melampaui semua surat kiriman lain dari Paulus dalam hal menyatakan kuatnya dan dalamnya kasih serta keprihatinan bagi anak rohaninya.[39] Bahkan bapa rohani yang membentuk dirinya. dalam surat 2 Korintus banyak disebutkan tokoh rohani yang membentuk Paulus dalam pemberitaan injil bahkan terus memberikan dorongan dalam membimbing jemaat di Korintus.
Keempat, Perhatian Paulus di sini, menunjukkan dia sangat bertanggun jawab dalam membangun dan menggembalakan jemaatnya. Paulus menyebut nama Sostenes, yang kemungkinan adalah kepala rumah ibadat waktu Paulus memberitakan Injil di Korintus (Kish. 18:17; 1 Kor. 1:1) juga Cloe, sebagai orang yang memberitakan terjadinya masalah di jemaat Korintus (1 Kor. 1:11); Apolos yang juga melayani jemaat Korintus (1 Kor. 1:12;16:12); Timotius, anak rohani Paulus juga ke Korintus untuk mengajarkan jemaat 1 Korintus. 4:17;16:10); Stefanus, Fortunatus, dan Akhaikus juga membantu Paulus dalam membimbing jemaat Korintus.[40]
Kelima, Surat 2 Korintus ini berisi teologi yang paling lengkap dalam PB mengenai penderitaan Kristen (2 Kor. 1:3-11; 2 Kor. 4:7-18; 2 Kor. 6:3-10; 2 Kor. 11:23-30; 2 Kor. 12:1-10) dan mengenai hal memberi secara kristiani (2 Kor. 8-9; 2 Kor. 8:1-9:15). Menjelaskan lanjutannya dari 1 Korintus menegaskan kerasulan Paulus yang memiliki hak dan kewajiban dalam pemberitaan Injil. Paulus menegaskan kepada Jemaat Korintus, bahwa ia dipilih oleh Yesus sebagai rasul-Nya (1 Kor. 1:1; 9:1-27). Sebagai rasul Kristus, Paulus mau membangun jemaat Korintus dan memeliharanya, demi untuk memajukan pekerjaan Tuhan di Korintus.[41]
Keenam, Istilah-istilah kunci, seperti: kelemahan, dukacita, air mata, bahaya, kesukaran, penderitaan, penghiburan, kemegahan, kebenaran, pelayanan, dan kemuliaan, menggarisbawahi sifat unik dari surat ini.[42] Ia mampu menghadapi pengritiknya di Korintus yang menyatakan bahwa dia sama sekali bukan rasul yang dipilih Allah dan memukili dia (2 Kor. 11:24,25; Kish. 14:19 dilempari batu sehingga dalam penulisan kedua Korintus menyatakan berapa besar pertahanan dalam penderitaan.[43]

Struktur Kitab 2 Korintus
Pendahuluan (2 Kor. 1:1-11).[44]
I.              Pembelaan Paulus Demi Kepentingan Mayoritas Jemaat yang Setia (2 Kor. 1:12-17:16).
II.              Penyangkalan atas Tuduhan Bahwa Ia Berpendirian Tidak Tetap (2 Kor. 1:12-7:16).
A.       Penjelasan Mengenai Perubahan Rencana Perjalanannya (2 Kor. 1:23-2:17).[45]
B.       Penjelasan Mengenai Sifat Pelayanannya (2 Kor. 3:1-6:10).[46]
·      Pelayanan Terhadap Suatu Perjanjian Baru (2 Kor. 3:1-18).
·      Pelayanan Yang Terbuka dan Dalam Kebenaran (2 Kor. 4:1-6).
·      Pelayanan Dalam Penderitaan Pribadi (2 Kor. 4:7-5:10).
·      Pelayanan Dalam Penyerahan Yang Penuh Belas Kasihan (2 Kor. 5:11-6:10).
C.       Permintaan Pribadi dan Rasa Hormat Yang Penuh Kasih Sayang Bagi Orang Kor (2 Kor. 6:11-7:16).
III.          Pengumpulan uang bagi Orang Kristen di Yerusalem yang Membutuhkan Bantuan (2 Kor 8:1-9:15).
A.       Sifat Kemurahan Hati Kristen (2 Kor 8:1-15).
B.       Titus Mengepalai Urusan Pengumpulan Uang Itu (2 Kor. 8:16-24)
C.       Imbauan untuk Tanggapan yang Segera (2 Kor. 9:1-5).
D.       Imbauan untuk Tanggapan yang Berkemurahan Hati (2 Kor. 9:6-15)
IV.          Jawaban Paulus kepada Minoritas Jemaat yang Melawan (2 Kor. 10:1-13:10).
A.    Jawaban Terhadap Tuntutan Sifat Pengecut dan Kelemahan (2 Kor. 10:1-18).
B.     Keengganan Paulus untuk Membela Kerasulannya (2 Kor. 11:1-12:18).[47]
·      Minta Maaf Terhadap Nada Menyombongkan Diri (2 Kor. 11:1-15).
·      Menegaskan bahwa Ia Tidak Lebih Rendah daripada Para Penganut Yudaisme (2 Kor. 12:11-18).
·      Menuntut Pengakuan yang Sah atas Kerasulannya (2 Kor 12:11-18).[48]
C.     Kunjungan Ketiga yang Mendatang Disebut Sebagai Suatu Peringatan (2 Kor. 12:19-13:10).
·      Kekuatan Terhadap Jemaat Korintus (2 Kor 12:19-21).
·      Ketetapan Hati untuk Bersikap Teguh (2 Kor 13:1-10).
V.          Penutup 2 Kor 13:11-14).[49]


[23] V. C. Pfitzner, Kekuatan Dalam Kelemahan: Ulasan atas surat 2 Korintus  (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 1.
[24] Merrill C. Tenney, New Testament Survey (England: Eerdmans Publishing Company, 1985), 294.
[25] Donald C. Stamps (Ed.), Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 1994), 1916.
[26] Merril C. Tenney, Survey Perjanjian Baru  (Malang: Gandum Mas, 2013 ), 337.
[27] 2 Korintus 1:1 (TB).
[28] Wesley Brill, Tafsiran Surat Korintus (Bandung: Kalam Hidup, 2003),  9-10.
[29] Donald C. Stamps (Ed.), Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 1994), 1917.
[30] C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 1984), 242.
[31] Craig S. Keener, 1-2 Corinthians: The New Cambridge Bible Commentaray  (New York: Cambridge University Press, 2005), 143-144.
[32] Merril C. Tenney, Survey Perjanjian Baru  (Malang: Gandum Mas, 2013), 366.
[33] 2 Korintus  1:1 (TB).
[34] R. E. Harlow, Second Corinthians Paul and the Church at Corinth (Canada: Everyday Publications Inc. 1985), 6.
[35] Russel P. Spitter, Pertama dan Kedua Korintus  (Jakarta: Gandum Mas, 1977),10.
[36] Donald C. Stamps (Ed.), Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan  (Malang: Gandum Mas, 1994), 1917.
[37] J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Korintus pertama (Bandung: Kalam Hidup, 2003), 15.
[38] Ibid., 17.
[39]Russel P. Spittler, Pertama & Kedua Korintus, (Malang:  Gandum Mas, 1977), 110.
[40] Go Sianne, Diktat Kuliah: Introduksi Perjanjian Baru; Matius-Wahyu  (Waingapu: Sekolah Tinggi Terpadu, 2006/2007), 23. Belum Dipublikasikan.
[41] J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Korintus pertama (Bandung: Kalam Hidup, 2003),161.
[42] Scott J. Hafermann, Suffering & Ministry In The Spirit; Paul’s Defende of His Ministry In 2 Corinthians 2:14-3:3 (England: Eerdmans Publishing Company Grand Rapid, 1980), 98-99.
[43] Russel P. Spittler, Pertama & Kedua Korintus (Malang: Gandum Mas, 1977), 117-118.
[44] V. C. Pfitzner, Kekuatan dalam Kelemahan :Ulasan atas Surat 2 Korintus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 13.
[45]Evelyn Ashley, “Paul’s Paradigm For Ministry In 2Corinthians: Christ Death And Resurrection,”  (Thesis Ph. D, Murdoch University, 2006). 53. http://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/139/
[46] V. C. Pfitzner, Ulasan atas Surat 2 Korintus; Kekuatan dalam Kelemahan (Jakarta:BPK  Gunung Mulia, 2011), 17.
[47] V. C. Pfitzner, Ulasan atas Surat 2 Korintus; Kekuatan dalam Kelemahan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 16.
[48] Evelyn Ashley, “Paul’s Paradigm For Ministry In 2Corinthians: Christ Death And Resurrection,”  (Thesis Ph. D, Murdoch University, 2006), 54, diakses 17 Februari 2017. http://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/139/
[49] V. C. Pfitzner, Ulasan atas Surat 2 Korintus; Kekuatan dalam Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 16.
 



BAB III
KAJIAN BIBLIKA TENTANG FRASA HARTA INI KAMI PUNYAI DALAM BEJANA TANAH  LIAT BERDASARKAN KITAB 2 KORINTUS 4:1-15

Genre Nas 2 Korintus
Tidak ada yang membantah bahwa surat 2 Korintus adalah surat. Lebih khususnya, bahkan banyak juga berkomentar surat korintus sebagai surat minta maaf. Surat seperti ini sering ditemukan dengan daftar biaya yang  membantahnya, tapi seperti 2 Korintus mereka dapat menyinggung dan menuduh atas pelayanan Paulus. Secara teknis, surat ini mungkin tidak sesuai dengan konteks yang tepat untuk ditata isi suratnya karena kebanyakan isi surat Paulus adalah permintaan maaf.[49]
Paulus melepaskan kebutuhan untuk menyampaikan surat rekomendasinya (2 Kor. 3: 1), beberapa pihak berpendapat bahwa surat ini masuk akal, atau bagian dari itu, ada yang membesar-besarkan bahwa surat Paulus adalah surat pujian diri. Karena Paulus memproklamasikan pelayanannya dan membalikkan atasan tuduhan penentang terhadap pelayanannya, dikemudian penentang menyesal; tetapi Paulus mungkin hanya menawarkan minta maaf berdasarkan nilai-nilai yang berbeda di Korintus.
Latar Belakang Konteks
Kamus Besar Bahasa Indonesia “Konteks” dapat menjelaskan situasi yang ada hubungan dengan suatu kejadian; orang itu dapat dilihat sebagai manusia yang utuh dalam kehidupan pribadi dan dalam bermasyarakat.[50] Konteks bagian ayat Alkitab dapat dijelaskan sebagai situasi ayat itu sendiri sehinga konteks akan dapat membantu penafsiran untuk dapat menjelaskan suatu latar belakang dari surat 2 Korintus 4:1-15.
Hasan Sutanto dapat menjelaskan kata ”Konteks” ialah suatu situasi  yang dapat menjelaskan pada ayat-ayat yang akan ditafsirkan bahkan kata konteks dapat diperjelas seluruh bagian isi Alkitab berdasarkan situasi.[51] Jadi latar bekalang konteks merupakan salah satu bagian yang penting untuk dapat menjelaskan suatu latar belakang penulisan ayat yang akan ditafsir oleh penulis.
Selain dari itu Analisis konteks akan dapat membantu penafsiran berdasarkan latar belakang ayat 2 Korintus 4:1-15. Analisis konteks ini bertujuan untuk memahami makna kata, tata bahasa, modus, sastra dan ragam. Analisis konteks ini juga akan dapat membantu penafsiran surat 2 Korintus 4:1-15. Jerry Humahlatu dapat menjelaskan kata ‘Konteks’ ialah hubungan yang menyatuhkan bagian Alkitab yang ditafsirkan oleh penulis Alkitab berdasarkan suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi.[52]
Konteks Sebelum 2 Korintus 3:1-18
Sebelum Konteks 2 Korintus 3:1-18 dapat menjelaskan mengenai Pengajaran tentang pelayanan-pelayanan Perjanjian Baru. Pelayanan Perjanjian Baru yang dimaksud Paulus disini ialah keutamaan Injil yang diberitakannya, di dalam pelayanan Paulus sepertinya ada orang yang menyangka bukan-bukan mengenai diri Paulus sehingga di bagian ini Paulus dapat menjelaskan kamu adalah surat pujian kami yang tertulis di dalam hati kami. Dengan demikian Paulus menunjukkan keyakinan di dalam pemberitaan Injil bahwa mereka adalah surat pujian Paulus sehingga Paulus tidak takut memberitahukan keagunggan pelayannya.
Paulus dapat melihat diri mereka tidak mampu tetapi oleh karena Kristus dapat mendorong mereka menjalankan pelayanan Perjanjian Baru sehingga Paulus tidak takut sedikit pun dalam keutamaan pemberitaannya yaitu Injil Kristus. Oleh sebab itu Paulus bersama rekan kernjanya memiliki pengharapan bahwa Paulus bersama rekan kerjanya bertindak dengan penuh keberanian.
Pernyataan-pernyataan Paulus jelas merupakan keterangan paling tua tentang kepercayaan akan kebangkitan Kristus. Kalau membaca 1 Korintus 15 dan melihat konteksnya, dapat menemukan bahwa tujuan utama Paulus bukanlah untuk memberikan argumen yang beralasan agar orang dapat percaya mengenai kebangkitan Kristus. Sebenarnya Ia berusaha membantu pembaca-pembacanya untuk mengatasi masalah-masalah tertentu yang timbul dalam jemaat Korintus yang menyangka bukan-bukan mengenai pemberitaan Paulus.[53]
Pelayanan Paulus jelas bahwa Paulus dengan penuh keyakinan dalam memberitakan Injil kerajaan surga agar orang-orang Korintus memiliki keselamatan yang sama seperti Paulus. Paulus memiliki keyakinan dalam pemberitaannya bahwa orang yang membangkitan Yesus akan membangkitkan kami juga pada harinya. “Jadi.” Bagian 2 Korintus 3:1-18 ini jelas bahwa sekalipun orang menyangka bukan-bukan mengenai pelayananya namun ia memiliki keyakinan akan keselamatan didalam Injil sehingga konteks 2 Korintus 3:1-13 Paulus berani untuk meyakinkan orang-orang Korintus mengenai pelayanan-pelayanan Perjanjian Baru yang diberitakannya agar orang Korintus percaya bahwa Paulus tidak memuji diri didalam surat-suratnya yang terdapat seperti pujian diri Paulus yang mereka sangka.
Konteks Sesudah 2 Korintus 4:16-18; 5:1-10
Sesudah Konteks 2 Korintus 4:16-18; 5:1-10, Paulus bersama rekan kerja tidak tawar hati artinya Paulus bersama rekan kerjanya banyak menghadapi masalah-masalah dalam jemaat bahkan di luar dari jemaat Korintus yang menuduh mereka bukan-bukan untuk membatalkan Paulus bukan rasul yang di pilih Tuhan.
Deskripsi kiasan Paulus di bagian ini jelas bahwa secara manusia batiniah kami semakin merosot, namun manusia batiniah Paulus bersama rekan kerjanya dapat diperbaharui dari hari ke hari. Sebab penderitaan ringan yang Paulus bersama rekan kerjanya hadapi akan menghasilkan kemuliaan yang kekal melebihi segala-galanya. Keyakinan Paulus dalam keutamaan pemberitaan Injilnya. Ia meyakini bahwa Allah menyediakan tempat bagi mereka yang bekerja bagi Kristus sehingga Paulus tidak tawar hati sekalipun banyak masalah yang dia hadapi namun keyakinan akan keselamatan membuat Paulus berani memberitaan Injil terhadap orang-orang Korintus yang menyangka bukan-bukan mengenai Paulus dan pemberitaan Injilnya.[54]
Randy Frazee, dan Robert Noland berkomentar di dalam bukunya: Berpikir, Bertindak, Menjadi seperti Kristus, mengenai pemikiran dasar Paulus dalam Pelayananya.
Hidup Kristiani merupakan suatu hal yang dapat berubah, suatu hal yang dapat menjadi kuat maupun sebaliknya, menjadi lemah. Ibarat tumbuhan, hidup Kristiani itu menjadi kuat bila dipupuk dan disiram dengan tepat dan teratur, atau menjadi lemah bila tidak dipupuk dan jarang disiram. Menurut Paulus, hidup Kristiani itu sebaliknya dipupuk dengan iman, harapan dan kasih, serta disiram dengan pemberian nasihat timbal balik, agar menjadi kuat didalam Iman dan pengharapan.[55]
Dasar pemikiran Paulus tidak tawar hati di dalam melayanannya oleh karena Paulus memberikan keyakinan kepada orang-orang dimana ia layani. Dengan demikian Tidak satupun di ragukan bahwa konteks 2 Korintus 4:16-18; 5:1-10 merupakan penjelasan penderitaan yang berulang-ulang yang dihadapi Paulus namun Paulus tidak tawar hati oleh karena keyakinan akan Injil dan keselamatan dalam  Injil Kristus membuatnya tabah menghadapi masalah-masalah yang terjadi di Korintus.
Makna Leksikal Bejana Tanah Liat
Bejana Tanah Liat yang dapat mendasari pemikiran Paulus merupakan bagian dari kelemahan tubuh manusia, dalam kelemahan tubuh manusia yang fanaTuhan mentranfer kuasa untuk menyatakan kemuliaan-Nya dalam pelayanan Paulus. Teks yang ditafsirkan hanya “Bejana Tanah Liat” namun disusun demi pengabdian bagi realita kehidupan sehari-hari dalam pelayanan, dan harus diubah bentuknya dan ditafsirkan ulang. Disinalah dapat dipahami bahwa yang mendasari pemikiran Paulus mengenai bejana tanah liat. Paulus menggunakan kata “Bejana Tanah Liat” memiliki makna penting yaitu ia menjelaskan penderitaan yang berulang-ulang dihadapinya namun didalam penderitaan itu rupa Kristus semakin nyata.[56]
Paulus mengunakan kata θησαυρον τουτον εν οστρακινοις σκευεσιν; thēsauron touton en ostrakinois skeuesin dapat diterjemahkan ke dalam beberapa versi yaitu sebagai berikut: Ende, “harta itu didalam bedjana dari tanah liat.” BIS, “benda yang mulia ini ada pada kami di dalam bekas yang daripada tanah.” TL, “harta rohani yang indah itu kami bawa pada diri kami yang tidak berharga ini yang dibuat dari tanah.” NKJV, we have this treasure in earthen vessels. AV, We have this treasure in earthen vessels.
Kamus Alkitab menjelaskan dalam perspektif Perjanjian Lama mengenai Bejana. Bejana ialah bokor yang besar yang dibuat dari tembaga untuk mencuci tangan dan kaki para imam sebelum melakukan pekerjaan imamat mereka, Kel 30:18-21; 38:8. kolam-kolam dalam kabah Salomo dipakai untuk mencuci binatang-binatang yang akan dikorbankan. Segala bejana dari tanah liat dapat dijelaskan seperti botol, guci, lampu, bak, baki dan pot.[57]
Kamus Umum Bahasa Indonesia dapat menjelaskan bahwa bejana adalah benda berongga yang dapat diisi dengan cairan atau serbuk dan digunakan sebagai wadah, bak (tempat air), tabung, bajan, jambang, barometer bagian barometer yang berbentuk bejana berisi air raksa.[58]
Semua versi terjemahan Alkitab dan Kamus menunjuk kepada nilai benda, benda yang terbuat dari bejana tanah liat yang mudah rusak, hancur, patah oleh karena itu Paulus menggunakan kata bejana tanah liat menunjukkan kelemahan tubuh manusia yang fana namun dalam kelemahan tubuh manusia yang fana itu Tuhan mentranfer kuasa-Nya untuk mengerjakan pekerjaan-Nya yang bernilai kekal.
Struktur 2 Korintus 4:1-15
I.     Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Tetapi Oleh Karena Kemurahan Allah Kami Menerima Pelayanan Ini (4:1).
II.     Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Tetapi Kami Menyerahkan Diri Kami Untuk Dipertimbangkan Oleh Semua Orang Dihadapan Allah (4:2)
Untuk Menolak Segala Perbuatan Yang Tersembunyi (4:2a)
Untuk Menyatakan Kebenaran Allah (4:2b).
III.     Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Yang Dipilih Untuk Memberitakan Injil Terhadap (4:3-6).
Orang-Orang Yang Tidak Percaya (4:4a).
Pikiran Yang Telah Dibutakan Oleh Ilah Zaman Ini (4:4b).
IV.     Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kuasa Yang Melimpah-Limpah  Itu Berasal Dari Allah (4:7-12).
V.     Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kami Miliki Roh Iman Sama (4:13-15).
Metode Pendekatan Penafsiran
Motode pendekatan penafsiran yang akan penulis gunakan ialah struktur teks.  Struktur teks merupakan menentukan batas-batas bagian Alkitab yang hendak ditafsirkan dengan suatu unit yang betul-betul berdiri sendiri untuk mendapatkan arti yang jelas membandingkan beberapa terjemahan dari beberapa banyak terjemahan yang dapat baca dalam bahasa Asli, Siria, Aram, Latin, dan terjemahan Qumran, dengan menilai berbedaan itu lebih cocok dengan konteksnya. Untuk mencocokan kesejajaran antara kata-kata dan frase-frase yang menetapkan patokan utama. Penerjemahan selalu menyangkut pilihan dengan tata bahasa dan kosa kata.[59]
Analisis Teks 2 Korintus 4:1-15
Kami Sebagai Bejana Tanah Tetapi Oleh Karena Kemurahan Allah Kami Menerima Pelayanan Ini (2 Kor. 4:1)

Kami menerima pelayanan ini oleh kemurahan Allah (2 Kor. 4:1). Dalam terjemahan bahasa asli “Kami telah diberi rahmat oleh Allah”.[60] (ηλεηθημεν) kd. ηλεεω. Aorist indikatif pasif orang pertama jamak.[61] Dalam Bahasa Inggris di artikan “to have pity or mercy on, to show mercy”. NKJV have received mercy. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “oleh Kebaikan.”[62] Dengan beberapa terjemahan menunjukkan kerendahan Paulus dan rekan-rekannya dalam pelayanan bahwa pelayanan adalah kebaikan Allah yang dipercayakan kepada seorang laki-laki yang tidak layak.[63]
Paulus berusaha menunjukkan orang-orang di Korintus bahwa ia benar-benar seorang rasul yang diutus oleh Allah. Ia telah dipimpin oleh Allah ketika dia mengubah rencananya tentang mengunjungi Korintus, dan ia dipuji oleh Tuhan. Sekarang dia memberitahukan orang-orang Korintus lebih banyak tentang pekerjaan Allah dan bagaimana ia melanjutkan pelayanannya.[64]
Kemurahan Allah Merupakan pernyataan positif dari keterbukaan dan keterusterangan Paulus dan kawan-kawannya yang telah melayani, tetapi tampaknya juga menjadi respon terhadap kritik dilontarkan terhadap dirinya oleh jemaat di Korinus (2 Kor. 1: 12, 17; 3: 1). Pelayanan ini yang ia disebut adalah pelayanan perjanjian baru (2 Kor. 3: 6). Itu tugas yang mereka mewartakan dan dapat mengajarkan Injil Kristus kepada orang-orang di Korintus, berita yang mulia dan  dosa telah diampuni melalui kematian Kristus, dan kebenaran yang sempurna bagi mereka yang akan percaya injil terang Kristus.[65]
Paulus sebelumnya menyangkal setiap kecukupan pribadi yang membuatnya layak dalam tanggung jawab ini (2 Kor. 3: 5). Sekarang sekali lagi ia mewujudkan kerendahan hati dengan mengatakan kami menerima pelayanan ini oleh belas kasihan/kemurahan Allah” diberi tugas seperti itu Paulus dapat menyadari bahwa pelayanan adalah kemurahan atau belas kasihan Allah sehingga Paulus tidak tampil dengan sikap ego atau kesombongan pribadi, tapi respon dari orang yang melihat posisinya sebagai contoh dari kemurahan Allah pada laki-laki yang tidak layak. Akibatnya, Paulus dan rekan-rekannya tidak kehilangan hati”.[66]
Paulus mengagungkan pelayanannya, dengan mempertimbangkan keunggulan atau kemuliaan Injil yang diberitakannya. Sekarang di dalam ayat ini tujuannya adalah membersihkan pelayanan mereka dari tuduhan para guru palsu yang mendakwa mereka sebagai pendusta, atau berusaha keras menghasut orang banyak untuk menyangka yang bukan-bukan mengenai mereka dengan melihat penderitaan mereka.[67]
Paulus memberitahukan guru-guru palsu itu betapa mereka mempercayai dan menghargai tugas mereka sebagai pelayan Injil. Mereka tidak menyombongkan diri, tetapi terdorong untuk bekerja dengan tekun; “Kami telah menerima pelayanan ini” dan mereka dihormati dan dihargai oleh karena  pemberitaan kebenaran. Kami tidak membesarkan diri ataupun memalas-malasan, tetapi bersemangat untuk melakukan tugas kami dengan baik.”[68]
Di bagian ini berhubungan dengan pelayanan pribadi Paulus dengan rekan kerja yang lainnya. Paulus menjelaskan Pelayanan adalah kemurahan Allah yang dapat dipercayakan pelayanan-Nya terhadap laki-laki yang tidak layak. Dalam Roma 3:23 semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.[69]
Paulus memahami bahwa Keselamatan adalah anugerah namun manusia yang sudah diselamatkan oleh Allah, seringkali mengabaikan tugas dan tanggun jawab sebagai orang-orang yang telah menerima anugerah atau kemurahan Allah. Orang percaya adalah orang yang hidup oleh karena kemurahan Allah. Oleh karena itu Paulus benar-benar menyadari atas pelayanan mereka bahwa pelayanan adalah anugerah Allah yang dipercayakan Tuhan terhadap laki-laki yang tidak layak.[70]
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Tetapi Kami Menyerahkan Diri Kami Untuk dipertimbangkan Oleh Semua Orang Dihadapan Allah (2 Kor. 4:2-3).

Kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan Allah (2 Kor. 4:2-3). Paulus menyampaikan isi hati terhadap orang-orang yang ada di Korintus.[71] Injil adalah kebenaran Allah tetapi banyak orang menolak untuk menerimanya. Paulus tahu bahwa percaya Injil Kristus adalah satu-satunya cara untuk diselamatkan, sehingga orang-orang yang tidak percaya hilang selamanya, 2 Tesalonika 1: 8. Apakah Israel memiliki kerudung lebih pada hati mereka, tetapi berpikir bahwa mereka dapat menyebabkan kafir dan buta terhadap Firman Allah, Roma 2:19.
Kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan Allah (2 Kor. 4:2). Paulus menekankan kepada orang-orang dimana ia layani dengan pernyataan kebenaran. Terjemahan bahasa Asli.“Menyerahkan diri kami kepada tiap-tiap hati nurani orang-orang dihadapan Allah.[72] Kata Kerja.“menyerahkan”. Συνιστωντες, kd. Συνιστημι, Present Participle Active Nominative Masculine orang Pertama Jamak.[73] “Menyerahkan, memperkenalkan menunjukkan, membuktikan.” Dalam Bahasa Inggris. To command, establish, stand near, consist. Kamus Besar Bahasa Indonesia “Menyerahkan, Memberikan dirinya kepada yang berwenang; jiwa raga, pasrah.”[74] Bagian ini jelas bahwa Paulus bersama rekan-rekannya benar-benar menyerahkan diri mereka demi pelayanan untuk kemuliaan Tuhan.[75]
Paulus sebagai seorang pelayan Tuhan yang baik ia menunjukkan nilai-nilai pelayanannya yang berkenan di hati Tuhan terhadap  jemaat Korintus yang mengatakan bahwa Paulus memuji diri namun ia menjelaskan bagian ini bagimana ia menyerahkan diri sepenuhnya untuk Tuhan. Ia dengan berani menyatakan kebenaran Allah untuk menolak hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan bahkan hal-hal yang tersembunyi yang memalukan Allah. Untuk itu ia dengan berani menyatakan kebenaran Allah.
Paulus menjelaskan bagian ini berhubugan dengan kehidupan orang Israel, pikiran mereka telah tumpul, oleh karena selubung masih tetap menyelubungi mereka. Sebaliknya  hati seorang berbalik kepada Tuhan maka selubung itu diambil dari padanya. Dengan demikian Paulus dengan rekan kerjanya berani menyerahkan diri mereka untuk dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan Allah. Oleh karena Paulus dengan rekan kerjanya tidak memberitakan diri mereka, namun mereka berani karena mereka memberitakan adalah Injil Kristus. Dibagian ini jelas bahwa Paulus dapat menjelaskan pelayanan pribadi mereka terhadap orang-orang dimana mereka layani.[76]
Untuk Menolak Segala Perbuatan Yang Tersembunyi (4:2a)
Untuk menolak segala perbuatan yang tersembunyi (4:2a). Paulus bersama rekan kerjanya bekerja keras untuk menyatakan hal tersembunyi yang memalukan Allah. Terjemahan bahasa Asli “Kami Menolak/ Kami Mencela hal-hal yang Disembunyikan karena rasa Malu.”[77] Απειπαμεθα kd. Απειπον; Aorist incative middle first person plural.[78] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “menolak”: yaitu: mendorong atau mendesak temannya jatuh terjungkal, atau kata lain mengusir perbuatan temannya tidak baik.”[79] NKJV We have renounced the hidden things of shame. Kami telah meninggalkan hal-hal yang memalukan.
Paulus benar-benar menolak perbuatan yang memalukan, Paulus tidak mengatakan bahwa ia pernah berlaku licik (Πανουργιά; panourgia, dipakai dalam 11:3 bagi penipuan iblis (terhadap hawa), sekalipun ia dituduh melakukannya (2 Kor. 12:16). Paulus juga tidak memalsukan firman Allah, artinya: dengan menerapkan perbuatan mereka yang salah dan perbuatan mereka yang memalukan Allah (1 Kor. 9:21; 14:21). Sekalipun ia dituduh oleh orang Yudais di Korintus ia berusaha menyakinkan mereka dengan pesan yang mereka sampaikan.[80]
Adam Clarke dalam bukunya Christian Theology Mengomentari bagian nas 2 Korintus 4:2 Tapi Kami telah Mininggalkan:
(2 Kor. 4:2). Tapi kami telah meninggalkan , Απειπαμεθα·Apeipametha · Kami telah menyangkal hal-hal yang tersembunyi ketidakjujuran; τα κρυπτα της αισχυνης; hal-hal tersembunyi yang memalukan, hal-hal yang jahat yang dilakukan pria, dan mereka malu untuk memberitahukan, dan malu untuk menyatakan perbuatan mereka. Adam menyampaikan gagasannya bagian pemikiran Rasul Paulus ini mengacu pada kekejian duniawi, orang-orang Yahudi melakukan dengan tidak mengenal perbuatan salah. Dan itu tidak muncul dari surat pertama bahwa ada orang di Korintus yang mengajarkan bahwa percabulan tidak ada dosa; dan tampaknya juga bahwa beberapa telah melakukan hubungan seks terlarang.[81]
Paulus menantan atau membenci dengan perbuatan-perbuatan yang  memalukan atau perbuatan yang tersembunyi yang tidak bertentangan dengan firman Tuhan. Tidak menghasilkan berita injil yang Paulus bersama rekan kerjanya sampaikan sehingga di bagian ini Rasul memberitahukan hal-hal yang mencelakakan orang-orang Yunani atau yang ada di Korintus.[82]
Kota Korintus masih hidup di dalam hubungan seks terlarang. Orang-orang Korintus malu mengakui perbuatan daging yang memalukan kehidupan kekristenan, sehingga Paulus dengan rekan kerjanya berani menolak hal-hal yang tersembunyi yang dilakukan orang-orang Korintus itu. Orang-orang Korintus kebanyakkan mengikuti hawa nafsu yang menyenangkan atas tubuh mereka tetapi bagi Allah memalukkan perbuatan mereka.
Paulus menjelaskan bagian ini untuk menolak segala perbuatan yang tersembunyi merupakan bagian dari penerahan diri mereka demi menolak segala perbuatan yang tersembunyi yang dapat memalukan Allah. Paulus menolak suatu ”maksud loba” (1 Tes. 2:5). Tidak sesuatupun rasul Paulus sembunyikan.[83] Apa yang ada di dalam dirinya terbuka untuk dilihat semua orang, sehingga Paulus benar-benar menyerahkan diri untuk menolak perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan oleh orang-orang Korintus. Oleh karena itu Paulus dengan rekannya tahu bahwa mereka tidak berlaku licik dan memalsukan firman Allah. Dengan demikian Paulus bersama rekan kerjanya sangat terbuka menolok segala perbuatan yang memalukan Allah.[84]
Untuk Menyatakan Kebenaran Allah (4:2b)
Untuk menyatakan kebenaran Allah (4:2b). Terjemahan bahasa Asli “Dengan Pernyataan Kebenaran.”[85] Φανερωσει; phanerosei, kd. Φανερωσις; Phanerosis. Kata Benda Dative Femine Singular.[86] NKJV Manifestation of the Truth. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Perwujudan sebagai suatu pernyataan perasaan atau pendapat: dengan itu sebagai suatu kemarahan hatinya.”[87] Pernyataan atau komitmen Paulus untuk dapat menyatakan hal-hal yang memalukan atau menolak kejahatan orang-orang di Korintus.
Diane Bergant dan Robert J. Karris Dalam Bukunya (Tafsir Perjanjian Baru), Menjelaskan Mengenai Kehidupan orang-orang Korintus:
Kehidupan orang-orang Korintus penyembahan terhadap dunia berhala khususnya berada di bawah kendalinya, dan tunduk kepadanya (1 Kor10:20). Dia disembah di sana; dan ritual keagamaan dan upacara pengukuhan yang pada umumnya hanya seperti makhluk perkasa yang membenci kebahagiaan manusia, dan yang mencari berbuatan jahat, kecabulan, kemalangan, dan penumpahan darah; dan seluruh dunia kafir kekuasaannya dipengaruhi. Pada zaman Paulus seluruh dunia, kecuali orang-orang Yahudi dan Kristen, tenggelam dalam kemerosotan moral.[88]
Orang-orang Korintus tidak memelihara terang injil yang Paulus menyampaikan karena banyak di antara mereka dikuasai kegelapan sehingga terang injil Kristus tidak mendengar atau menerima dengan baik.[89]
Orang-orang Korintus pemikiran mereka telah dibutakan (2 Kor. 3:14), maka cara Paulus “menyatakan kebenaran Allah” cukup jelas, sehingga ia berani dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. Paulus mengakui bahwa ada banyak orang yang gagal untuk menangkap Injil. Perumpamahan Penabur Mark 4 menunjuk kepada hal yang sama. Bukan ’biji’nya yang salah, melainkan ’tanah’nya.[90]
Kebutahan terhadap kebenaran adalah kesalahannya terletak pada diri para pendengarnya yang akan ”binasa” karena mereka tetap tidak mau percaya (2 Kor. 2:15; 1 Kor. 1:18). Kebutaan terhadap kebenaran tetap adalah kesalahan, meskipun itu adalah karya jahat ”ilah zaman ini”, yakni Setan (Yoh. 12:31). Ia tidak baik, tetapi ia telah merampas kekuasaan Allah di dunia yang telah jatuh ke dalam dosa ini, sehingga ia memiliki kekuasaan. Ia telah membutakan pikiran orang-orang yang tidak percaya sehingga mereka tidak menerima terang Injil atau tidak mengasihi Kebenaran adalah berita keselamatan (2 Tes. 2:9-10).[91]
Bagian ini jelas bahwa Paulus menegaskan untuk menyatakan kebenaran Allah dalam injil Yohanes.18:37: Maka kata Pilatus kepada-Nya: ”Jadi Engkau raja?” Jawab Yesus: ”Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku”. Alkitab selalu menegaskan bahwa: ”Semua manusia telah berdosa. (Rm. 3:23), dan “telah mati di dalam dosa” (Ef. 2:1). Dosa adalah kekejian dan penghinaan terhadap kekudusan Allah serta bertolak belakang dengan kodrat Allah yang mahakudus Yesaya 6:3; 1 Yohanes 1:5. [92]Allah sangat membenci dosa. Alkitab memberitahukan bahwa ”upah dosa adalah maut”  (Roma 6:23). Artinya, semua manusia tanpa terkecuali harus menerima hukuman kekal dan binasa di neraka. Dengan beberapa landasan firman Tuhan ini Paulus menegaskan dosa adalah kekejian bagi Allah. Oleh karena dosa penghinaan terhadap kekudusan Allah. Dengan demikian Paulus dengan berani menyatakan kebenaran Allah, Supaya semua orang di Korintus di selamatkan.[93]

Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Yang Dipilih Untuk Memberitakan Injil Terhadap (4:3-6)

Kami Memberitakan Injil Terhadap orang-orang yang tidak percaya. Terjemahan bahasa asli “Orang-orang Menuju Kebinasaan.” “Απολλυμενοις, kd. Απολλυμι (4:4-).[94] Kata Kerja Participle Middle or Passive Dative Masculine Plural.[95] Kamus Besar Bahasa Indonesia “rusak sama sekali, hancur lembur, mereka yang celaka karena mengikuti hawa nafsu.[96]  Dalam NKJV Perishing.
Membandingkan beberapa terjemahan ini Paulus memberitahukan hal ini kepada mereka yang mengikuti hawa nafsu. Untuk itu rasul Paulus menjawab pertanyaan ini dengan menunjukkan bahwa ini bukan kesalahan Injil atau para pemberitanya. Sebaliknya, alasan sebenarnya adalah, “untuk mereka yang akan binasa.” Injil diberitakan tersembunyi, atau tidak membawa hasil (ayat 3), karena “Pikiran mereka telah dibutakan ilah zaman ini” (ayat 4), sehinga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.[97]
Paulus membuktikan ketulusan dan kejujuran mereka (ayat 5). Mereka giat memberitakan Kristus dan bukan diri mereka sendiri: “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan.” Diri sendiri bukanlah pokok ataupun tujuan dari pemberitaan para rasul. Mereka tidak menyampaikan gagasan atau pendapat pribadi, ataupun kerinduan mendalam dan prasangka mereka, mereka memyampaikan  firman dan kehendak Allah.[98]
Mereka juga tidak berusaha memajukan kepentingan duniawi mereka atau mencari kemuliaan bagi diri sendiri. Sebaliknya, mereka memberitakan Yesus Kristus Sebagai Tuhan. dan itulah yang pantas dan wajib mereka lakukan sebagai para pelayan Kristus. Tugas mereka adalah memperkenalkan Guru mereka kepada dunia sebagai Mesias atau Kristus yang akan datang, serta sebagai Yesus Tuhan, satu-satunya Juruselamat manusia dan Tuhan yang sesungguhnya.[99]
Paulus menjelaskan kami dipilih untuk memberitakan Injil terhadap? dalam pemberitaan Injil, ternyata ada yang menerima, tetapi ada juga yang menolak. Maka Paulus memberi tanggapan terhadap pemberitaan Injil yang telah disampaikannya: “Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup bagi mereka, yang akan binasa”. Oleh karena bagi Paulus penolakan firman Tuhan adalah fakta kegelapan yang menyelimuti hati manusia, bahkan ilah-ilah zaman yang telah membutakan pikiran mereka untuk melihat kemuliaan Allah. Paulus menyampaikan berdasarkan keadaan orang orang yang ada di Korintus. Orang-orang Korintus suka hidup di dalam hal-hal terlarang, sehingga Paulus mengungapkan diri bahwa Paulus dipilih Allah untuk memberitakan Injil.[100]
Orang-orang yang Tidak Percaya (4:4a)
Orang-orang yang tidak percaya (4:4a). orang-orang yang tidak percaya adalah orang-orang tidak mempercayai terang Injil Kristus yang masih mempercayai berhala, masih hidup dalam percabulan, perselisihan. Terjemahan bahasa Asli “Orang-orang yang sedang Menuju Kebinasaan.”[101] Απολλυμενοις. Kd. Απολλυμι. Kata kerja present participle middle of passive dative masculine plural.[102] NKJV Perishing. Kamus Besar Bahasa Indonesia “orang-orang yang tidak mengakui atau tidak yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata dengan kabar yang disampaikannya itu.”[103]
Arend Th, Van Leeuwen mengutup dalam bukunya (Agama Kristen Dalam Sejarah Dunia) mengenai kehidupan orang Kristen di Korintus.
Orang-orang yang ada di Korintus  dewa dunia ini telah membutakan pikiran mereka sehingga tidak percaya, sehingga Paulus terdorong untuk meyampaikan cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah, harus bersinar kepada mereka. Deskripsi Paulus kepada siapa Injil yang bersembunyi, di sini lebih lanjut dilakukan; di mana karakter Setan diberikan, di sini ditata "dewa dunia ini"; "penguasa dunia ini", (Yohanes 12:31) (14:30) bukan karena ia memiliki apapun dalam pembuatan, atau memiliki kekhawatiran dalam pemerintahan, atau di pembuangan orang-orang atau hal-hal di dalamnya; tetapi karena pengaruhnya yang terburuk, dan terbesar dari dunia ini; yang terletak dalam kejahatan, di bawah kuasa si jahat, yang dipimpin/ ditawan oleh kehendaknya; secara sukarela menyerahkan diri kepadanya karena hawa nafsu mereka; dan menyerahkan diri menjadi anak-anaknya, dan dia bapa mereka, ya, tuhan mereka: pengaruhnya lebih banyak mempengaruhi pikiran mereka.[104]
Pesan yang di sampaikan tidak merima bagi orang-orang binasa; yaitu; mereka yang mengikuti hawa nafsu atau keinginan dunia ini yang masih hidup dalam seks terlarang, penyembahan berhala, percabulan, perselisihan, dan memegahkan diri. tetapi kita diselamatkan oleh kasih karunia Allah kami terus-menerus memberitahukan kamu tentang terang Injil Kristus. Paulus menjelaskan bagi orang-orang yang pikirannya dibutakan oleh ilah zaman ini, yang masih hidup di dalam kerajaan allah dari dunia ini membuat mereka tidak mengetahui terang injil yang di sampaikan.[105]
Pesan Paulus adalah suatu pernyataan terbuka, bukan bahasa bercabang yang memalukan. Ini adalah pernyataan kebenaran Allah, bukan sebuah versi yang dipalsukan. Itu sudah cukup bagi dirinya untuk dipertimbangkan oleh para pembacanya. Ini tidak bertentangan dengan penolakannya terhadap surat-surat kepercayaan sebelumnya, melainkan menggarisbawahinya.[106]
Paulus menyampaikan rencana Kristus melalui Injil-Nya adalah untuk mengungkapkan Allah dengan segala kemuliaan kepada akal budi manusia. Jadi, sebagai gambaran Allah, Ia memperagakan kuasa dan hikmat Allah, serta kasih karunia dan kemurahan Allah bagi keselamatan mereka.[107]
Paulus Menjelaskan orang-orang yang tidak percaya yang berhubungan dengan kehidupan jemaat di Korintus. Oleh karena jemaat Korintus kebanyakan mengikuti hawa nafsu, atau keinginan daging, sehingga Paulus mengungkapkan orang-orang yang tidak percaya menunjuk kepada orang yang dibutakan oleh ilah zaman ini. Oleh karena setan yang menjadi bapa mereka, dan mereka tidak hidup sesuai firman Tuhan.
Pikiran Yang Telah Dibutakan Oleh Ilah Zaman Ini (4:4b
Perkataan “ilah zaman ini” menunjuk kepada Iblis (Yoh. 12:31;Yoh. 14:30; 16:11; Ef. 2:2; 1 Yoh. 5:19) yang memegang kuasa atas banyak kegiatan pada zaman sekarang ini. Akan tetapi, pemerintahan itu bersifat sementara dan bersyarat. Dia melangsungkan pemerintahannya hanya dengan kehendak Allah yang mengizinkan sampai akhir sejarah (Wahyu. 19:11- 20:10).
Terjemahan bahasa asli “tuhan dari zaman ini.[108] Θεος Kd. Θεος. Kata Benda Nominative Masculine Singular.[109] ”Kamus Besar Bahasa Indonesia ”tuhan adalah sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang mahakuasa, maha perkasa, dan sebagainya,”[110] sehingga di bagian ini jelas bahwa kata yang dipakai huruf kecil; yaitu: god, bukan God” NKJV god of this age. Kata Tuhan di bagian ini adalah Iblis yang membutakan dan menjadi bapa mereka sehingga tidak melihat terang Injil Kristus.
Mereka yang tidak tunduk kepada Yesus Kristus, tetap berada dibawah kekuasaan Iblis. Dia membutakan mata mereka terhadap kebenaran dan kemuliaan Injil agar mereka tidak dapat diselamatkan. Pemecahan terhadap keadaan yang fatal ini ialah dengan mengikat kegiatannya melalui doa dan pemberitaan Injil dalam kuasa Roh (Kish. 1:18) supaya orang dapat mendengarkan, mengerti dan memilih untuk percaya atau tidak (2 Kor. 4:5-6).[111]
Jika menganggap keadaan itu memang nyata. Injil kami beritakan adalah Satu-satunya Injil Keselamatan dari Allah (Gal. 1:6). Masih tertutup. Bentuk waktu perfect melukiskan suatu keadaan yang sudah pasti. Bentuk waktu present participle secara tepat diterjemahkan dengan mereka yang binasa (2 Kor. 2:15). Pemakaian kata tertutup mengaburkan acuan lengkap kepada “selubung” yang dipakai Iblis untuk “menutup” pikiran mereka yang akan binasa.
Iblis disebut sebagai “ilah zaman ini” (kalimat Yunani yang di pakai pada bagian ini). Kata gambaran (eikon) di bagian lain untuk Kristus sebanyak dua kali (Kol 1:15; Ibr 1:3). Kata kerja melihat cahaya hanya dijumpai dalam ayat ini saja, dalam Perjanjian Baru.
Paulus menjelaskan ini berdasarkan konteks dimana Ia layani, dalam pelayanan Paulus rupanya banyak yang tidak lihat terang Injil Kristus. Iblis berkuasa, maka orang percaya tentu akan selama-lamanya buta. Tetapi tidak demikian halnya, dan itulah sebabnya Paulus memberitakan Injil, sehingga Roh Allah dapat mengangkat selubung atau tabir. Orang akan tetap buta bila Paulus dan rekan-rekannya, “memberitakan diri mereka sendiri.”[112]
Ungkapan ini menyimpulkan seluruh Injil dan pengakuan orang-orang Kristen mula-mula (Rm. 10:9; 1 Kor. 12:3; Flp. 2:11). Ia mencakup keseluruhan bahwa Yesus adalah Mesias Allah (raja yang di urapi), disalibkan untuk dosa-dosa kita, dibangkitkan dan dimuliakan di sisi Allah untuk menjadi penguasa dunia (Ef. 1:15-23).
Paulus memberitakan Yesus Kristus Sebagai Tuhan. Kedudukan Kristus sebagai Tuhan yang tertinggi merupakan pokok dalam pemberitaan sang rasul. Asal kata hamba adalah budak. Paulus berulang-ulang menyebut dirinya sebagai budak (doulos), Roma. 1:1; Gal. 11:10, Flp. 1:1; Tit. 1:1). Di sini dia memakai istilah yang dimenangkan di Korintus.[113]
Paulus mengungkapkan pikiran yang telah dibutakan oleh ilah zaman ini yang berhubungan dengan keselamatan, Paulus menulis, “Pikirannya (noema) telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga orang-orang Korintus tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah” (2 Kor. 4:4; 3:14).[114] Paulus dapat menjelaskan bagian ini berhubungan dengan pelayanan pemberitaan injilnya berulang-ulang kali mengingatkan oran-orang di Korintus namun mereka lebih suka mengikuti keinginan atau hawa nafsu mereka sehingga pikiran mereka telah dibutakan oleh ilah zaman ini menunjuk kepada Iblis yang dapat membutakan mata rohani orang-orang Korintus sehingga tidak melihat cahaya Injil Kristus. Untuk itu bagian ini Paulus mengingatkan orang-orang Korintus untuk hidup sesuai standar firman Tuhan.[115]
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kuasa Yang Melimpah-Limpah Itu Berasal Dari Allah (4:7-12)

Orang Kristen adalah ”bejana-bejana tanah liat” yang kadang-kadang mengalami kesedihan, air mata, kesusahan, kebingunan, kelemahan, dan ketakutan (2 Kor. 1:4, 8:9; 7:5). ”harta” sorgawi yang dalam diri mereka, maka mereka tidak dikalahkan. Kekristenan bukan hal menyingkirkan kelemahan, bukan juga semata-mata manifestasi kuasa ilahi.[116] Tetapi, kekristenan adalah manifestasi kuasa ilahi melalui kelemahan manusia (2 Kor. 12:9). Ini berarti bahwa: (1) Dalam setiap penderitaan, oran percaya bisa menjadi lebih daripada pemenang oleh karena kuasa dan kasih Allah (Rm. 8:37), dan (2) kelemahan, kesusahan, dan penderitaan orang percaya membuka peluang untuk menerima kasih karunia Kristus yang berlimpah-limpah dan mengizinkan kehidupan-Nya dinyatakan dalam tubuh manusia (2 Kor. 4:8-11; 2 Kor. 12:7-10).
St. Darmawijaya Dapat menjelaskan dalam bukunya (Seluk Beluk Kitab Suci) pertentangan Paulus dalam Misinya di Korintus.
Paradoks adalah pernyataan yang seolah-olah bertentangan dengan pendapat umum, tetapi sesungguhnya mengandung kebenaran. Dalam nats ini, terlihat paradoks antara harta Injil yang tak ternilai dan pemberita Injil yang tak bernilai, yang Paulus sebut 'bejana tanah liat' (2 Kor. 4:7). Kerentanan ’bejana tanah liat’ itu terlihat saat Paulus menjalankan misinya (2 Kor. 4:8-9). Namun ada maksud ilahi di dalamnya, yaitu supaya orang bisa memahami bahwa kekuatan itu dari Allah saja asalnya (2 Kor. 4:7). Maka meski Paulus ditekan dari berbagai sisi, tetap tidak bisa sepenuhnya disudutkan. Tidak pernah sampai tidak ada ruang untuk bergerak lagi, tidak pernah sampai ada kata ”menyerah”.[117]

Terjemahan bahasa asli ”kami punyai harta karun.”[118] Θησαυρον. Kd. Θησαυρος. Noun accutative masculine singular.[119] Kamus Besar Bahasa Indonesia  harta karun diartikan sebagai  “benda yang tidak diketahui pemiliknya, harta benda yang didapat dengan tidak sah.”[120] Dalam NKJV We have this treasure in earthen vessels.
Melalui istilah-istilah harta ini Paulus mengingatkan orang percaya bahwa Injil merupakan permata berharga (Mat. 13:44, 52) yang telah dipercayakan kepadanya (Ef. 3:1, 2, 7, 8). Manusia di dalam kelemahan dan kerapuhannya dilukiskan sebagai bejana tanah liat (Kis. 9:15). Kata melimpah-limpah (hiperbol) berarti “karakter atau sifat yang luar biasa, berlebih-lebih”  Yunani (Arnt). Kata ini di dalam Perjanjian Baru hanya dipakai oleh Paulus saja (2 Kor. 1:4, 7, 17; 12:17; Rm. 7:13; 1 Kor. 12:31; Gal. 1:13).[121]
Menyimpang dari jalan pikiran mengenai beberapa peristiwa yang dialami Paulus, 2 Kor. 2:13, diteruskan dalam 2 Kor. 7:5. Bagian 2 Kor. 2:14-7:4 menguraikan tentang karya kerasulan. Kristus yang menjadi fokus pemberitaan, maka Paulus memberitakannya dengan integritas penuh (2 Kor. 4:2). Meski demikian, mungkin saja ada orang yang menutup dirinya terhadap kebenaran yang Paulus beritakan (2 Kor. 4:3-4). Namun, itulah orang-orang yang memang akan binasa.[122]
Paulus sendiri sadar bahwa dirinya hanyalah bejana tanah liat yang dipakai untuk menyampaikan harta mulia itu (2 Kor. 4:7). Begitu berat pengalaman yang telah ia lalui sebagai akibat dari pelayanannya bagi Kristus dan bagi Injil-Nya; ditindas, habis akal, dianiaya, dan dihempaskan (2 Kor. 4:8-9). Namun lihatlah kemenangan yang Paulus alami; tidak terjepit, tidak putus asa, tidak ditinggalkan sendirian, tidak binasa.
Paulus sadar benar bahwa kekayaan rohani yang ada padanya lahir sebagai akibat penderitaan yang ia tanggung dalam pelayanan. Melalui penderitaan, Allah membuat pelayanan Paulus semakin efektif. Karena itu, ia tidak menjadi patah semangat. Karena semua yang ia alami adalah untuk kepentingan jemaat Korintus yang ia layani dan bagi kemuliaan Allah.
Matthew Henry Mengutip Dalam bukunya Tafsiran Roma, 1 & 2 Korintus yang berhubungan dengan Pelayanan dan Penderitaan Paulus dalam menanggani orang-orang Korintus:
Berhubungan dengan kehidupan jemaat Korintud, meski berisiko nyawa, Tuhan selalu menyelamatkan dia dari keputusasaan dan kehancuran. Sebagaimana penderitaannya bagaikan penderitaan Kristus, maka kelepasan yang berulang-ulang dia alami juga merupakan bukti kuasa kebangkitan Tuhan (2 Korintus 4:10-11; 2 Kor.1:9-10). Kuasa itu tampak saat Paulus tidak putus asa waktu menghadapi maut dan perlawanan musuhnya. Iman akan kuasa itu membuat Paulus tidak akan diam saja (2 Korintus 4:13). Pengalaman itu menguatkan jemaat Korintus, supaya kebangkitan Kristus yang telah dia alami akan membangkitkan juga orang percaya di Korintus. Maka penderitaan yang Paulus alami akan berujung pada kemuliaan Allah (2 Korintus 4:14-15).[123]
Bejana tanah berhubungan dengan pelayanan dirinya, Paulus melihat dirinya hanyalah bejana tanah yang mudah hancur dan retak namun Kristus di surga memperbaharuhi dirinya dari hari ke hari dan mendapat kekuatan dari surga untuk menyatakan seberapa besar dan dahsyat Allah.[124] Apa yang membuat Paulus dapat menghadapi keadaan yang sangat sukar sekalipun? Bukan dan tidak lain adalah karena Paulus memiliki Yesus di dalam tubuhnya (2 Kor. 4: 10).[125] Di bagian ini cukup jelas bahwa Paulus menghadapi penderitaan sedemikian itu agar semakin banyak orang dapat mendengar kabar keselamatan, dan orang-orang yang telah percaya juga semakin bertumbuh didalam iman mereka kepada Tuhan sebagai Juruselamat pribadi mereka.[126]
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kami Miliki Roh Iman Yang Sama (4:13-15)

Paulus menjelaskan ”Kami miliki roh iman yang sama” kami percaya maka kami berkata-kata. Dengan mengutip Mazmur 116:10 Paulus mengemukakan alasan mengapa ia berbicara. Ayat ini secara mutlak mengajarkan bahwa Roh Kudus merupakan sumber dari iman. Alkitab dan kesaksian. Kata kami memang cocok: Paulus, seperti Daud, percaya sehingga berbicara; kedua istilah dipersatukan di dalam iman (Ibr. 11:39, 40).[127]
Terjemahan bahasa asli “yang sama Roh” αυτο. Kd. Αυτος.[128] Personal/ Possessive Pronoun Accusative Neuter 3rd person singular.[129] Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “sama” dapat menjelaskan “sesuatu yang serupa, tidak berbeda, tidak berlainan.” NKJV Same Spirit.  Iman mencegah mereka tidak tawar hati, “Kami memiliki roh iman yang sama”  (2 Kor. 4:13), iman yang digerakkan oleh Roh, iman yang juga dimiliki orang-orang kudus pada zaman dahulu yang mengalami penderitaan hebat seperti itu. Rasul Paulus mencontohkan teladan Daud yang berkata, Aku percaya, sekalipun aku berkata: Aku sangat tertindas Maz. 116:10. NKJV: Aku percaya sebab itu aku berkata-kata.
Pengharapan akan kebangkitan mencegah mereka dari sikap putus asa (2 Kor. 4:14) mereka tahu bahwa Kristus telah dibangkitkan, dan kebangkitan-Nya merupakan jaminan dan kepastian kebangkitan mereka. Hal ini dibicarakannya dengan panjang lebar di dalam surat sebelumnya kepada orang-orang Korintus ini 1 Kor 5. Karena itu. Pengharapan mereka sangat teguh karena memiliki dasar yang kuat, bahwa dia yang membangkitkan Kristus yang adalah kepala, pasti akan membangkitkan anggota tubuhnya yang lain.[130]
Pandangan akan kemuliaan Allah dan manfaat bagi jemaat melalui penderitaan mereka, membuat mereka tidak berputus asa (2 Kor. 4:15). Penderitaan mereka adalah demi kebaikan jemaat (2 Kor 1:6), sehingga dengan demikian mendatangkan kemuliaan bagi Allah. Sebab ketika jemaat dibangun, maka Allah juga akan dipermuliakan. Karena itu, orang percaya akan sanggup menanggung penderitaan dengan sabar dan sukacita apabila orang percaya melihat orang lain lebih baik karenanya, yakni jika mereka dibimbing dan dibangun, jika mereka diteguhkan dan dihiburkan.
Bagian ini Paulus menjelaskan yang berhubungan dengan pelayanan pemberitaannya bahwa ia berkata-kata oleh karena ia percaya. oleh karena banyak orang pikiran dan hati mereka telah dibutakan oleh ilah zaman ini sehingga tidak mempercayai Injil Kristus yang Paulus beritakan. Dengan demikian dalam ungkapan ini Paulus mau menyakinkan orang-orang Korintus bahwa mereka percaya maka mereka dapat berkata-kata, sebab kesanggupan Paulus untuk berkata-kata oleh karena percaya, Paulus dapat menjelaskan bahwa itu semua terjadi karena kamu. Kemuliaan Kekal melebihi segala-galanya bagi Paulus dan Pelayanannya.


[49] J. Philip Atrhur, Strength In Weakness: 2 Corinthians Simply Explained (England: Evangelical Press, 2004), 86.
[50] Asan Alwi (Ed.),  Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 591,s.v. “Konteks.”
[51] Hasan Sutanto, Hermeneutik Prinsip Dan Metode Penafiran Alkitab (Malang: Literatur SAAT, 2011), 299.
[52] Jerry Humahlatu, Hermeneutik Sepanjang Masa (Jakarta: Cipta Varia Sarana, 2011), 103.
[53] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis - Teologis (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 113-114 .
[54] Randy Frazee, dan Robert Noland, Berpikir, Bertindak, Menjadi Seperti Kristus (Yogyakarta: Yayasan Gloria), 2016.
[55] Al Purwa Hadiwardoyo, Warisan Paulus Bagi Umat: Ajaran Iman, Pastoral, dan Moral (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 21.
[56] Douglas J. Elwood, Teologi Kristen Asia: Tema-Tema Yang Tampil Ke Permukaan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 11-12.
[57] W. R. F. Browning, Kamus Alkitab: Distionary Of The Bible (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 463.
[58] J. S. Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), 142.
[59] Douglas Stuart,  Eksegese  Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas,2004), 26-27.
[60] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta:  Lembaga Alkitab, 2003), 965.
[61] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II  (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,  2003), 268.
[62] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 520.
[63] Matthew Henry; Adam Clarke; Jamieson; Fausett,  The Bethany Parallel Comentary On The New Testament (Amerika: Bethany House Publisher, 1983). 1052.
[64] R. E. Harlow, Second Corinthians Paul and the Church at Corinth  (Canada: Everyday Publications, Incorporated Inc., 1985), 20.
[65] Jamieson, Fausset, Brown, A Commentary Critical, Expermental, And Pratical III, Mathew. John, Acts, Romans, 1,2 Cor-Rev  (America: William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids, Michigan, 1866), 346.
[66] Matthew Henry, Tafsiran Surat Roma, 1 & 2 Korintus  (Surabaya: Momentum 2015), 868.
[67] V. C. Pfitziner, Kekuatan Dalam Kelemahan: Ulasan Atas Surat 2 Korintus, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2011), 64.
[68] D. J. Douglas (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius –Wahyu; Berdasarkan Fakta-Fakta Sejarah Ilmiah dan Alkitabih  (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981), 545.
[69] John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 134.
[70] John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 137.
[71] R. E. Harlow, Second Corinthians Paul and the Church at Corinthians  (Canada: Everyday Publications, Incorporated Inc.,1985), 21.
[72] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003),  965.
[73] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 733.
[74] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 835.
[75] Scott J. Hafemann, Suffering & Ministry In The Spirit; Paul’s Defence Of His Ministry In 2 Corinthians  (Amerika: Eedmans Publishing Company, 1990), 139.
[76]Eka Darmaputera, Tatkala Allah melawat Umat-Nya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 85
[77] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (BPIK) Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 965.
[78] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 92.
[79] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 1203.
[80] D. J. Douglas (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), 545.
[81] Adam Clarke, Christian Theology  (London: The University Of Illinois Library, 1835), 37
[82] J. Philips Arthur, Strength In Weakness; 2 Corinthians Simply Explained, (New York: Evangeliscal Press, 2004), 90.
[83] Yusuf Eko Basuki, The Perfect  Growth Of Faith: Pertumbuhan Iman Yang Sempurna (Yogyakarta: Garudhawaca, 2014),  84.
[84] Leroy Eims & Randy Eims, Laboring In The Harvest: Penuai Yang Diperlengkapi (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2015), 122.
[85] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 965.
[86] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 787.
[87] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia  (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 1275.
[88] Diane Bergant dan Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisisu 2002),  287.
[89] St. Eko Riyadi, Yesus Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus Kristus Dalam Warta Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 187.
[90] D. J. Douglas (Ed.), Tafsiran Masa Kini 3: Matius-Wahyu; berdasarkan fakta-fakta sejarah ilmiah dan alkitabiah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980),545.
[91] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus Kekuatan Dalam Kelemahan (Jakarja: BPK Gunung, 2011). 65.
[92] Wesley Ariarajah, Alkitab Dan Orang-Orang Kepercayaan Lain (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 52.
[93] Yusuf Eko Basuki, The Perfect  Growth Of Faith: Pertumbuhan Iman Yang Sempurna (Yogyakarta: Garudhawaca, 2014),  86.
[94] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I  (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 965.
[95] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 102.
[96] Asan Alwi (Ed.),  Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 971.
[97] Matthew Hendry, Tafsiran Surat Roma, 1-2 Korintus (Surabaya: Momentum Christian Literature, 2011 )870.
[98] Scott J. Hafemann, Suffering & Ministry In The Spirit; Paul’s Defense Of His Ministry In 2 Corntihans 2:14 – 3:3 (America: Eerdams Publishing Companuy, 1990), 59.
[99] Yusuf Eko Basuki, Kristen Pemenang (The Victorious Christian): Meraih Kemenangan Iman Dengan Strategi Tuhan (Yogyakarta: Garudhawaca, 2014), 103.
[100] Eka Darmaputera,  Jalan Kematian dan Kehidupan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 100.
[101] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 965.
[102] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru 2003 (BPIK) Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 359.

[103]Asan Alwi (Ed.),  Kamus Besar Bahasa Indonesia  (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 1189.

[104] Arend Th, Van Leeuwen, Agama Kristen Dalam Sejarah Dunia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 43.
[105] Craig Blomberg, Two Corinthians; The Niv Application Commentary  (New York: Zondervan Publishing House, 2000), 51.
[106] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus Kekuatan Dalam Kelemahan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 63.
[107] Mathew Henry, Tafsiran Surat Roma 1& 2 Korintus (Surabaya: Mementum Christian Literature, 2011), 870.
[108] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 966.
[109] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 359.
[110] Asan Alwi (Ed.),  Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 366.
[111] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat 1 & 2 Korintus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 37.
[112] Russel P. Spittler, Pertama & Kedua Korintus (Malang: Gandum Mas, 1977), 106.
[113] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus Kekuatan Dalam Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 64.
[114]Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1:Allah Manusia dan Kristus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 174.
[115] Neil T. Anderson, Menjadi Gereja Membuat Murid:  Metode yang Terbukti Menumbuhkan Orang-orang Kristen yang Dewasa Rohani (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2016), 57-58
[116]Watchman Nee, The Treasure In The Earthen Vessels (California: Living Stream Minstry, 1993), 14.
[117] St. Darmawijaya,  Seluk Beluk Kitab Suci (Yokyakarta: Kanisius, 2009), 519.
[118] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 966.
[119] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 374.
[120] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia  (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 390.
[121] Dianne Bergant, dan Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru  (Yogyakarta: Kanisius, 2002),  240.
[122] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 193.
[123] Mathew Henry, Tafsiran Roma, 1 & 2 Korintus (Surabaya: Momentum Christian Literature, 2015),  875.
[124]Eka Darmaputera,  Jalan Kematian dan Kehidupan  (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 101-102
[125] Leroy Eims & Randy Eims, Laboring In The Harvest: Penuai Yang Diperlengkapi (Yogyakarta :Yayasan Gloria, 2015), 125.
[126]John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 138-139.
[127] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, Surat 1 & 2 Korintus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 74
[128] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I  (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 967.
[129] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 131.
[130] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 181.


BAB IV
MAKNA HARTA DALAM BEJANA TANAH LIAT IMPLEMENTASI DALAM PELAYANAN GEMBALA SIDANG MASA KINI
Pelayanan Gembala Sebagai Kemurahan Allah 2Kor 4:1
Pelayanan Paulus dapat menjelaskan Pelayanan sebagai kemurahan Allah. Dalam bahasa Yunani “eleetemen”. Paulus melihat diri seorang yang tidak layak namun Allah yang mempercayakan pelayanan-Nya, sehingga untuk memahami konsep pemahaman Paulus. Gambaran yang cukup tepat dari arti pelayanan Paulus yang muncul dari 2 Korintus. Disini bukanlah gambaran tentang tubuh, melainkan pertentangan antara kegelapan dan terang yang menjadi titik sentral.[131]
Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati. Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. 2 Kor 4:1-6).[132]

Diakonia atau Pelayanan, yang Paulus tunjukkan disini, merupakan bagian dari kerasulannya sendiri, yang ia dipertahankan dari tuntutan para pemfitnah dan penipu, perlu menyelidiki lebih lanjut perihal berapa lama kerasulan Paulus dapat menjadi model  dari bentuk-bentuk pelayananya yang menyatakan kehendak Tuhan. termasuk pelayanan sekarang ini.[133]
Yang mencolok dalam bagian ini yang memungkinkan pelayanan bukanlah karunia Paulus, bukan kharisma atau kharisma-kharisma lain membuat Paulus mampu memberitakan Inji kerajaan surga , tetapi kemurahan hati Allah, kenyataan yang serupa yang membawa Paulus kepada iman dan kepada misinya diposisikan hal paling utama dalam pelayananya. Kesejajaran terdekat bukanlah dengan 1 Korintus 12 atau Roma 12, melainkan justru Galatia 1:13-16; Paulus menganggap panggilan sebagai Anugerah Allah. Bagian 2 Korintus mengingatkan rasul Paulus menerima pelayan terlepas dari kemurahan hati, pembicaraan tentang karunia-karunia roh tampak tidak tepat. Ia mengetahui jemaat Korintus mampu bermegah diri, meskipun hal itu karena karunia. Seseorang jatuh dalam kesombongan karena memperoleh karunia serta disanjung-sanjung sebagai yang memiliki kharisma. Namun, dalam kemurahan yang telah diterima Paulus dengan jelas dan nyata.[134]
Rasul Paulus menunjuk diri seorang hamba, doulos, dapat menjelaskan pelayanan sebagai  kemurahan Allah. “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hamba-Mu karena kehendak Yesus” (2 Kor. 4:5). Peciptaan diperbaharui melalui ciptaan baru. Sinar yang bercaya pada permulaan yang diterangi oleh sinar Allah dalam wajah Kristus. Sinar ini membawa para rasul keluar dari kegelapan. Meski disini Paulus tidak sedang membahas seluruh lingkup karunia dalam jemaat, sudah jelas ia memahami kerasulan bukan saja sebagai karunia, melainkan kemurahan Allah. Tanda penebusan ciptaan baru yang Allah sediakan di dalam Yesus Kristus. Untuk menjadi seorang pelayan Tuhan dan memberitakan tentang Injil Kristus yaitu rahasia kerajaan surga yang Dia terima dari Allah.[135]
Kemudian Gembala perlu memahami konsep Paulus tentang gambaran pelayananya. Paulus menjelaskan pelayanan sebagai kemurahan Allah atau rahmat  Allah bukan karunia atau kharisma oleh karena pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada Paulus bukan karena Paulus layak tetapi sebaliknya. Paulus melihat diri sebagai seorang laki-laki yang tidak layak namun pelayanan yang Tuhan percayakan itu oleh karena kemurahan-Nya.
Pelayanan pada masa Paulus, pelayanan disebut sebagai  rahmat Allah yang mempercayakan pelayanan-Nya kepada orang-orang pilihannya untuk selamatkan jiwa-jiwa yang binasa oleh karena kehidupan mereka masih mengikuti keinginan daging atau hawa nafsu. Dari konsep Paulus Menjadi ”hamba Tuhan” merupakan panggilan setiap orang percaya. Yang menyebut Hamba Tuhan berarti mereka telah ditebus dari pelanggaran-pelanggaran dan Tuhan menganugerahkan pelayan-Nya terhadap orang yang ditebusnya.[136]
Tradisi Yunani Hamba Tuhan dikhususkan untuk melayani meja. Sangat beralasan jika kehidupan mereka dipersembahkan untuk melayani Dia (Rm. 12:1-2). Namun dalam artian lebih sempit, istilah “hamba Tuhan,” dapat ditujukan bagi mereka yang melayani Tuhan dalam jabatan tertentu, seperti menjadi Gembala Sidang, Majelis, Pendeta, Penginjil, Pengurus serta aktivis gereja lainnya. Memiliki pekerjaan sebagai ”hamba Tuhan” sangatlah menyenangkan, karena melayani Tuhan adalah mengerjakan pelayanan yang bersifat rohani dan bersifat kekal (Why. 14:13).[137]
A Noordgraaf dalam bukunya (Orientasi Diakonia Gereja) mengutip mengenai pelayanan diakonia oleh para rasul dan khotbah-khotbah mereka bahkan pelayanan lain yang berhubungan dengan jemaat-jemaat yang mereka layani.
Khotbah para rasul di Yerusalem disebut Pelayanan Firman dalam Kisah Para Rasul 6:4. Paulus melihat kerasulannya di antara bangsa-bangsa sebagai diakonia (2 Kor. 3:3) yang dijelaskan lebih lanjut sebagai diakonia pendamaian (2 Kor. 5:18). Dirinya sendiri serta rasul-rasul lainnya sebagai pelayan Kristus (2 Kor. 11:23) dan juga pelayan Jemaat (Kol. 1:25). Rekan kerja rasul, seperti epafras (Kol. 4:12), Timotius (1 Tes. 3:2), dan banyak lainnya disebut pelayan Kristus. Pelayanan mereka memiliki berkhotbah, mengajar, menggembalakan, memimpin jemaat, mengadakan kunjungan, mengumpulkan kolokte dan mengantar uang kepada saudara-saudara di Yerusalem yang juga disebut diakonia (2 Kor. 8:19; Rm. 15:25). Lihat juga (Ef. 4:12), persiapan untuk melakukan pelayanan. Filipi 1:1, Timotius 3:8, 12 menyebut diakonoi disini mempunyai arti teknis dari orang yang memegan jabatan tertentu dalam jemaat yang pekerjaannya harus dilihat hubungan erat dengan pekerjaan pemimpin-pemimpin.[138]

Dirinya sendiri serta rasul-rasul lainnya dilihat sebagai rasul Kristus Melayani Tuhan adalah rahmat Allah yang dipercayakan pelayanan-Nya kepada setiap Gembala atau pelayan untuk tujuan-Nya yang kekal. Salah satu ungkapan Paulus (1 Kor. 3:10-11) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang telah dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar selain dari pada dasar yang telah diletakkan Yesus Kristus.[139]
Jadi, bagi Paulus menjadi fokus pemberitaannya ialah Kristus sehingga dalam pengalaman-pengalaman pelayanan Paulus sangat menyenangkan oleh karena banyak penderitaan yang ia tanggun namun pelayanan sebagai kemurahan Allah sehingga Paulus tidak menyerah, tetapi dalam pelayanan Paulus dapat ditemukan bahwa Paulus menyerahkan diri sepenunhya kepada Tuhan oleh karena kecintaan terhadap pelayannya sehingga orang-orang yang membantah dia dengan alasan yang bukan-bukan mengenai diri Paulus dan pelayannya. Paulus tidak pernah menyerah dengan tuduhan-tuduhan yang membantahnya.[140]
Oleh karena itu, dalam pelayanan seorang Gembala masa sekarang. Pelayanan seperti ini bukanlah hal yang mudah untuk kerjakan. Penyebabnya adalah setiap Gembala masih mengenakan tubuh fana yang disebut Paulus sebagai “bejana tanah liat (Kor. 4:7).” Selama Gembala mengenakan tubuh yang fana ini dan hidup dalam dunia, Gembala masih merasakan beban berat, kelemahan, putus asa, dianiaya, difitnah, disakiti dan sebagainya. Semuanya itu bisa saja membuat Gembala tinggalkan panggilan sebagai gembala Sidang, karena Gembala Sidang masih memakai tubuh manusia namun Tuhan meneguhkan hamba yang dipanggilnya untuk Tujuan kemuliaan-Nya.[141]
Paulus mengingatkan Gembala Sidang atau Pelayan melalui teladan hidupnya (2 Kor. 4:7, bahwa apabila Gembala melayani Tuhan, alangkah baiknya jika Gembala tidak mendasarkannya pada dunia maupun tubuh yang fana. Dasar yang benar untuk melayani Dia adalah karena kemurahan-Nya (2 Kor. 4:1).[142] Itulah sebabnya, kesulitan dalam pelayanan Paulus tidak tawar hati, karena anugerah Allah menjamin segala kemuliaan yang akan diterimanya, sementara ia harus berjuang dan mengalami penderitaan di dunia ini (2 Kor. 4:16-18).
Choan–Seng Song dalam bukunya, Allah Yang Turut Menderita dapat menjelaskan mengenai pelayanan Gembala dan campur tangan Tuhan dalam pelayanan.
gembala tidak bisa jujur kecuali bila mengakui bahwa gembala harus hidup didalam dunia etsi deus non daretur (seakan-akan Allah tidak ada). Dan justru inilah gembala akui dihadapan Allah! Allah sendiri memaksa gembala mengakui-Nya. Allah ingin seorang gembala tahu gembala harus mengatur hidup tanpa Dia. Allah bersama gembala adalah meningalkan gembala (Mark. 15:34). Allah yang membiarkan gembala hidup di dunia tanpa hipotesa kerja tentang Allah adalah Allah yang dihadapan gembala terus-menerus berdiri. Dihadapan Allah dan dengan Allah Gembala hidup tanpa Allah. Allah membiarkan diri-Nya didorong keluar dari dunia ke salib. Ia lemah dan tak berdaya di dunia, dan justru itu caranya, satu-satunya bagi Dia berada bersama dan menolong gembala dalam pelayanan melalui penderitaan gembala semakin dimampukan untuk pelayanan kemuliaan-Nya.[143]

Janganlah putus asa dalam melayani Tuhan. Apabila Gembala menghadapi kesulitan, atau tidak diindahkan orang. Sesungguhnya, semuanya itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan diterima di dalam Kristus Yesus. Janganlah patah hati. Pikiran seorang Gembala jangan tertuju kepada apa yang kelihatan di dunia ini, namun arahkan pandangan pada kemuliaan yang akan dinyatakan kepada setiap pelayan Tuhan oleh Allah.[144]
Pelayanan Gembala Dalam Kemurnian Hati
Pelayanan Gembala dalam kemurnian hati merupakan penyerahan diri dalam pelayanan sama seperti Paulus dengan berani menyerahkan diri dengan ketulusan hati terhadap Pelayanan. Pelayanan dengan ketulusan hati merupakan bagian dari penyerahan sepenuhnya terhadap kehendak Tuhan. Paulus dalam pelayanannya ia memberitakan Injil ke dunia. Ia menempatkan dirinya sebagai hamba Kristus Yesus, untuk melayani orang-orang Korintus sebagai wujud pelayanan kepada Yesus Kristus. Inilah yang dikatakannya tentang pelayanan: ”Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hamba-Nya  karena kehendak Yesus”.[145]
Paulus dapat mengingatkan orang-orang Korintus dalam pelayananya dengan mencurahkan isi hatinya. Ia mengingatkan semua rasa simpati yang menjadi ciri hubungan antara rasul dengan jemaat. Sesudah berbicara secara pribadi (2 Kor. 4:8-15; 6:4-10), ia sekarang mengingatkan orang-orang Korintus akan kehebatan panggilan mereka dalam Allah dan kemudian cara mendesak dan penuh perasaannya mendorong mereka untuk memperhatikan jati diri dalam hubungan mereka dengan penerimaan terhadap dirinya. Paulus mempertahankan ketulusan hatinya dan ia mengundang orang-orang Korintus untuk memberi kesaksian akan keterbukaan hatinya. Paulus menyebut diri sebagai orangtua terhadap orang-orang Korintus. Mereka telah ia lahirkan didalam Kristus.[146]
Pelayanan Gembala Sidang perlu belajar dari teladan Paulus. Pelayanan Paulus didorong oleh ketulusan hatinya sehingga didalam pelayanan Paulus banyak menghadapi penderitaan namun ketulusan hati membuatnya tidak melepaskan tanggun jawab sebagai seorang rasul Kristus. Oleh sebab itu dalam pelayanan Paulus jelas bahwa Paulus memiliki prinsip dan kemurnian hati dalam pelayanannya.
Pelayanan Gembala sekarang perlu memperhatikan yang berkaitan erat dengan totalitas hati Paulus dalam melayani orang-orang Korintus. Paulus memiliki prinsip dalam pelayanannya yaitu; panggilannya yang jernih, bukti totalitasnya dan kerendahan hati dalam panggilan dan pelayanannya.[147] Paulus dipilih Tuhan untuk mengerti kehendak-Nya dan melaksanakannya. Ia menjalankan seluruh hidupnya dengan kesadaran bahwa Tuhan mempunyai rencana yang harus diikutinya. Kesadaran tersebut membuat perubahan yang tak terkira besarnya. Sekitar tahun 25 setelah pertobatan Paulus, dalam menghadapi penderitaaan yang berat, ia dengan penuh keyakinan berkata, “tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan Tuhan Yesus kepadaku untuk memberikan kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah (Kish. 20:24).
Istilah ”garis akhir” digunakan pada jalur lomba lari yang ditentukan untuk para pelari dalam pertandingan Olahraga Olimpiade, yaitu rencana untuk perlombaan lari yang ditentukan sebelumnya oleh para juri. Cita-cita besar Paulus ialah mengikuti jalur pertandingan yang ditentukan Tuhan bagi hidupnya.[148]
Prinsip Paulus yang melatar belakangi dalam pelayanannya (Kish. 20: 17-21), panggilan pelayanan Paulus senantiasa melandasi, menjiwai seluruh pelayanannya (Kis. 26:19), sedemikian rupa sehingga Paulus dengan tegas menyatakan bahwa sejak hari pertama tiba di Efesus, ia melayani Tuhan, dengan segala kerendahan hati. Ia memperlakukan jemaat Tuhan bukan sebagai obyek pelayanan saja, tetapi sebagai milik Tuhan.[149]
Randy Frazee, dan Robert Noland, Mengutip dalam buku Berpikir, Bertindak menjadi seperti Kristus Pelayanan yang menyenangkan hati Tuhan oleh karena segala perbuatan yang dilakukan Allah bagi Paulus sehingga Paulus dapat merespon terhadap pelayanannya dengan memberi diri.
Rasul Paulus menulis, “Aku telah disalibkan bersama Yesus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang didalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk Aku.” (Gal. 2:19-10). Meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami diperbaharui dari hari ke hari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan yang kekal melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami.” (2 Kor. 4:16-17).[150]

Seberapa jernih panggilan pelayanan Gembala akan menentukan seberapa Bukti Totalitas Pelayanan Gembala masa  kini, Paulus tahu kapan waktunya untuk memulai sesuatu dan kapan waktunya Tuhan mengarahkannya kepada pelayanan yang berikutnya. Itu bukti jelas bahwa hati sepenuhnya untuk Tuhan dan melakukan tugas pelayanannya hanya kehendak Tuhan. Paulus dalam Pelayanan sadar sepenuhnya, ia sendiri tidak akan sanggup menjaga jemaat yang telah bertumbuh bersamanya di Efesus bahkan di Korintus.[151]
Berbicara mengenai pelayanan adalah suatu panggilan  yang Tuhan berikan kepada orang orang pilihan-Nya, bukan karena tampang atau parasnya, tetapi karena pilihan kedaulatan Tuhan. Pemilihan raja Daud merupakan salah satu keteladanan bagi setiap orang percaya dapat menyakini bahwa setiap orang yang dipilih Tuhan untuk menjaga dan memelihara umat pilihan Allah.
Keistimewaan sebagai panggilan seorang pelayan Tuhan atau sebagai Gembala itu merupakan suatu kekhususan dari Tuhan, tapi dalam perjalanannya tentu tidak selalu mulus dan lancar dengan apa yang diharapkan. Pelayanan Paulus di jemaat Korintus, Paulus tidak semulus dan selancar yang diharapkan, karena ternyata dalam kehidupan jemaat Korintus banyak masalah yang harus ia hadapi oleh karena timbulnya persoalan-persoalan seperti: keikutsertaan, upacara-upcara keagamaan kafir, penghakiman di depan orang-orang kafir, pelacuran, masalah etis dan moral, memiliki berbagai macam karunia, saling menyombongkan diri. Dan keberadaan jemaat Korintus dikenal karena perpecahan mereka antara berbagai golongan. Oleh karena itu cara hidup jemaat Korintus banyak menyimpang, sehingga masing-masing membanggakan keunggulan-nya dan berbuat semaunya tanpa ada aturan. (2 Kor. 4: 8-9).[152]
Pengalaman pelayanan memiliki keunikan sehingga Paulus menggungkapkan suatu pengalaman rohani yang luar biasa dalam pelayanannya yaitu walaupun dalam keadaan tekanan ditindas, dianiaya, dihempaskan, namun dalam keadaan tersebut Paulus tidak terjepit, tidak sendirian, tidak putus asa. Karena keyakinan iman akan panggilan pelayanannya.[153]
Bagaimana dengan pelayanan sebagai Gembala Sidang, dalam pengalaman pelayanan akan mengalami tantangan, mengalami tekanan, kritik, ditolak dan dianiaya, difitnah oleh karena Kristus, dalam keadaan seperti ini seorang gembala memiliki konsep  perkataan yang sama seperti Paulus(2 Kor. 4: 8-9). Paulus mampu bertahan dalam pelayanan oleh kemurnian hatinya  terhadap keselamatan orang-orang Korintus. Paulus melihat pada dirinya dan berkata walaupun kami ditindas kami tidak terjepit, kami habis akal namun kami tidak binasa, Dan akhirnya semua harus meyakini bahwa Tuhanlah yang dipermuliakan.[154]
Oleh karena itu, yang berhubungan dengan pelayan Gembala Sidang sekarang benar-benar pahami konsep Paulus dalam pelayanannya bahwa sejumlah karunia yang Tuhan anugerahkan kepada Paulus. Paulus menjalankan pelayanannya dengan kemurnian hati untuk membawa jemaat Korintus kepada Tuhan. dengan demikian Tuhan mempercayakan pelayanan sebagai gembala dan menganugerahkan sejumlah karunia besar kepada Gembala, tujuannya membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan sebagai umat pilihan Tuhan dan perlu menjalankan pelayanan tersebut dengan kemurnian hati, tergantung bagimana dapat mendefinisikan pelayanan itu sendiri.[155]
Pelayanan Gembala Berfokus Pada Pemberitaan Injil
Paulus berfokus pada pemberitaan Injil Kerajaan Surga oleh kesadaran atas panggilan sebagai rasul Kristus sehingga kesadaran Paulus menunjukkan kerendahan dan nilai pada dirinya tidak layak namun Tuhan Paulus memilih menjadi rasul-Nya. Respon Paulus terhadap Panggilan pelayanannya. Erwin Lutzer dalam bukunya Pastor To Pastor dapat menjelaskan respon Paulus pada panggilan Tuhan tidak dapat ditemukan ungkapan yang membuatnya meninggalkan panggilan justru melalui penderitaan Paulus terdorong terus memberitakan inji, dengan karakter otoritas Tuhan yang dianugerahkannya. Tujuan utama Paulus terhadap Injil yang diberitakannya tidak diragukan satupun oleh karena kuasa otoritas Allah yang memampukan. Paulus dalam memberitakan Injil sebenarnya menghadapi banyak pertentangan dengan orang-orang Korinus namun fokus Paulus dapat membuat Paulus terus semangat dalam injilnya. Kefokusan Paulus dapat diperjelas pelayanannya yaitu pelayan itu dari siapa dan untuk siapa? Sehingga kefokusan Paulus menunjuk pada konsisten terhadap panggilan surgawinya.[156]
Kamus Umum Bahasa Indonesia dapat menjelaskan kata fokus, fokus berarti menfokuskan perhatiannya pada sasaran atau tujuan yang didambakan.[157] Jadi, untuk menjelaskan kefokusan Paulus hanya pada pemberitaan Injil kerajaan surga, sehingga fokus Paulus tidak dapat dibantah karena fokus Paulus begitu jelas. Panggilan tokoh-tokoh dalam Alkitab untuk menyampaikan kabar keselamatan, dan panggilan sebagai hamba Tuhan, Gembala Sidang, atau Pendeta. Tuhan mempercayakan pelayanan-Nya untuk berfokus memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya. Injil merupakan suatu kabar yang di bawa oleh Yesus sendiri ketika Ia datang ke dunia sebagai juru selamat manusia. Ia menyeruhkan bahwa bertobatlah sebab Kerajaan Surga sudah dekat, ini merupakan injil yang di bawa oleh Yesus sendiri. Tujuan Yesus yang utama ialah bangsa Israel harus bertobat dan percaya kepada Yesus yang adalah Mesias dan juruselamat umat manusia.[158]
Seruan ini terus diperdengarkan kepada bangsa Israel selama Yesus berada didunia, selama Dia melayani dan memberitakan Injil kerajaan surga. Kemudian Yesus disalibkan mati lalu pada hari yang ketiga Ia bangkit, dan sesudah empat puluh hari Ia terangkat kesurga maka Ia memerintahkan kepada murid-muridnya untuk pergi dan memberitakan Injil kepada semua suku bangsa, ia berkata pergilah dan jadikanlah seluruh bangsa murid-Ku, Ia juga berkata bahwa “ketahuilah bahwa aku akan menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:19-20).” [159]
Yesus tidak hanya melakukan misi untuk menyembuhkan dan mengatasi akibat kekerasan militer dan penindasan ekonomi Romawi, tetapi juga menghidupkan dan membangun kembali budaya, spiritual, dan kemampuan komunal rakyat, dalam pelayanan persembahan-Nya berupa Kerajaan Allah untuk orang Miskin.[160]

Gembala memperhatikan seruan ini dan pada akhirnya Gembala sadar akan panggilannya dan berfokus kepada tujuan. Memperhatikan seruannya sebagai bentuk penegasan kepada murid-murid-Nya bahwa  “Aku Senantiasa Menyertai Kamu Sampai Kepada Akhir Zaman.” Oleh karena itu Injil merupakan menjadi fokus dan sentral bagi seorang Gembala dan pelayanannya dan harus diberitakan kepada seluruh bangsa. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu di ketahui oleh Gembala. Mengapa Gembala harus memberikan Injil?[161]
Gembala diharuskan memberitakan Injil oleh karena Injil adalah kekuatan Allah yang membuat manusia berdosa menjadi orang benar. Kebenaran dinyatakan bukan dari perbuatan baik, tetapi dari iman kepada iman. Iman Anak Allah yang ada di dalam setiap orang percaya menyatakan/menyingkapkan kodrat ilahi. Injil adalah pewahyuan progresif tentang kodrat ilahi dan anugerah yang Tuhan siapkan untuk Gembala terima dan memberitakannya. Semakin pewahyuan ini tersingkap kepada Gembala maka Injil akan semakin berdampak dalam pikiran dan persepsi orang percaya tentang kehidupan kekristenan. Pada gilirannya, Injil akan membawa setiap orang percaya kepada transformasi atau pembaharuan sejati sebagai hasil iman orang percaya terhadap anugerah atau kasih karunia Allah.[162]
Memberitakan injil merupakan misi dari Tuhan yang tertanam didalam diri Gembala, ketika Yesus terangkat kesurga, Amanat Agung merupakan Amanat Agung dari Tuhan sendiri karena dalam Amanat Agung itu banyak orang akan dimenangkan bahkan mereka yang dimenangkan akan menjadi lebih dari pemenang. Ingat bahwa ketika Yesus memberikan Amanat Agung kepada murid-murid-Nya.[163]
E. B. Surbakti menjelaskan dalam bukunya Benarkah Injil Kabar Baik? Mengenai pelayanan Yesus yang mendunia:
Sejak awal pelayanan-Nya Yesus langsung menggagas misi pelayanan yang mendunia dan mengambil alih tanggun jawab dosa manusia. Sesuatu yang pada mulanya sulit dimengerti oleh para murid yang pemahaman geografinya terbatas. Namun Yesus mencelikan mata mereka, bahwa bagian terbesar komonitas umat manusia yang perlu mendengar berita injil justru berada diluar Israel . Yesus berkata.” Jadikanlah semua bangsa murid-Ku,” kata-Nya kepada para murid yang sebagian masih diliputi rasa takut dan kebingungan (Mat. 28:19). Pemahaman ini memberikan makna bahwa gereja haruslah menghadirkan sosok Yesus yang menyatu dengan situasi dan kondisi lokal, bukan sosok asing yang sulit dipahami oleh penalaran lokal.[164]

Ia tidak hanya berkata bahwa pergi dan memberitakan injil, namun  memuridkan mereka yang sudah menerima injil, oleh karena itu benar apa yang di katakan bahwa tuian memang banyak namun pengerjanya sedikit, berapa banyak orang sudah percaya namun tidak pernah diajar untuk lebih mengenal firman Tuhan. Sayang sekali kalau hal tersebut di biarkan, berapa banyak gereja sudah ada namun tidak ada gembalanya, berapa banyak desa-desa yang sudah menjadi percaya namun tidak ada yang menjadi guru injil. Setiap orang yang dipanggilnya harus menjadi pelayan yang setia dan memuridkan umat yang sudah diselamatkan.[165]
Seperti yang telah dikatakan sebelummnya mengapa injil fokus pemberitaan oleh seorang Gembala karena injil merupakan Amanat Agung, perintah nyata yang diturunkan oleh Tuhan sendiri. Oleh karena itu seorang Gembala harus mengetahui dengan benar “Yesus memberikan kesempatan yang paling mulia kepada setiap Gembala agar Gembala fokus memberitakan Injil, karena Injil di beritakan maka seorang Gembala sedang memindahkan jiwa-jiwa yang  binasa oleh pekerjaan ilah zaman ini. Oleh karena itu tugas sebagai seorang gembala berfokus pada pemberitaan injil untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang binasa oleh karena pekerjaan ilah zaman ini yaitu, pekerjaan iblis.[166]


Pelayanan Gembala Bersandar Pada Allah
Pelayanan Paulus dapat di akui sebagai seorang yang bersandar penuh pada otoritas Allah dalam memberitakan Injil kepada orang-orang Yunani bahkan orang Yahudi. Paulus berfokus pada injil dan melayani jemaatt Allah yang ada di Korintus. Demi injil Paulus bersandar penuh atas tuntunan Allah dan otoritas kuasa Allah, dalam melayani orang-orang Korintus Paulus tidak mampu atas tuntutan-tuntutan yang menyeleweng terhadap injil Paulus.
Namun, Paulus memiliki iman yang tulus tanpa bersyarat, dalam pergumulan menangani orang-orang Korintus ia selalu bercermin pada pergumulan Tuhan Yesus ketika Tuhan Yesus berada di zaman Getsemani. Ternyata Kristus juga pernah bergumul. Ia memohon kepada Bapa-Nya: Ya Bapa-Ku.” Tuhan Yesus Kristus Berdoa agar penderitaan dan salib kalau boleh berlalu dari hidup-Nya. Namun, permohonan Kristus sampai tiga kali itu tetap ditolak oleh Bapa-Nya. Allah menghendaki agar Yesus Kristus harus minum dari piala penderitaan dan mengalami kematian di atas kayu salib supaya kehendak-Nya dapat dinyatakan melalui penderitaan Kristus dan penyaliban Kristus.[167]
Konsep Paulus dengan penderitaan dan pergumulan Yesus selama berada di bumi, Paulus meyakini bahwa ia harus mengalami hal yang sama dengan tubuh yang fana, sehingga bagi rasul Paulus, doa yang tidak dikabulkan Allah, disadarinya agar ia jangan sampai terpancing untuk meninggikan diri. Hal ini dapat dimengerti bahwa orang sekaliber rasul Paulus, yang dikaruniai potensi tanpa batas oleh Allah, tentu dengan mudah terpancing untuk memegahkan diri. Namun didalam pelayanan Paulus tidak ditemukan kesombongan hati bahkan membanggakan diri karena berbagai karunia yang dimilikinya. Oleh karena itu dalam kenyataan pelayanan hamba-hamba Tuhan yang dikaruniai khusus sering terpeleset dalam kesombongan rohani! Apabila rasul Paulus yang telah diberi karunia untuk mengalami kehidupan sorgawi secara rohani. Pengalaman ekstase ini dapat saja mengodanya untuk menyombongkan diri secara rohani pula. Ternyata penyakit ”penyakit duri dalam daging” rasul Paulus dimaksudkan sebagai rem pengendali yang mengajaknya untuk senantiasa bersandar pada kasih karunia Allah. Sehingga seluruh pelayanan pemberitaan injil, rasul Paulus tidak bersandar pada kekuatan dan hikmat manusiawi.[168]
Ronald W. Leigh, memiliki Kutipan yang menarik dalam bukunya Melayani Dengan Efektif. Pelayanan Gembala Bersandar penuh pada tuntunan Roh kudus dan Allah
Bersandar pada tuntunan Roh Kudus Dan Allah, dapat dibandingkan dengan layar pada sebuah perahu, pantai yang jauh itu bagaikan tujuan untuk menjadi seperti Kristus, dan gerakan menyeberangi lautnya merupakan pertumbuhan rohani. Bila layarnya berkembang penuh, perkembangan bertahap akan terjadi selama si pelautnya tetap tekun dan menjalankan tugasnya. Ia takkan memperoleh pujian karena tiupan angin, tetapi ia akan melakukan bagian tugas supaya ia bisa memanfaatkan tenaga angin itu.[169]

Rasul Paulus memberikan keteladanannya kepada gembala, yaitu bahwa “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati gembala oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada gembala” (Rm 5:5) dan berseru: ”sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus adalah Allah yang telah mengurapi, memateraikan tanda milik-Nya atas gembala dan memberikan Roh Kudus tanpa batas di dalam hati gembala sebagai jaminan dari semua yang telah disediakn untuk gembala (2 Kor. 1:21-22).[170]
Yohanes B. Mulyono menjelaskan dalam bukunya Firman Hidup mengenai panggilan Yeremia dan tujuan Allah dalam hidup Yeremia.
Allah berfirman, “Aku telah mengenal engkau dan telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa,” maksunya adalah pilihan-Nya tidak salah. Pilihan Allah atas Nabi Yeremia merupakan tidaklah salah. Pilihan Allah atas Nabi Yeremia merupakan hasil pemilihan yang matang, bukan menurut ukuran manusia atau dunia, tetapi menurut Allah sendiri. Ini berarti panggilan dan pengutusan Allah bukanlah didasarkan pada kematangan fisik dan kedalaman pengalaman mansuia. Sebab panggilan Allah terhadap Yeremia dilakukan ketika Yeremia masih mudah-belia, dan panggilan sebagai Nabi ditentukan oleh kebebasan inisiatif dan kasih karunia Allah.[171]

Berdasarkan pengalaman pelayanan Paulus yang bergantung penuh pada otoritas kuasa Allah sehingga seorang Gembala perlu bersandar pada tuntunan Roh Kudus dan Allah, (2 Kor. 4:7). Oleh karena gembala sering kali di umpamakan sebagai bejana tanah liat. Gembala mengalami putus asa, kecewa, tidak diindahkan orang, dianiaya, gembala perlu bersandar pada kehendak dan otoritas kuasa Allah sebab Allah sebagai Sang Penjunan akan memungut Gembala kembali dan membentuk seluruhnya.
Chritian. De Jonge, dalam buknya Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja menjelaskan tujuan Allah terhadap umat ciptaan-Nta
Tuhan membuat bejana dari tanah liat sedemikian rupa lalu Dia hembuskan nafas-Nya yang menghidupkan sehingga memiliki nyawa, memiliki jiwa dan roh, didalamnya Tuhan menaruhkan kekayaan dan kemuliaan-Nya. (2 Kor. 4:3) ”Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup bagi mereka, yang akan binasa.”[172]

Gembala diumpamakan bejana tanah liat yang dipilih Tuhan untuk dipakai Tuhan. Gembala seperti bejana yang terbuat dari tanah liat didalam tangan Tuhan. Didalam kegagalan-kegagalan Gembala. Tuhan akan membentuk Gembala ulang menjadi keajaiban dan kesaksian. Gembala adalah menyambung lidah Allah dan dipilih Allah untuk tujuan-Nya. Gembala adalah pasukan Tuhan yang perkasa. Gembala mungkin merasa tidak mampu melakukan suatu tugas walaupun demikian Gembala perlu memahami bahwa Tuhan memperbaharui diri seorang Gembala untuk tujuan-Nya, yang terpenting Gembala dalam tugas dan tanggun jawab ialah lakukan tugas sebagai Gembala sampai garis akhir . Dalam sebuah pelayanan Gembala perlu memiliki hati sebagai seorang hamba. Orang yang berhati hamba selalu siap untuk menjalankan perintah tuannya. Seorang berhati hamba tidak memusingkan dirinya tetapi berfokus pada tujuan yang dipercayakan. Pada saat hamba melakukan perintah tuannya dia tidak perlu kuatir karena tuannya akan memperlengkapinya.[173]
Jadi, Melayani Tuhan memiliki kecintaan terhadap panggilan pelayanan oleh karena kecintaan terhadap panggilan membuat seorang gembala mempercayakan segala bentuk penderitaan kepada Tuhan dan tidak membuatnya putus asa tetapi semakin banyak persoalan hidup semakin mencintai Tuhan. Imam Al-Ghazali dalam bukunya The Power of Love menuliskan.
Kesempurnaan cinta kepada Allah adalah mencintai dengan sepenuh hati. Selama melirik kepada selain Allah, ruang hati seorang akan terganggu oleh selain-Nya. Seukuran ketergantungan hati oleh selain Allah, seukuran itulah pula berkurangnya kecintaan seseorang. Seukuran jumlah air yang tersisa didalam bejana, seukuran itu pula kadar cuka berkurang. Jadi, mencintai Allah harus utuh dan sepenuh hati.[174]

Pelayanan gembala memiliki sikap sama seperti Paulus yaitu kesempurnaan cinta atau berfokus terhadap tugas pelayanan. Fokus terhadap pelayanan adalah wujud dari kecintaan kepada Allah. Kecintaan terhadap tugas pelayanan akan membuat gembala terus termotifasi memberitakan injil. Walaupun didalamnya banyak kegagalan yang dihadapi namun kecintaan terhadap Allah sikap sepenuh hati dan bergantung penuh kepada Allah membuatnya fokus memberitakan injil sekalipun banyak pertentangan membuat gembala menyerah tetapi “harta rohani/sorgawi (2 Kor. 4:7), membuat gembala mampu, karena didalam pelayanan bukan gembala memberitakan diri gembala tetapi Tuhanlah yang diberitakannya, “bukan kami yang kami beritakan tetapi Kristus yang adalah Anak Allah. Dengan demikian gembala tetap fokus memberitakan injil, sekalipun banyak pencobaan yang di alami namun Kristus disurga memberikan kesanggupan.[175]
Pelayanan Gembala Miliki Roh Iman Yang Sama Seperti Paulus
Memiliki Roh Iman yang sama, dalam konsep Paulus ialah mengajak setiap orang percaya untuk melibatkan diri dalam memberitakan injil kerajaan surga. Dengan ungkapan yang mengajak ini dalam Kisah Para Rasul berulang-ulang menjelaskan bahwa Roh Kuduslah, Roh Allah, Roh Kristus yang mendorong, yang memberikan kuasa kepada manusia untuk memberitakan Injil kerajaan surga (Kish. 2:4; 4:31; 10:45-46; 19:6). [176]
Paulus dapat menjelaskan bahwa Tuhan Yesus Sebelum naik ke surga, Yesus Kristus memberitahukan murid-murid-Nya tentang Roh Kudus yang akan diutus untuk melakukan tugas-tugas khusus. Tugas-tugas Roh Kudus demikian jelasnya. Kuasa doa dalam tugas-tugas penginjilan, penggembalaan, dan tugas-tugas pelayanan praktis lainnya tidak dapat disangkal lagi. Bahwa Alkitab banyak sekali memberikan contoh-contoh kuasa doa yang berdasarkan iman. Kebanyakan para gembala dan pelayan Tuhan juga menyadari peran Roh Kudus dalam hidup mereka. Gembala tahu dan yakin, bahwa Roh Kudus membantu melahirkan gereja, menasihati, membimbing, memberi kuasa, keberanian, dan lain-lainnya.[177]
Kamus Umum Bahasa Indonesia kata ‘sama’ dapat dijelaskan ”sesuatu yang serupa, tidak berbeda, tidak berlainan.”[178] Oleh karena itu untuk memahami Gembala miliki Roh Iman yang sama, yang berarti Roh gembala sama seperti Paulus, “Paulus percaya sehingga dapat berkata-kata,” dalam memberitakan Injil Kerajaan Surga. Paulus dapat mencantumkan (Rm. 12:3-8) karunia rohani berikut ini: nubuat, melayani, mengajar, menasihati, membagi-bagikan sesuatu, memimpin, dan menunjukkan kemurahan. (1 Kor. 12:8-11) mencantumkan karunia Roh. Kata-kata hikmat, berkata-kata dengan pengetahuan, melakukan mujizat, nubuat, membedakan bermacam-macam Roh, berbahasa Roh dan menafsirkan bahasa Roh. Daftar yang ketiga (Ef. 4:10-12)  yang berbicara mengenai Allah memberikan gereja-Nya para rasul, nabi, pekabar Injil, Gembala, dan pengajar.[179]
Munurut Santo Paulus Membangun Gereja menjadi ”Satu Tubuh” yang dikutif oleh Aloysius Soenarto dalam bukunya Katakese Bagi Calon Krisma.
Gereja adalah tubuh Kristus (1 Kor. 12:27). Yang menjadikan Gereja sebagai tubuh Kristus adalah Roh Kudus, yaitu Roh Kristus, karena karunia Roh Kudus itulah orang percaya beraneka ragam ini dipersatukan menjadi satu tubuh (1 Kor. 12:12,13).  Gereja menjadi tubuh Kristus berkat karunia Roh Kudus. Tubuh Kristus terdiri dari anggota-anggota yang tidak secara otomatis sudah sempurna. Setiap anggota adalah orang-orang yang pernah berdosa (1 Yoh. 1:18). Meskipun semua orang telah dilahirkan kembali sebagai orang-orang merdeka (Gal. 5:15) untuk memilih Kristus, namun semua orang mengakui sebagai orang lemah, setiap saat ditarik kepada keinginan daging. Maka, tubuh Kristus. Untuk itu, setiap anggota diikutsertakan secara aktif dalam membangun Gereja Kristus dengan karunia Roh Kudus, untuk itu setiap anggota mendapat tanggun jawab untuk mengambil bagian dalam pembangunan tubuh Kristus ini menurut kemampuan masing-masing.[180]

Karunia roh diberikan oleh Roh Kudus untuk membangun gereja Kristus. Semua orang Kristen memiliki perang aktif dalam perluasan injil Kristus. Semua dipanggil dan diperlengkapi untuk mengambil bagian dalam “pekerjaan penyebaran Injil” (Ef. 4:12).[181]
Dalam 1 Korintus (9:6) Paulus menjelaskan kepada jemaat, bahwa ia sama sekali tidak mempunyai alasan untuk membanggakan diri kalau ia memberitakan Injil. Sebab hal itu ia lakukan bukan karena ”semaunya sendiri” (17), tetapi karena ia “dipaksa” (16). Ia katakan: Aku diharuskan, diwajibkan (“anengke”) untuk berbuat demikian. Sebab celakalah aku, kalau aku tidak memberitakan injil. Motif dan dorongan pemberitaan Paulus tidak timbul dari diri sendiri karena iman yang kuat, kasihnya yang besar dan hidup kerohaniannya yang tidak tercatat tetapi datang dari luar, dari Allah. Ialah, yaitu kasih-Nya yang telah mendorong dan memaksa Paulus untuk berbuat demikian. Hal berlaku juga bagi orang-orang yang memberitakan Injil.[182]

Memberitakan menjadi tugas yang utama para pemimpin gereja untuk menolong membangun para orang kudus sehingga mereka dapat diperlengkapi lebih lanjut untuk pelayanan yang sesuai dengan panggilan Allah kepada mereka. Allah berkehendak gereja sebagai kesatuan dapat bertumbuh, diperkuat oleh kombinasi dari setiap anggota tubuh. (Ef. 4:11), Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memberitakan injil kerajaan sorga.”[183]
Allah menganugerahkan segala potensi tanpa batas bagi gembala-gembala untuk meberitakan Injil, memperlengkapi orang-orang Kudus, dan membangun tubuh Kristus dalam jemaat. Lihat pada kehidupan dan pelayanan Paulus memiliki karunia tanpa batas namun itu bukan dari diri Paulus tetapi kehendak Allah harus diwujudkan melalui pelayanan Paulus, sehingga bagi Gembala perlu menyadari bahwa gembala memiliki Roh iman yang sama seperti Paulus untuk membangun tubuh Kristus melalui pemberitaan Injil kerajaan surga.


[131] David L. Bartlett, Pelayanan Dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 67
[132] 2 Korintus 4:1-6 (TB).
[133] A Noordgraaf, Orientasi Diakonia Gereja: Teologi Dalam Perspektif Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 5.
[134] David L. Bartlett, Pelayanan Dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 67-68.
[135] David L. Bartlett, Pelayanan Dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999),  67.
[136] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 102.
[137] Yusuf Eko Basuki, The Perfect Growth Of Faith: Pertumbuhan Iman Yang Sempurna (Yogyakarta: Garudhawaca, 2014), 11.
[138] A Noordgraaf, Orientasi Diakonia Gereja: Teologi Dalam Perspektif Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 5.
[139] J. L. Ch. Abinego, Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral  (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 25-26.
[140]Franz-Josef Eilers, Berkomonikasi Dalam Pelayanan Dan Misi ( Yogyakarta: Kanisius 2008), 23.
[141] Flora Slosson Wuellner, Gembalakanlah  Gembala-Gembala-Ku (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007),  87.
[142] David J. Bosch, Transpormasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi Yang Mengubah dan Berubah  (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 10-11.
[143]Choan – Seng Song, Allah Yang Turut Menderita (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 13
[144] David L. Bartlett, Pelayanan Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 64-66.
[145] Yohanes B. Mulyono, Firman Hidup, (Jakarta: Gunung Mulia, 2002), 38-39.
[146] Dianne Bergant, Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 320.
[147] E. Martasudjajita, Pelayanan Yang Murah Hati (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 7.
[148] Richard L. Strauss, Bagimana Memahami Kehendak Tuhan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 4.
[149] Richard Daulay dan Rahel Daulay, Firman Hidup 70 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 18.
[150] Randy Frazee, dan Robert Noland, Berpikir, Bertindak, Menjadi Seperti Kristus (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2016), 51.
[151] E. Martasudjajita, Pelayanan Yang Murah Hati (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 7.
[152] J. Darminta, Penegasan Panggilan (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 25.
[153] Richard L. Strauss, Bagimana Memahami Kehendak Tuhan  (Jakarta: Gunung Mulia, 2002), 80-81.
[154] Erwin Lutzer, Pastor To Pastor: Tackling The Problem Of Ministry Revised and Expanded (America: Kregel Publication Inc., 1997), 20.
[155] Ronald W. Leigh, Melayani Dengan Efektif: 34 Prinsip Pelayanan Bagi Pendeta Dan Kaum Awam (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 27.
[156] Erwin Lutzer, Pastor To Pastor: Tackling The Problems Of Ministry Rivised And Expanded (Amrica: Kregel Academik & Professional, 2008), 14.
[157] J. S. Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), 534.
[158] B. E. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 119-120.
[159] Yosef Purnama Widyatmadja,  Yesus & wong cilik: praksis diakonia transformatif dan teologi rakyat di Indonesia  ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 12-13.
[160] Ibid., 12.
[161]E. B. Surbakti, Benarkah Injil Kabar Baik?: Bagimana Menyatakan Dalam Perspektif Lokal? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),152.
[162] Edmund Woga, Dasar-Dasar Missiologi (Yogyakarta: Kanisius, 2002),  80
[163] Mgr. Ignatius Suharyo, Gereja Melayani Dengan Rendah Hati (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 164.
[164] E. B. Surbakti, Benarkah Injil Kabar Baik?: Bagimana Menyatakan Dalam Perspektif Lokal? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 314.
[165] Agus Soehono, Hidup Yang Berkenan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 53.
[166] Georg Kirchberger, John Mansford Prior, Wilhelmus Djulei,  Teologi misi di kawasan Asia Pasifik (Flores: Nusa Indah, 1995), 57-58.
[167] Yohanes B. Mulyono, Firman Hidup 55 ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 37.
[168] Ibid., 37-38.
[169] Ronald W. Leigh, Melayani Dengan Efektif: 34 Prinsip Pelayanan Bagi Pendeta Dan Kaum Awan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 23.
[170] Franz-Josef Eilers, Berkomonikasi Dalam Pelayanan Dan Misi (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 32.
[171] Yohanes B. Mulyono, Firman Hidup (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 48.
[172] Christian. De Jonge, Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989),  36.
[173] J. L. Ch. Abinego, Penggembalaan (Djakarta: Badan Penerbit Kristen, 1963), 85.
[174] Imam Al-Ghazali, The Power of Love:Memaksimalkan Potensi Ruhani Untuk Meraih Kebahagiaan Hidup (Jakarta: Hikma, 2006), 102.
[175] Agus Soehono, Hidup Yang Berkenan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 54.
[176] J. L. Ch. Abinego, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 179.
[177] Peter Wagner, Manfaat Karunia Untuk Bertumbuh Gereja (Malang: Gandum Mas,1991), 55.
[178] J. S. Badula,  Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), 1207.
[179]Pdt. Nazarius Rumpak, Masa Roh Kudus dan Kasih Karunia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990),  16.
[180] Aloysius Soenarto, Katakese Bagi Calon Krisma (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 12.
[181] Ibid., 35.
[182] J. L. Ch. Abinego, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 179
[183] Peter Wagner, Manfaat Karunia Untuk Bertumbuh Gereja (Malang: Gandum Mas 1991), 67.


BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan seluruh pelayanan Paulus, Paulus melihat pelayanan sebagai kemurahan Allah yang dipercayakan kepadanya bukan karena dia layak, sehingga Paulus dalam pelayanannya. Ia menyerahkan hidup sepenuhnya untuk dipertimbankan oleh semua orang dihadapan Allah, untuk menolak segala perbuatan yang tersembunyi yang dilakukan orang-orang Korintus atau untuk menyatakan kebenaran Allah kepada orang-orang yang bersikap tidak sesuai dengan apa yang diajarkan firman Tuhan. Pilihan Paulus untuk memberitakan Injil terhadap orang-orang yang tidak percaya atau pikiran yang dibutakan oleh pekerjaan iblis. Dalam Pelayanan Paulus banyak tantangan membuat dia menyerah oleh karena semua pelayanannya tidak diindahkan orang atau tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan Paulus. Paulus sebagai manuisa merasa kecewa, putus asa. Namu, dibalik semuanya itu ia melihat bagimana kuasa Tuhan bekerja didalam kelemahan tubuhnya.
Oleh karena itu, Gembala sidang sebagai pemimpin Gereja, belajar dari teladan Paulus. Teladan Paulus akan mendorong Gembala semakin mencintai Tuhan dan mencintai pelayanan yang Tuhan percayalan ditengah-tengah perkembangan zaman yang membawah banyak orang kepada kebinasaan. Oleh karena itu, untuk membawa semua orang pilihan Tuhan kepada Tuhan, ada beberapa hal yang harus Gembala belajar dari teladan Paulus yaitu sebagai berikut: (1) menganggap pelayanan sebagai kemurahan Allah yang dipercayakan pelayanan-Nya kepada Gembala Sidang. (2) Tuhan mempercayakan pelayanan-Nya untuk melayani dengan kemurnian hari. (3) Gembala dalam pelayanan perlu belajar fokus sama seperti Paulus yang selalu fokus dengan pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepadanya. (4) Gembala perlu bersandar penuh kepada Tuhan sebagai yang punya pelayanan. (5) Gembala berani memberitakan injil oleh karena Roh yang dimiliki gembala sama seperti yang dimiliki Paulus dann rasul-rasul lainya pada zaman dahulu.
Saran-Saran
Pertama mengingat pentingnya pelayanan gembala yang sering kali menghadapi persoalan di lapangan pelayanan, persoalan itu membuat gembala-gembala tinggal panggilan mereka dan mereka lari dari panggilan sehingga penulis menekankan bagimana seorang gembala dapat bertahan dalam pelayanan.
Kedua, dengan adanya karya ilmiah ini memberikan dorongan terhadap gembala yang berada dalam tingkat putus asa, kecewa, kecil hati, kesedihan namun melalui karya ilmiah mendorong mereka agar tetap semangat melayani Tuhan.
Ketiga, mengingat keterbatasan penulis membahas materi dalam karya tulis mengenai harta ini kami punyai dalam bejana tanah berdasarkan surat 2 Korintus 4:1-15, maka tanpa mengurangi rasa hormat, penulis berharap akan ada kajian lebih mendalam mengenai harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat.
KEPUSTAKAAN

Alkitab

Alkitab Terjemahan Baru  Lembaga Alkitab Indonesia, 2012

Stamps, Donald C. Ed.  Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas, 1994.

Kamus

Alwi, Hasan. Ed.  Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001.

Browning, W. F. Kamus Alkitab: Distionary Of The Bible. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Zain, Muhammad Sutan dan S. J. Badudu, Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994.

Buku
Abineno, Ch. J.  L. Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.

Abineno, Ch. J. L. Penggembalaan.  Djakarta: Badan Penerbit Kristen, 1963.

Abineno, Ch. J. L. Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Ariarajah, Wesley. Alkitab Dan Orang-Orang Kepercayaan Lain. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.

Anderson, Neil T. Menjadi Gereja Membuat Murid:  Metode yang Terbukti Menumbuhkan Orang-orang Kristen yang Dewasa Rohani.  Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2016.

Arthur, J. Philip. Strength In Weakness: 2 Corinthians Simply Explained. England: Evangelical Press, 2004.

Bartlett, David L. Pelayanan Dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.

Basuki, Yusuf Eko. Kristen Pemenang: The Victorious Christian: Meraih Kemenangan Iman Dengan Strategi Tuhan. Yogyakarta: Garudhawaca, 2014.

Basuki, Yusuf Eko. The Perfect  Growth Of Faith: Pertumbuhan Iman Yang Sempurna. Yogyakarta: Garudhawaca, 2014.

Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat 1 & 2 Korintus. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Bergant, Diane dan Karris J. Robert. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Blomberg, Craig. Two Corinthians; The Niv Application Commentary.  New York: Zondervan Publishing House, 2000.

Bosch, David J. Transpormasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi Yang Mengubah dan Berubah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.

Brown, Fauset, Jamieson. A Commentary Critical, Expermental, And Pratical III, Mathew. John, Acts, Romans, 1,2 Cor-Rev. America: William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids, Michigan, 1866.

Clarke,  Adam. Christian Theology. London: The University Of Illinois Library, 1835.

Daulay, Richard dan Rahel Daulay. Firman Hidup 70. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Djulei, Wilhelmus. Mansford, George Kirchberger Prior. Teologi misi di kawasan Asia Pasifik.  Flores: Nusa Indah, 1995.

Darminta,  J. Penegasan Panggilan. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Drewes, B. E. Satu Injil Tiga Pekabar. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

Drane,  John. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis – Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.

Douglas, D. J. Ed. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius –Wahyu. Jakarta: Bina Kasih, 1981.

Darmaputera,  Eka. Tatkala Allah melawat Umat-Nya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.

Darmaputera, Eka. Jalan Kematian dan Kehidupan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

Darmawijaya,  St. Seluk Beluk Kitab Suci. Yokyakarta: Kanisius, 2009.

Eilers,  Franz-Josef. Berkomonikasi Dalam Pelayanan Dan Misi. Yogyakarta: Kanisius 2008.

Eims, Leroy & Randy Eims. Laboring In The Harvest: Penuai Yang Diperlengkapi. Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2015.

Elwood, Douglas J. Teologi Kristen Asia: Tema-Tema Yang Tampil Ke Permukaan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.

Fausett, Jamieson, Clarke Adam, Henry Matthew. The Bethany Parallel Comentary On The New Testament. Amerika: Bethany House Publisher, 1983.

Ghazali-Al Imam. The Power of Love:Memaksimalkan Potensi Ruhani Untuk Meraih Kebahagiaan Hidup. Jakarta: Hikma, 2006.

Groenen C. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 1984.

Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 3. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

Guthrie, Donald. The Eerdmans Bible Comentary: The New Bible Commentary. America: Eerdmans, 1987.

Hafermann, J. Scott. Suffering & Ministry In The Spirit; Paul’s Defence Of His Ministry In 2 Corinthians. Amerika: Eerdams Publishing Company, 1990.

Harlow, R. E. Second Corinthians Paul and the Church at Corinth. Canada: Everyday Publications, Incorporated Inc., 1985.

Hadiwardoyo, Purwa Al. Warisan Paulus Bagi Umat: Ajaran Iman, Pastoral, dan Moral. Yogyakarta: Kanisius, 2008.

Henry, Mathew. Tafsiran Roma, 1 & 2 Korintus. Surabaya: Momentum Christian Literature, 2015.

Jonge, Christian De. Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja.  Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989.

Keener, Craig S. 1-2 Corinthians: The New Cambridge Bible Commentaray.  New York: Cambridge University Press, 2005.

Leigh, Ronald W. Melayani Dengan Efektif: 34 Prinsip Pelayanan Bagi Pendeta Dan Kaum Awam. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.

Lutzer, Erwin. Pastor To Pastor: Tackling The Problem Of Ministry Revised and Expanded. America: Kregel Publication Inc., 1997.

Martasudjajita, E. Pelayanan Yang Murah Hati. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Morgan, Christopher W and  Robert A. Peterson.  The Glory Of God. America: Crossway, 2010.

MacArthur, John. Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin Sejati. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

Mulyono, Yohanes. B. Firman Hidup. Jakarta: Gunung Mulia, 2002.

Nee, Watchman. The Treasure In The Earthen Vessels. California: Living Stream Minstry, 1993.

Leeuwen, Van Arend Th. Agama Kristen Dalam Sejarah Dunia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.

Noordgraaf A. Orientasi Diakonia Gereja: Teologi Dalam Perspektif Reformasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.

Noland, Robert dan Randy Fraze. Berpikir, Bertindak, Menjadi Seperti Kristus. Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2016.

Osborne, Grant R. Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi Penafsiran Alkitab. Surabaya: Momentum, 2012.

Pfitzner V. C. Ulasan Atas Surat 2 Korintus: Kekuatan Dalam Kelemahan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Rumahlatu, Jerry. Hermeneutik Sepanjang Masa. Jakarta: Cipta Varia Sarana, 2011.

Rumpak, Nazarius. Masa Roh Kudus dan Kasih Karunia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990.

Rider, Maud A. Unconditional Devotion: Complete Subservience To God. America: Xlibris, 2011.

Riyadi St. Eko. Yesus Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus Kristus Dalam Warta Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 2011.

Russel, Spitter P. Pertama dan Kedua Korintus. Malang: Gandum Mas, 1977.

Sianne, Go. Diktat Kuliah: Introduksi Perjanjian Baru; Matius-Wahyu. Waingapu: Sekolah Tinggi Terpadu, 2006/2007. Belum Dipublikasikan.

Soehono, Agus. Hidup Yang Berkenan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002.

Soenarto, Aloysius. Katakese Bagi Calon Krisma. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Song Seng – Choan. Allah Yang Turut Menderita. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Strauss, Richard L. Bagimana Memahami Kehendak Tuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002.

Subakti,  E.  B. Benarkah Injil Kabar Baik?: Bagimana Menyatakan Dalam Perspektif Lokal.? Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

Suharyo, Ignatius. Gereja Melayani Dengan Rendah Hati. Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Stuart, Douglas. Eksegese  Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas,2004.

Sutanto, Hasan. Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I. Jakarta:  Lembaga Alkitab, 2003.

Sutanto, Hasan. Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II.  Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,  2003.

Susanto, Hasan. Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab. Malang: Literatur SAAT, 2011.

Subagyo, Andreas B. Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif: Termasuk Riset Teologi dan Keagamaan. Bandung: Kalam Hidup, 2004.

Tenney, Merril C. New Testament Survey. England: Eerdmans Publishing Company, 1985.

Tenney, Merril C. Survey Perjanjian Baru.  Malang: Gandum Mas, 2013.

Wagner, Peter. Manfaat Karunia Untuk Bertumbuh Gereja. Malang: Gandum Mas 1991.

Widyatmadja, Yosef Purnama. Yesus & wong cilik: praksis diakonia transformatif dan Teologi Rakyat Di Indonesia.   Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.

Wijaya, Hengki. Ed. Metodologi Penelitian Pendidikan Teologi. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2016.

Wiersbe, Warre W. Be Encourage; God Can Turn Your Trials Into Triumphs: Comentary 2 Corinthians. Canada: David C. Cook, 2012.

Woga, Edmund. Dasar-Dasar Missiologi. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Wuellner,  Flora Slosa. Gembalakanlah  Gembala-Gembala-Ku. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.

Internet

Ashley Evely, “Paul’s Paradigm For Ministry In 2 Corinthians: Christ Death And Resurrection,”  (Thesis Ph. D Murdoch University, 20060), 6-325,  Diakses 17 February 2017. http://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/139/

Frederik Hanny, ”Konsep Persatuan Dengan Kematian dan Kebangkitan dengan Kristus” Jurnal Jaffray, 13, No. 2, (Oktober 2015): 215-248. Diakses 17-02-2017

King Pioner L, “John  A. MacMillan: Pioneer Missionary of Spiritual Warfare and The Believer’s  Autority” Jurnal Jaffray, 14. No. 1  (April 2016): 1-20. Diakses 10 Maret 2017. http://ojs.sttjaffray.ac.id/index.php/JJV71/article/download/187/pdf_140

Mably Dante Spender, “Life In The New Creation: The Eschatological Character Of Paul Ministry and Theolgy  In Galatians,” (Thesis MA, Reformed Theology Seminary, 2007), 7-113, diakses. 17-Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Mably-Life_in_the_New_Creation.pdf

Marshall Claude, Suffering Toward Sanctification, (Thesis, Ph. D, Reformed Theology Seminary, 2008): 1-83. Diakses, 14 Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Marshall_Suffering_Toward_Sanctification.pdf

Plummer Robert L, “The Role Of Suffering In Mission Of Paul And The Mission Of The Church,”  The Southern Baptist Journal Of Theology, (2013),19-325, diakses 17 Februari 2017.
      


Tidak ada komentar:

Posting Komentar