LARIUS JAFFRAY TABUNI
BAB III
KAJIAN BIBLIKA
TENTANG FRASA HARTA INI KAMI PUNYAI DALAM BEJANA TANAH LIAT BERDASARKAN KITAB 2 KORINTUS 4:1-15
Genre
Nas 2 Korintus
Tidak ada yang
membantah bahwa surat 2 Korintus adalah surat. Lebih khususnya, bahkan banyak juga berkomentar surat
korintus sebagai surat minta
maaf. Surat seperti ini sering ditemukan dengan daftar biaya yang
membantahnya, tapi seperti 2 Korintus mereka dapat menyinggung dan menuduh atas pelayanan Paulus. Secara teknis, surat ini mungkin tidak sesuai dengan konteks yang tepat untuk ditata isi suratnya karena kebanyakan isi surat Paulus adalah permintaan maaf.[49]
Paulus melepaskan kebutuhan untuk menyampaikan surat rekomendasinya (2 Kor. 3: 1), beberapa pihak berpendapat bahwa surat ini masuk akal, atau bagian dari itu, ada
yang membesar-besarkan bahwa
surat Paulus adalah surat pujian diri. Karena Paulus memproklamasikan
pelayanannya dan membalikkan atasan
tuduhan penentang terhadap pelayanannya,
dikemudian penentang menyesal;
tetapi Paulus mungkin hanya menawarkan minta maaf berdasarkan nilai-nilai yang
berbeda di Korintus.
Latar
Belakang Konteks
Kamus
Besar Bahasa Indonesia “Konteks” dapat menjelaskan
situasi yang ada hubungan dengan suatu kejadian; orang itu dapat dilihat
sebagai manusia yang utuh dalam kehidupan pribadi dan dalam bermasyarakat.[50] Konteks
bagian ayat Alkitab dapat dijelaskan sebagai situasi ayat itu sendiri sehinga
konteks akan dapat membantu penafsiran untuk dapat menjelaskan suatu latar
belakang dari surat 2 Korintus 4:1-15.
Hasan Sutanto dapat
menjelaskan kata ”Konteks” ialah suatu situasi
yang dapat menjelaskan pada ayat-ayat yang akan ditafsirkan bahkan kata
konteks dapat diperjelas seluruh bagian isi Alkitab berdasarkan situasi.[51]
Jadi latar bekalang konteks merupakan salah satu bagian yang penting untuk
dapat menjelaskan suatu latar belakang penulisan ayat yang akan ditafsir oleh
penulis.
Selain dari itu
Analisis konteks akan dapat membantu penafsiran berdasarkan latar belakang ayat
2 Korintus 4:1-15. Analisis konteks ini bertujuan untuk memahami makna kata,
tata bahasa, modus, sastra dan ragam. Analisis konteks ini juga akan dapat
membantu penafsiran surat 2 Korintus 4:1-15. Jerry Humahlatu dapat menjelaskan
kata ‘Konteks’ ialah hubungan yang menyatuhkan bagian Alkitab yang ditafsirkan
oleh penulis Alkitab berdasarkan suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi.[52]
Konteks Sebelum 2 Korintus 3:1-18
Sebelum Konteks 2
Korintus 3:1-18 dapat menjelaskan mengenai Pengajaran tentang
pelayanan-pelayanan Perjanjian Baru. Pelayanan Perjanjian Baru yang dimaksud
Paulus disini ialah keutamaan Injil yang diberitakannya, di dalam pelayanan
Paulus sepertinya ada orang yang menyangka bukan-bukan mengenai diri Paulus
sehingga di bagian ini Paulus dapat menjelaskan kamu adalah surat pujian kami
yang tertulis di dalam hati kami. Dengan demikian Paulus menunjukkan keyakinan
di dalam pemberitaan Injil bahwa mereka adalah surat pujian Paulus sehingga
Paulus tidak takut memberitahukan keagunggan pelayannya.
Paulus dapat melihat
diri mereka tidak mampu tetapi oleh karena Kristus dapat mendorong mereka
menjalankan pelayanan Perjanjian Baru sehingga Paulus tidak takut sedikit pun
dalam keutamaan pemberitaannya yaitu Injil Kristus. Oleh sebab itu Paulus
bersama rekan kernjanya memiliki pengharapan bahwa Paulus bersama rekan
kerjanya bertindak dengan penuh keberanian.
Pernyataan-pernyataan
Paulus jelas merupakan keterangan paling tua tentang kepercayaan akan
kebangkitan Kristus. Kalau membaca 1 Korintus 15 dan melihat konteksnya, dapat
menemukan bahwa tujuan utama Paulus bukanlah untuk memberikan argumen yang
beralasan agar orang dapat percaya mengenai kebangkitan Kristus. Sebenarnya Ia
berusaha membantu pembaca-pembacanya untuk mengatasi masalah-masalah tertentu
yang timbul dalam jemaat Korintus yang menyangka bukan-bukan mengenai
pemberitaan Paulus.[53]
Pelayanan Paulus jelas
bahwa Paulus dengan penuh keyakinan dalam memberitakan Injil kerajaan surga
agar orang-orang Korintus memiliki keselamatan yang sama seperti Paulus. Paulus
memiliki keyakinan dalam pemberitaannya bahwa orang yang membangkitan Yesus
akan membangkitkan kami juga pada harinya. “Jadi.” Bagian 2 Korintus 3:1-18 ini
jelas bahwa sekalipun orang menyangka bukan-bukan mengenai pelayananya namun ia
memiliki keyakinan akan keselamatan didalam Injil sehingga konteks 2 Korintus
3:1-13 Paulus berani untuk meyakinkan orang-orang Korintus mengenai
pelayanan-pelayanan Perjanjian Baru yang diberitakannya agar orang Korintus
percaya bahwa Paulus tidak memuji diri didalam surat-suratnya yang terdapat
seperti pujian diri Paulus yang mereka sangka.
Konteks Sesudah 2 Korintus 4:16-18;
5:1-10
Sesudah Konteks 2
Korintus 4:16-18; 5:1-10, Paulus bersama rekan kerja tidak tawar hati artinya
Paulus bersama rekan kerjanya banyak menghadapi masalah-masalah dalam jemaat
bahkan di luar dari jemaat Korintus yang menuduh mereka bukan-bukan untuk
membatalkan Paulus bukan rasul yang di pilih Tuhan.
Deskripsi kiasan Paulus
di bagian ini jelas bahwa secara manusia batiniah kami semakin merosot, namun
manusia batiniah Paulus bersama rekan kerjanya dapat diperbaharui dari hari ke
hari. Sebab penderitaan ringan yang Paulus bersama rekan kerjanya hadapi akan
menghasilkan kemuliaan yang kekal melebihi segala-galanya. Keyakinan Paulus
dalam keutamaan pemberitaan Injilnya. Ia meyakini bahwa Allah menyediakan
tempat bagi mereka yang bekerja bagi Kristus sehingga Paulus tidak tawar hati
sekalipun banyak masalah yang dia hadapi namun keyakinan akan keselamatan
membuat Paulus berani memberitaan Injil terhadap orang-orang Korintus yang
menyangka bukan-bukan mengenai Paulus dan pemberitaan Injilnya.[54]
Randy Frazee, dan
Robert Noland berkomentar di dalam bukunya: Berpikir,
Bertindak, Menjadi seperti Kristus, mengenai pemikiran dasar Paulus dalam
Pelayananya.
Hidup Kristiani
merupakan suatu hal yang dapat berubah, suatu hal yang dapat menjadi kuat maupun
sebaliknya, menjadi lemah. Ibarat tumbuhan, hidup Kristiani itu menjadi kuat
bila dipupuk dan disiram dengan tepat dan teratur, atau menjadi lemah bila
tidak dipupuk dan jarang disiram. Menurut Paulus, hidup Kristiani itu
sebaliknya dipupuk dengan iman, harapan dan kasih, serta disiram dengan
pemberian nasihat timbal balik, agar menjadi kuat didalam Iman dan pengharapan.[55]
Dasar pemikiran Paulus
tidak tawar hati di dalam melayanannya oleh karena Paulus memberikan keyakinan
kepada orang-orang dimana ia layani. Dengan demikian Tidak satupun di ragukan
bahwa konteks 2 Korintus 4:16-18; 5:1-10 merupakan penjelasan penderitaan yang
berulang-ulang yang dihadapi Paulus namun Paulus tidak tawar hati oleh karena
keyakinan akan Injil dan keselamatan dalam
Injil Kristus membuatnya tabah menghadapi masalah-masalah yang terjadi
di Korintus.
Makna
Leksikal Bejana Tanah Liat
Bejana Tanah Liat yang
dapat mendasari pemikiran Paulus merupakan bagian dari kelemahan tubuh manusia,
dalam kelemahan tubuh manusia yang fanaTuhan mentranfer kuasa untuk menyatakan
kemuliaan-Nya dalam pelayanan Paulus. Teks yang ditafsirkan hanya “Bejana Tanah
Liat” namun disusun demi pengabdian bagi realita kehidupan sehari-hari dalam
pelayanan, dan harus diubah bentuknya dan ditafsirkan ulang. Disinalah dapat
dipahami bahwa yang mendasari pemikiran Paulus mengenai bejana tanah liat.
Paulus menggunakan kata “Bejana Tanah Liat” memiliki makna penting yaitu ia
menjelaskan penderitaan yang berulang-ulang dihadapinya namun didalam
penderitaan itu rupa Kristus semakin nyata.[56]
Paulus mengunakan kata
θησαυρον τουτον εν οστρακινοις σκευεσιν; thēsauron
touton en ostrakinois skeuesin dapat diterjemahkan ke dalam beberapa versi
yaitu sebagai berikut: Ende, “harta itu didalam bedjana dari tanah liat.” BIS,
“benda yang mulia ini ada pada kami di dalam bekas yang daripada tanah.” TL,
“harta rohani yang indah itu kami bawa pada diri kami yang tidak berharga ini
yang dibuat dari tanah.” NKJV, we have
this treasure in earthen vessels. AV, We
have this treasure in earthen vessels.
Kamus Alkitab menjelaskan
dalam perspektif Perjanjian Lama mengenai Bejana. Bejana ialah bokor yang besar
yang dibuat dari tembaga untuk mencuci tangan dan kaki para imam sebelum
melakukan pekerjaan imamat mereka, Kel 30:18-21; 38:8. kolam-kolam dalam kabah
Salomo dipakai untuk mencuci binatang-binatang yang akan dikorbankan. Segala
bejana dari tanah liat dapat dijelaskan seperti botol, guci, lampu, bak, baki
dan pot.[57]
Kamus Umum Bahasa Indonesia dapat menjelaskan bahwa bejana
adalah benda berongga yang dapat diisi dengan cairan atau serbuk dan digunakan
sebagai wadah, bak (tempat air), tabung, bajan, jambang, barometer bagian barometer yang
berbentuk bejana berisi air raksa.[58]
Semua versi terjemahan Alkitab
dan Kamus menunjuk kepada nilai benda, benda yang terbuat dari bejana tanah
liat yang mudah rusak, hancur, patah oleh karena itu Paulus menggunakan kata
bejana tanah liat menunjukkan kelemahan tubuh manusia yang fana namun dalam
kelemahan tubuh manusia yang fana itu Tuhan mentranfer kuasa-Nya untuk
mengerjakan pekerjaan-Nya yang bernilai kekal.
Struktur 2 Korintus
4:1-15
I. Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat Tetapi Oleh Karena Kemurahan Allah Kami Menerima
Pelayanan Ini (4:1).
II. Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat Tetapi Kami Menyerahkan Diri Kami Untuk
Dipertimbangkan Oleh Semua Orang Dihadapan Allah (4:2)
Untuk Menolak Segala Perbuatan Yang
Tersembunyi (4:2a)
Untuk Menyatakan Kebenaran Allah
(4:2b).
III. Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat Yang Dipilih Untuk Memberitakan Injil Terhadap
(4:3-6).
Orang-Orang Yang Tidak Percaya (4:4a).
Pikiran Yang Telah Dibutakan Oleh Ilah
Zaman Ini (4:4b).
IV. Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kuasa Yang Melimpah-Limpah Itu Berasal Dari Allah (4:7-12).
V. Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kami Miliki Roh Iman Sama (4:13-15).
Metode
Pendekatan Penafsiran
Motode pendekatan
penafsiran yang akan penulis gunakan ialah struktur teks. Struktur teks merupakan menentukan
batas-batas bagian Alkitab yang hendak ditafsirkan dengan suatu unit yang
betul-betul berdiri sendiri untuk mendapatkan arti yang jelas membandingkan
beberapa terjemahan dari beberapa banyak terjemahan yang dapat baca dalam
bahasa Asli, Siria, Aram, Latin, dan terjemahan Qumran, dengan menilai
berbedaan itu lebih cocok dengan konteksnya. Untuk mencocokan kesejajaran
antara kata-kata dan frase-frase yang menetapkan patokan utama. Penerjemahan
selalu menyangkut pilihan dengan tata bahasa dan kosa kata.[59]
Analisis
Teks 2 Korintus 4:1-15
Kami Sebagai
Bejana Tanah Tetapi Oleh Karena Kemurahan Allah Kami Menerima Pelayanan Ini (2
Kor. 4:1)
Kami menerima pelayanan
ini oleh kemurahan Allah (2 Kor. 4:1). Dalam terjemahan bahasa asli “Kami telah
diberi rahmat oleh Allah”.[60] (ηλεηθημεν) kd. ηλεεω. Aorist indikatif pasif orang pertama jamak.[61]
Dalam Bahasa Inggris di artikan “to have pity or mercy on, to show mercy”. NKJV
have received mercy. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “oleh
Kebaikan.”[62] Dengan beberapa terjemahan menunjukkan
kerendahan Paulus dan rekan-rekannya dalam pelayanan bahwa pelayanan adalah
kebaikan Allah yang dipercayakan kepada seorang laki-laki yang tidak layak.[63]
Paulus berusaha
menunjukkan orang-orang di Korintus bahwa ia benar-benar seorang rasul yang
diutus oleh Allah. Ia telah dipimpin oleh Allah ketika dia mengubah rencananya
tentang mengunjungi Korintus, dan ia dipuji oleh Tuhan. Sekarang dia memberitahukan
orang-orang Korintus lebih banyak tentang pekerjaan Allah dan bagaimana ia
melanjutkan pelayanannya.[64]
Kemurahan Allah Merupakan pernyataan positif dari keterbukaan dan
keterusterangan Paulus dan kawan-kawannya yang telah melayani, tetapi tampaknya juga menjadi respon terhadap kritik
dilontarkan terhadap dirinya oleh jemaat di Korinus (2 Kor. 1: 12, 17; 3: 1). “Pelayanan ini” yang ia disebut adalah pelayanan perjanjian baru (2
Kor. 3: 6). Itu tugas yang
mereka mewartakan dan dapat
mengajarkan Injil Kristus kepada
orang-orang di Korintus, berita yang
mulia dan
dosa telah diampuni
melalui kematian Kristus, dan kebenaran yang sempurna bagi mereka yang akan
percaya injil
terang Kristus.[65]
Paulus sebelumnya menyangkal setiap kecukupan pribadi yang
membuatnya layak dalam tanggung jawab ini (2 Kor. 3: 5). Sekarang sekali lagi
ia mewujudkan
kerendahan hati dengan mengatakan “kami menerima pelayanan ini oleh
belas kasihan/kemurahan
Allah” diberi tugas seperti itu
Paulus dapat menyadari bahwa
pelayanan adalah kemurahan atau belas kasihan Allah sehingga
Paulus tidak tampil dengan sikap ego atau kesombongan pribadi, tapi respon dari orang yang
melihat posisinya sebagai contoh dari kemurahan Allah pada laki-laki yang tidak
layak. Akibatnya, Paulus dan rekan-rekannya tidak “kehilangan
hati”.[66]
Paulus mengagungkan
pelayanannya, dengan mempertimbangkan keunggulan atau kemuliaan Injil yang
diberitakannya. Sekarang di dalam ayat ini tujuannya adalah membersihkan
pelayanan mereka dari tuduhan para guru palsu yang mendakwa mereka sebagai
pendusta, atau berusaha keras menghasut orang banyak untuk menyangka yang
bukan-bukan mengenai mereka dengan melihat penderitaan mereka.[67]
Paulus memberitahukan
guru-guru palsu itu betapa mereka mempercayai dan menghargai tugas mereka
sebagai pelayan Injil. Mereka tidak menyombongkan diri, tetapi terdorong untuk
bekerja dengan tekun; “Kami telah menerima pelayanan ini” dan mereka dihormati
dan dihargai oleh karena pemberitaan
kebenaran. Kami tidak membesarkan diri ataupun memalas-malasan, tetapi
bersemangat untuk melakukan tugas kami dengan baik.”[68]
Di
bagian ini berhubungan dengan pelayanan pribadi Paulus dengan rekan kerja yang
lainnya. Paulus menjelaskan Pelayanan adalah kemurahan Allah yang dapat
dipercayakan pelayanan-Nya terhadap laki-laki yang tidak layak. Dalam Roma 3:23
semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.[69]
Paulus
memahami bahwa Keselamatan adalah anugerah namun manusia yang sudah
diselamatkan oleh Allah, seringkali mengabaikan tugas dan tanggun jawab sebagai
orang-orang yang telah menerima anugerah atau kemurahan Allah. Orang percaya
adalah orang yang hidup oleh karena kemurahan Allah. Oleh karena itu Paulus
benar-benar menyadari atas pelayanan mereka bahwa pelayanan adalah anugerah
Allah yang dipercayakan Tuhan terhadap laki-laki yang tidak layak.[70]
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Tetapi Kami
Menyerahkan Diri Kami Untuk dipertimbangkan Oleh Semua Orang Dihadapan Allah (2
Kor. 4:2-3).
Kami menyerahkan diri
kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan Allah (2 Kor. 4:2-3).
Paulus menyampaikan isi hati terhadap orang-orang yang ada di Korintus.[71] Injil
adalah kebenaran Allah tetapi banyak orang menolak untuk menerimanya. Paulus
tahu bahwa percaya Injil Kristus adalah satu-satunya cara untuk diselamatkan,
sehingga orang-orang yang tidak percaya hilang selamanya, 2 Tesalonika 1: 8.
Apakah Israel memiliki kerudung lebih pada hati mereka, tetapi berpikir bahwa
mereka dapat menyebabkan kafir dan buta terhadap Firman Allah, Roma 2:19.
Kami menyerahkan diri
kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan Allah (2 Kor. 4:2).
Paulus menekankan kepada orang-orang dimana ia layani dengan pernyataan
kebenaran. Terjemahan bahasa Asli.“Menyerahkan diri kami kepada tiap-tiap hati
nurani orang-orang dihadapan Allah.[72] Kata
Kerja.“menyerahkan”. Συνιστωντες, kd.
Συνιστημι, Present Participle Active
Nominative Masculine orang Pertama Jamak.[73] “Menyerahkan, memperkenalkan menunjukkan,
membuktikan.” Dalam Bahasa Inggris. To
command, establish, stand near, consist. Kamus Besar Bahasa Indonesia “Menyerahkan, Memberikan dirinya kepada yang berwenang; jiwa
raga, pasrah.”[74] Bagian ini jelas bahwa Paulus bersama
rekan-rekannya benar-benar menyerahkan diri mereka demi pelayanan untuk
kemuliaan Tuhan.[75]
Paulus
sebagai seorang
pelayan Tuhan yang baik ia
menunjukkan nilai-nilai pelayanannya yang berkenan di hati Tuhan terhadap
jemaat Korintus
yang mengatakan bahwa Paulus memuji diri namun ia menjelaskan bagian ini
bagimana ia menyerahkan diri sepenuhnya untuk Tuhan. Ia dengan berani
menyatakan kebenaran Allah untuk menolak hal-hal yang tidak berkenan kepada
Tuhan bahkan hal-hal yang tersembunyi yang memalukan Allah. Untuk itu ia dengan
berani menyatakan kebenaran Allah.
Paulus menjelaskan
bagian ini berhubugan dengan kehidupan orang Israel, pikiran mereka telah
tumpul, oleh karena selubung masih tetap menyelubungi mereka. Sebaliknya hati seorang berbalik kepada Tuhan maka
selubung itu diambil dari padanya. Dengan demikian Paulus dengan rekan kerjanya
berani menyerahkan diri mereka untuk dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan
Allah. Oleh karena Paulus dengan rekan kerjanya tidak memberitakan diri mereka,
namun mereka berani karena mereka memberitakan adalah Injil Kristus. Dibagian
ini jelas bahwa Paulus dapat menjelaskan pelayanan pribadi mereka terhadap
orang-orang dimana mereka layani.[76]
Untuk Menolak Segala Perbuatan Yang
Tersembunyi (4:2a)
Untuk menolak segala
perbuatan yang tersembunyi (4:2a). Paulus bersama rekan kerjanya bekerja keras
untuk menyatakan hal tersembunyi yang memalukan Allah. Terjemahan bahasa Asli “Kami
Menolak/ Kami Mencela hal-hal yang Disembunyikan karena rasa Malu.”[77] Απειπαμεθα
kd. Απειπον; Aorist incative middle first
person plural.[78]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “menolak”: yaitu: mendorong atau
mendesak temannya jatuh terjungkal, atau kata lain mengusir perbuatan temannya
tidak baik.”[79] NKJV We have renounced the hidden things of shame. Kami telah
meninggalkan hal-hal yang memalukan.
Paulus benar-benar
menolak perbuatan yang memalukan, Paulus tidak mengatakan bahwa ia pernah
berlaku licik (Πανουργιά; panourgia,
dipakai dalam 11:3 bagi penipuan iblis (terhadap hawa), sekalipun ia dituduh
melakukannya (2 Kor. 12:16). Paulus juga tidak memalsukan firman Allah,
artinya: dengan menerapkan perbuatan mereka yang salah dan perbuatan mereka
yang memalukan Allah (1 Kor. 9:21; 14:21). Sekalipun ia dituduh oleh orang
Yudais di Korintus ia berusaha menyakinkan mereka dengan pesan yang mereka
sampaikan.[80]
Adam Clarke dalam bukunya
Christian Theology Mengomentari
bagian nas 2 Korintus 4:2 Tapi Kami telah Mininggalkan:
(2 Kor. 4:2).
Tapi kami telah meninggalkan , Απειπαμεθα·Apeipametha · Kami telah menyangkal
hal-hal yang tersembunyi ketidakjujuran; τα κρυπτα της αισχυνης; hal-hal
tersembunyi yang memalukan, hal-hal yang jahat yang dilakukan pria, dan mereka
malu untuk memberitahukan, dan malu untuk menyatakan perbuatan mereka. Adam menyampaikan
gagasannya bagian pemikiran Rasul Paulus ini mengacu pada kekejian duniawi,
orang-orang Yahudi melakukan dengan tidak mengenal perbuatan salah. Dan itu
tidak muncul dari surat pertama bahwa ada orang di Korintus yang mengajarkan
bahwa percabulan tidak ada dosa; dan tampaknya juga bahwa beberapa telah
melakukan hubungan seks terlarang.[81]
Paulus menantan atau
membenci dengan perbuatan-perbuatan yang
memalukan atau perbuatan yang tersembunyi yang tidak bertentangan dengan
firman Tuhan. Tidak menghasilkan berita injil yang Paulus bersama rekan
kerjanya sampaikan sehingga di bagian ini Rasul memberitahukan hal-hal yang
mencelakakan orang-orang Yunani atau yang ada di Korintus.[82]
Kota Korintus masih
hidup di dalam hubungan seks terlarang. Orang-orang Korintus malu mengakui
perbuatan daging yang memalukan kehidupan kekristenan, sehingga Paulus dengan
rekan kerjanya berani menolak hal-hal yang tersembunyi yang dilakukan
orang-orang Korintus itu. Orang-orang Korintus kebanyakkan mengikuti hawa nafsu
yang menyenangkan atas tubuh mereka tetapi bagi Allah memalukkan perbuatan
mereka.
Paulus menjelaskan
bagian ini untuk menolak segala perbuatan yang tersembunyi merupakan bagian
dari penerahan diri mereka demi menolak segala perbuatan yang tersembunyi yang
dapat memalukan Allah. Paulus menolak suatu ”maksud loba” (1 Tes. 2:5). Tidak
sesuatupun rasul Paulus sembunyikan.[83]
Apa yang ada di dalam dirinya terbuka untuk dilihat semua orang, sehingga
Paulus benar-benar menyerahkan diri untuk menolak perbuatan-perbuatan jahat
yang dilakukan oleh orang-orang Korintus. Oleh karena itu Paulus dengan
rekannya tahu bahwa mereka tidak berlaku licik dan memalsukan firman Allah.
Dengan demikian Paulus bersama rekan kerjanya sangat terbuka menolok segala
perbuatan yang memalukan Allah.[84]
Untuk Menyatakan Kebenaran Allah
(4:2b)
Untuk menyatakan
kebenaran Allah (4:2b). Terjemahan bahasa Asli “Dengan Pernyataan Kebenaran.”[85] Φανερωσει;
phanerosei, kd. Φανερωσις; Phanerosis. Kata Benda Dative Femine Singular.[86] NKJV Manifestation of the Truth. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Perwujudan sebagai suatu pernyataan
perasaan atau pendapat: dengan itu sebagai suatu kemarahan hatinya.”[87]
Pernyataan atau komitmen Paulus untuk dapat menyatakan hal-hal yang memalukan
atau menolak kejahatan orang-orang di Korintus.
Diane Bergant dan
Robert J. Karris Dalam Bukunya (Tafsir Perjanjian Baru), Menjelaskan Mengenai
Kehidupan orang-orang Korintus:
Kehidupan
orang-orang Korintus penyembahan terhadap dunia berhala khususnya berada di
bawah kendalinya, dan tunduk kepadanya (1 Kor10:20). Dia disembah di sana; dan
ritual keagamaan dan upacara pengukuhan yang pada umumnya hanya seperti makhluk
perkasa yang membenci kebahagiaan manusia, dan yang mencari berbuatan jahat,
kecabulan, kemalangan, dan penumpahan darah; dan seluruh dunia kafir
kekuasaannya dipengaruhi. Pada zaman Paulus seluruh dunia, kecuali orang-orang
Yahudi dan Kristen, tenggelam dalam kemerosotan moral.[88]
Orang-orang Korintus
tidak memelihara terang injil yang Paulus menyampaikan karena banyak di antara
mereka dikuasai kegelapan sehingga terang injil Kristus tidak mendengar atau
menerima dengan baik.[89]
Orang-orang Korintus
pemikiran mereka telah dibutakan (2 Kor. 3:14), maka cara Paulus “menyatakan kebenaran Allah” cukup jelas,
sehingga ia berani dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. Paulus
mengakui bahwa ada banyak orang yang gagal untuk menangkap Injil. Perumpamahan
Penabur Mark 4 menunjuk kepada hal yang sama. Bukan ’biji’nya yang salah,
melainkan ’tanah’nya.[90]
Kebutahan terhadap
kebenaran adalah kesalahannya terletak pada diri para pendengarnya yang akan ”binasa” karena mereka tetap tidak mau
percaya (2 Kor. 2:15; 1 Kor. 1:18). Kebutaan terhadap kebenaran tetap adalah
kesalahan, meskipun itu adalah karya jahat ”ilah
zaman ini”, yakni Setan (Yoh. 12:31). Ia tidak baik, tetapi ia telah
merampas kekuasaan Allah di dunia yang telah jatuh ke dalam dosa ini, sehingga
ia memiliki kekuasaan. Ia telah membutakan pikiran orang-orang yang tidak
percaya sehingga mereka tidak menerima terang Injil atau tidak mengasihi
Kebenaran adalah berita keselamatan (2 Tes. 2:9-10).[91]
Bagian
ini jelas bahwa Paulus menegaskan untuk menyatakan kebenaran Allah dalam injil Yohanes.18:37: Maka kata
Pilatus kepada-Nya: ”Jadi Engkau raja?” Jawab Yesus: ”Engkau mengatakan, bahwa
Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku memberi kesaksian
tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan
suara-Ku”. Alkitab selalu menegaskan bahwa: ”Semua manusia telah berdosa. (Rm.
3:23), dan “telah mati di dalam dosa” (Ef. 2:1). Dosa adalah kekejian dan
penghinaan terhadap kekudusan Allah serta bertolak belakang dengan kodrat Allah
yang mahakudus Yesaya 6:3; 1 Yohanes 1:5. [92]Allah
sangat membenci dosa. Alkitab memberitahukan bahwa ”upah dosa adalah maut” (Roma 6:23). Artinya, semua manusia tanpa
terkecuali harus menerima hukuman kekal dan binasa di neraka. Dengan beberapa
landasan firman Tuhan ini Paulus menegaskan dosa adalah kekejian bagi Allah.
Oleh karena dosa penghinaan terhadap kekudusan Allah. Dengan demikian Paulus
dengan berani menyatakan kebenaran Allah, Supaya semua orang di Korintus di
selamatkan.[93]
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Yang Dipilih Untuk
Memberitakan Injil Terhadap (4:3-6)
Kami Memberitakan Injil
Terhadap orang-orang yang tidak percaya. Terjemahan bahasa asli “Orang-orang
Menuju Kebinasaan.” “Απολλυμενοις,
kd. Απολλυμι (4:4-).[94]
Kata Kerja Participle Middle or Passive Dative
Masculine Plural.[95]
Kamus Besar Bahasa Indonesia “rusak
sama sekali, hancur lembur, mereka yang celaka karena mengikuti hawa nafsu.”[96]
Dalam NKJV Perishing.
Membandingkan beberapa
terjemahan ini Paulus memberitahukan hal ini kepada mereka yang mengikuti hawa
nafsu. Untuk itu rasul Paulus menjawab pertanyaan ini dengan menunjukkan bahwa
ini bukan kesalahan Injil atau para pemberitanya. Sebaliknya, alasan sebenarnya
adalah, “untuk mereka yang akan binasa.”
Injil diberitakan tersembunyi, atau tidak membawa hasil (ayat 3), karena “Pikiran mereka telah dibutakan ilah zaman
ini” (ayat 4), sehinga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan
Kristus, yang adalah gambaran Allah.[97]
Paulus membuktikan
ketulusan dan kejujuran mereka (ayat 5). Mereka giat memberitakan Kristus dan
bukan diri mereka sendiri: “Sebab bukan
diri kami yang kami beritakan.” Diri sendiri bukanlah pokok ataupun tujuan
dari pemberitaan para rasul. Mereka tidak menyampaikan gagasan atau pendapat
pribadi, ataupun kerinduan mendalam dan prasangka mereka, mereka
memyampaikan firman dan kehendak Allah.[98]
Mereka juga tidak
berusaha memajukan kepentingan duniawi mereka atau mencari kemuliaan bagi diri sendiri.
Sebaliknya, mereka memberitakan Yesus Kristus Sebagai Tuhan. dan itulah yang
pantas dan wajib mereka lakukan sebagai para pelayan Kristus. Tugas mereka
adalah memperkenalkan Guru mereka kepada dunia sebagai Mesias atau Kristus yang
akan datang, serta sebagai Yesus Tuhan, satu-satunya Juruselamat manusia dan
Tuhan yang sesungguhnya.[99]
Paulus menjelaskan kami dipilih
untuk memberitakan Injil terhadap? dalam pemberitaan Injil, ternyata ada yang
menerima, tetapi ada juga yang menolak. Maka Paulus memberi tanggapan terhadap
pemberitaan Injil yang telah disampaikannya: “Jika Injil yang kami beritakan masih
tertutup juga, maka ia tertutup bagi mereka, yang akan binasa”. Oleh karena bagi Paulus penolakan firman Tuhan adalah fakta
kegelapan yang menyelimuti hati manusia, bahkan ilah-ilah zaman yang telah
membutakan pikiran mereka untuk melihat kemuliaan Allah. Paulus menyampaikan
berdasarkan keadaan orang orang yang ada di Korintus. Orang-orang Korintus suka
hidup di dalam hal-hal terlarang, sehingga Paulus mengungapkan diri bahwa
Paulus dipilih Allah untuk memberitakan Injil.[100]
Orang-orang yang Tidak Percaya
(4:4a)
Orang-orang yang tidak
percaya (4:4a). orang-orang yang tidak percaya adalah orang-orang tidak
mempercayai terang Injil Kristus yang masih mempercayai berhala, masih hidup
dalam percabulan, perselisihan. Terjemahan bahasa Asli “Orang-orang yang sedang
Menuju Kebinasaan.”[101] Απολλυμενοις.
Kd. Απολλυμι. Kata kerja present
participle middle of passive dative masculine plural.[102] NKJV Perishing. Kamus Besar Bahasa
Indonesia “orang-orang yang tidak
mengakui atau tidak
yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata dengan kabar yang disampaikannya
itu.”[103]
Arend Th, Van Leeuwen mengutup dalam
bukunya (Agama Kristen Dalam Sejarah Dunia) mengenai kehidupan orang Kristen di
Korintus.
Orang-orang yang ada di Korintus dewa dunia ini telah membutakan pikiran
mereka sehingga tidak percaya, sehingga Paulus terdorong untuk meyampaikan
cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah, harus
bersinar kepada mereka. Deskripsi Paulus kepada siapa Injil yang bersembunyi,
di sini lebih lanjut dilakukan; di mana karakter Setan diberikan, di sini
ditata "dewa dunia ini"; "penguasa dunia ini", (Yohanes
12:31) (14:30) bukan karena ia memiliki apapun dalam pembuatan, atau memiliki
kekhawatiran dalam pemerintahan, atau di pembuangan orang-orang atau hal-hal di
dalamnya; tetapi karena pengaruhnya yang terburuk, dan terbesar dari dunia ini;
yang terletak dalam kejahatan, di bawah kuasa si jahat, yang dipimpin/ ditawan
oleh kehendaknya; secara sukarela menyerahkan diri kepadanya karena hawa nafsu
mereka; dan menyerahkan diri menjadi anak-anaknya, dan dia bapa mereka, ya,
tuhan mereka: pengaruhnya lebih banyak mempengaruhi pikiran mereka.[104]
Pesan yang di sampaikan tidak merima bagi
orang-orang binasa; yaitu; mereka yang mengikuti hawa nafsu atau keinginan
dunia ini yang masih hidup dalam seks terlarang, penyembahan berhala,
percabulan, perselisihan, dan memegahkan diri. tetapi kita diselamatkan oleh
kasih karunia Allah kami terus-menerus memberitahukan kamu tentang terang Injil
Kristus. Paulus menjelaskan bagi orang-orang yang pikirannya dibutakan oleh
ilah zaman ini, yang masih hidup di dalam kerajaan allah dari dunia ini membuat
mereka tidak mengetahui terang injil yang di sampaikan.[105]
Pesan Paulus adalah suatu pernyataan
terbuka, bukan bahasa bercabang yang memalukan. Ini adalah pernyataan kebenaran
Allah, bukan sebuah versi yang dipalsukan. Itu sudah cukup bagi dirinya untuk
dipertimbangkan oleh para pembacanya. Ini tidak bertentangan dengan
penolakannya terhadap surat-surat kepercayaan sebelumnya, melainkan
menggarisbawahinya.[106]
Paulus menyampaikan rencana Kristus melalui
Injil-Nya adalah untuk mengungkapkan Allah dengan segala kemuliaan kepada akal
budi manusia. Jadi, sebagai gambaran Allah, Ia memperagakan kuasa dan hikmat
Allah, serta kasih karunia dan kemurahan Allah bagi keselamatan mereka.[107]
Paulus Menjelaskan
orang-orang yang tidak percaya yang berhubungan dengan kehidupan jemaat di
Korintus. Oleh karena jemaat Korintus kebanyakan mengikuti hawa nafsu, atau
keinginan daging, sehingga Paulus mengungkapkan orang-orang yang tidak percaya
menunjuk kepada orang yang dibutakan oleh ilah zaman ini. Oleh karena setan
yang menjadi bapa mereka, dan mereka tidak hidup sesuai firman Tuhan.
Pikiran Yang Telah Dibutakan Oleh
Ilah Zaman Ini (4:4b
Perkataan “ilah zaman ini” menunjuk kepada Iblis
(Yoh. 12:31;Yoh. 14:30; 16:11; Ef. 2:2; 1 Yoh. 5:19) yang memegang kuasa atas
banyak kegiatan pada zaman sekarang ini. Akan tetapi, pemerintahan itu bersifat
sementara dan bersyarat. Dia melangsungkan pemerintahannya hanya dengan
kehendak Allah yang mengizinkan sampai akhir sejarah (Wahyu. 19:11- 20:10).
Terjemahan bahasa asli
“tuhan dari zaman ini.[108] Θεος
Kd. Θεος. Kata Benda Nominative Masculine
Singular.[109] ”Kamus Besar Bahasa Indonesia ”tuhan
adalah sesuatu
yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang mahakuasa, maha
perkasa, dan sebagainya,”[110]
sehingga di bagian ini jelas bahwa kata yang dipakai huruf kecil; yaitu: god,
bukan God” NKJV god of
this age. Kata Tuhan di bagian ini adalah Iblis yang membutakan dan menjadi
bapa mereka sehingga tidak melihat terang Injil Kristus.
Mereka yang tidak tunduk
kepada Yesus Kristus, tetap berada dibawah kekuasaan Iblis. Dia membutakan mata
mereka terhadap kebenaran dan kemuliaan Injil agar mereka tidak dapat
diselamatkan. Pemecahan terhadap keadaan yang fatal ini ialah dengan mengikat
kegiatannya melalui doa dan pemberitaan Injil dalam kuasa Roh (Kish. 1:18)
supaya orang dapat mendengarkan, mengerti dan memilih untuk percaya atau tidak
(2 Kor. 4:5-6).[111]
Jika menganggap keadaan
itu memang nyata. Injil kami beritakan adalah Satu-satunya Injil Keselamatan
dari Allah (Gal. 1:6). Masih tertutup. Bentuk waktu perfect melukiskan suatu keadaan yang sudah pasti. Bentuk waktu present participle secara tepat
diterjemahkan dengan mereka yang binasa (2 Kor. 2:15). Pemakaian kata tertutup
mengaburkan acuan lengkap kepada “selubung”
yang dipakai Iblis untuk “menutup”
pikiran mereka yang akan binasa.
Iblis disebut sebagai “ilah zaman ini” (kalimat Yunani yang di
pakai pada bagian ini). Kata gambaran (eikon)
di bagian lain untuk Kristus sebanyak dua kali (Kol 1:15; Ibr 1:3). Kata kerja
melihat cahaya hanya dijumpai dalam ayat ini saja, dalam Perjanjian Baru.
Paulus menjelaskan ini
berdasarkan konteks dimana Ia layani, dalam pelayanan Paulus rupanya banyak
yang tidak lihat terang Injil Kristus. Iblis berkuasa, maka orang percaya tentu
akan selama-lamanya buta. Tetapi tidak demikian halnya, dan itulah sebabnya
Paulus memberitakan Injil, sehingga Roh Allah dapat mengangkat selubung atau
tabir. Orang akan tetap buta bila Paulus dan rekan-rekannya, “memberitakan diri mereka sendiri.”[112]
Ungkapan ini
menyimpulkan seluruh Injil dan pengakuan orang-orang Kristen mula-mula (Rm.
10:9; 1 Kor. 12:3; Flp. 2:11). Ia mencakup keseluruhan bahwa Yesus adalah
Mesias Allah (raja yang di urapi), disalibkan untuk dosa-dosa kita,
dibangkitkan dan dimuliakan di sisi Allah untuk menjadi penguasa dunia (Ef. 1:15-23).
Paulus memberitakan
Yesus Kristus Sebagai Tuhan. Kedudukan Kristus sebagai Tuhan yang tertinggi
merupakan pokok dalam pemberitaan sang rasul. Asal kata hamba adalah budak.
Paulus berulang-ulang menyebut dirinya sebagai budak (doulos), Roma. 1:1; Gal. 11:10, Flp. 1:1; Tit. 1:1). Di sini dia
memakai istilah yang dimenangkan di Korintus.[113]
Paulus
mengungkapkan pikiran yang telah dibutakan oleh ilah zaman ini yang berhubungan
dengan keselamatan, Paulus menulis, “Pikirannya (noema) telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga orang-orang
Korintus tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah
gambaran Allah” (2 Kor. 4:4; 3:14).[114]
Paulus dapat menjelaskan bagian ini berhubungan dengan pelayanan pemberitaan
injilnya berulang-ulang kali mengingatkan oran-orang di Korintus namun mereka
lebih suka mengikuti keinginan atau hawa nafsu mereka sehingga pikiran mereka
telah dibutakan oleh ilah zaman ini menunjuk kepada Iblis yang dapat membutakan
mata rohani orang-orang Korintus sehingga tidak melihat cahaya Injil Kristus.
Untuk itu bagian ini Paulus mengingatkan orang-orang Korintus untuk hidup
sesuai standar firman Tuhan.[115]
Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kuasa Yang Melimpah-Limpah Itu Berasal Dari
Allah (4:7-12)
Orang Kristen adalah ”bejana-bejana tanah liat” yang
kadang-kadang mengalami kesedihan, air mata, kesusahan, kebingunan, kelemahan,
dan ketakutan (2 Kor. 1:4, 8:9; 7:5). ”harta” sorgawi yang dalam diri mereka,
maka mereka tidak dikalahkan. Kekristenan bukan hal menyingkirkan kelemahan,
bukan juga semata-mata manifestasi kuasa ilahi.[116] Tetapi,
kekristenan adalah manifestasi kuasa ilahi melalui kelemahan manusia (2 Kor.
12:9). Ini berarti bahwa: (1) Dalam setiap penderitaan, oran percaya bisa
menjadi lebih daripada pemenang oleh karena kuasa dan kasih Allah (Rm. 8:37),
dan (2) kelemahan, kesusahan, dan penderitaan orang percaya membuka peluang
untuk menerima kasih karunia Kristus yang berlimpah-limpah dan mengizinkan
kehidupan-Nya dinyatakan dalam tubuh manusia (2 Kor. 4:8-11; 2 Kor. 12:7-10).
St. Darmawijaya Dapat menjelaskan dalam bukunya (Seluk
Beluk Kitab Suci) pertentangan Paulus dalam Misinya di Korintus.
Paradoks adalah pernyataan yang
seolah-olah bertentangan dengan pendapat umum, tetapi sesungguhnya mengandung
kebenaran. Dalam nats ini, terlihat paradoks antara harta Injil yang tak
ternilai dan pemberita Injil yang tak bernilai, yang Paulus sebut 'bejana tanah
liat' (2 Kor. 4:7). Kerentanan ’bejana tanah liat’ itu terlihat saat Paulus
menjalankan misinya (2 Kor. 4:8-9). Namun ada maksud ilahi di dalamnya, yaitu
supaya orang bisa memahami bahwa kekuatan itu dari Allah saja asalnya (2 Kor. 4:7).
Maka meski Paulus ditekan dari berbagai sisi, tetap tidak bisa sepenuhnya
disudutkan. Tidak pernah sampai tidak ada ruang untuk bergerak lagi, tidak
pernah sampai ada kata ”menyerah”.[117]
Terjemahan bahasa asli ”kami punyai harta karun.”[118] Θησαυρον.
Kd. Θησαυρος. Noun accutative masculine
singular.[119] Kamus Besar Bahasa Indonesia harta karun
diartikan sebagai “benda yang tidak
diketahui pemiliknya, harta benda yang didapat dengan tidak sah.”[120]
Dalam NKJV We have this treasure
in earthen vessels.
Melalui istilah-istilah harta ini Paulus
mengingatkan orang percaya bahwa Injil merupakan permata berharga (Mat. 13:44,
52) yang telah dipercayakan kepadanya (Ef. 3:1, 2, 7, 8). Manusia di dalam
kelemahan dan kerapuhannya dilukiskan sebagai bejana tanah liat (Kis. 9:15).
Kata melimpah-limpah (hiperbol)
berarti “karakter atau sifat yang luar biasa, berlebih-lebih” Yunani (Arnt). Kata ini di dalam Perjanjian
Baru hanya dipakai oleh Paulus saja (2 Kor. 1:4, 7, 17; 12:17; Rm. 7:13; 1 Kor.
12:31; Gal. 1:13).[121]
Menyimpang dari jalan pikiran mengenai beberapa
peristiwa yang dialami Paulus, 2 Kor. 2:13, diteruskan dalam 2 Kor. 7:5. Bagian
2 Kor. 2:14-7:4 menguraikan tentang karya kerasulan. Kristus yang menjadi fokus
pemberitaan, maka Paulus memberitakannya dengan integritas penuh (2 Kor. 4:2).
Meski demikian, mungkin saja ada orang yang menutup dirinya terhadap kebenaran
yang Paulus beritakan (2 Kor. 4:3-4). Namun, itulah orang-orang yang memang
akan binasa.[122]
Paulus sendiri sadar bahwa dirinya hanyalah bejana
tanah liat yang dipakai untuk menyampaikan harta mulia itu (2 Kor. 4:7). Begitu
berat pengalaman yang telah ia lalui sebagai akibat dari pelayanannya bagi
Kristus dan bagi Injil-Nya; ditindas, habis akal, dianiaya, dan dihempaskan (2
Kor. 4:8-9). Namun lihatlah kemenangan yang Paulus alami; tidak terjepit, tidak
putus asa, tidak ditinggalkan sendirian, tidak binasa.
Paulus sadar benar bahwa kekayaan rohani yang ada
padanya lahir sebagai akibat penderitaan yang ia tanggung dalam pelayanan.
Melalui penderitaan, Allah membuat pelayanan Paulus semakin efektif. Karena
itu, ia tidak menjadi patah semangat. Karena semua yang ia alami adalah untuk
kepentingan jemaat Korintus yang ia layani dan bagi kemuliaan Allah.
Matthew Henry Mengutip Dalam bukunya Tafsiran Roma, 1 & 2 Korintus yang
berhubungan dengan Pelayanan dan Penderitaan Paulus dalam menanggani
orang-orang Korintus:
Berhubungan
dengan kehidupan jemaat Korintud, meski berisiko nyawa, Tuhan selalu
menyelamatkan dia dari keputusasaan dan kehancuran. Sebagaimana penderitaannya
bagaikan penderitaan Kristus, maka kelepasan yang berulang-ulang dia alami juga
merupakan bukti kuasa kebangkitan Tuhan (2 Korintus 4:10-11; 2 Kor.1:9-10).
Kuasa itu tampak saat Paulus tidak putus asa waktu menghadapi maut dan
perlawanan musuhnya. Iman akan kuasa itu membuat Paulus tidak akan diam saja (2
Korintus 4:13). Pengalaman itu menguatkan jemaat Korintus, supaya kebangkitan
Kristus yang telah dia alami akan membangkitkan juga orang percaya di Korintus.
Maka penderitaan yang Paulus alami akan berujung pada kemuliaan Allah (2
Korintus 4:14-15).[123]
Bejana
tanah berhubungan dengan pelayanan dirinya, Paulus melihat dirinya hanyalah
bejana tanah yang mudah hancur dan retak namun Kristus di surga memperbaharuhi
dirinya dari hari ke hari dan mendapat kekuatan dari surga untuk menyatakan
seberapa besar dan dahsyat Allah.[124] Apa
yang membuat Paulus dapat menghadapi keadaan yang sangat sukar sekalipun? Bukan
dan tidak lain adalah karena Paulus memiliki Yesus di dalam tubuhnya (2 Kor. 4:
10).[125]
Di bagian ini cukup jelas bahwa Paulus menghadapi penderitaan sedemikian itu
agar semakin banyak orang dapat mendengar kabar keselamatan, dan orang-orang
yang telah percaya juga semakin bertumbuh didalam iman mereka kepada Tuhan
sebagai Juruselamat pribadi mereka.[126]
Kami
Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kami Miliki Roh Iman Yang Sama (4:13-15)
Paulus menjelaskan ”Kami miliki roh iman yang sama”
kami percaya maka kami berkata-kata. Dengan mengutip Mazmur 116:10 Paulus
mengemukakan alasan mengapa ia berbicara. Ayat ini secara mutlak mengajarkan
bahwa Roh Kudus merupakan sumber dari iman. Alkitab dan kesaksian. Kata kami
memang cocok: Paulus, seperti Daud, percaya sehingga berbicara; kedua istilah
dipersatukan di dalam iman (Ibr. 11:39, 40).[127]
Terjemahan bahasa asli “yang sama Roh” αυτο. Kd.
Αυτος.[128]
Personal/ Possessive Pronoun Accusative
Neuter 3rd person singular.[129] Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “sama”
dapat menjelaskan “sesuatu yang serupa, tidak berbeda, tidak berlainan.” NKJV Same
Spirit. Iman mencegah mereka
tidak tawar hati, “Kami memiliki roh iman
yang sama” (2 Kor. 4:13), iman yang
digerakkan oleh Roh, iman yang juga dimiliki orang-orang kudus pada zaman
dahulu yang mengalami penderitaan hebat seperti itu. Rasul Paulus mencontohkan
teladan Daud yang berkata, Aku percaya, sekalipun aku berkata: Aku sangat
tertindas Maz. 116:10. NKJV: Aku percaya sebab itu aku berkata-kata.
Pengharapan akan kebangkitan mencegah mereka dari
sikap putus asa (2 Kor. 4:14) mereka tahu bahwa Kristus telah dibangkitkan, dan
kebangkitan-Nya merupakan jaminan dan kepastian kebangkitan mereka. Hal ini
dibicarakannya dengan panjang lebar di dalam surat sebelumnya kepada
orang-orang Korintus ini 1 Kor 5. Karena itu. Pengharapan mereka sangat teguh
karena memiliki dasar yang kuat, bahwa dia yang membangkitkan Kristus yang
adalah kepala, pasti akan membangkitkan anggota tubuhnya yang lain.[130]
Pandangan akan kemuliaan Allah dan manfaat bagi
jemaat melalui penderitaan mereka, membuat mereka tidak berputus asa (2 Kor. 4:15).
Penderitaan mereka adalah demi kebaikan jemaat (2 Kor 1:6), sehingga dengan
demikian mendatangkan kemuliaan bagi Allah. Sebab ketika jemaat dibangun, maka
Allah juga akan dipermuliakan. Karena itu, orang percaya akan sanggup
menanggung penderitaan dengan sabar dan sukacita apabila orang percaya melihat
orang lain lebih baik karenanya, yakni jika mereka dibimbing dan dibangun, jika
mereka diteguhkan dan dihiburkan.
Bagian ini Paulus menjelaskan yang berhubungan
dengan pelayanan pemberitaannya bahwa ia berkata-kata oleh karena ia percaya.
oleh karena banyak orang pikiran dan hati mereka telah dibutakan oleh ilah
zaman ini sehingga tidak mempercayai Injil Kristus yang Paulus beritakan.
Dengan demikian dalam ungkapan ini Paulus mau menyakinkan orang-orang Korintus
bahwa mereka percaya maka mereka dapat berkata-kata, sebab kesanggupan Paulus
untuk berkata-kata oleh karena percaya, Paulus dapat menjelaskan bahwa itu
semua terjadi karena kamu. Kemuliaan Kekal melebihi segala-galanya bagi Paulus
dan Pelayanannya.
[49] J. Philip Atrhur, Strength In Weakness: 2 Corinthians Simply
Explained (England: Evangelical Press, 2004), 86.
[50] Asan Alwi (Ed.), Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 591,s.v. “Konteks.”
[51] Hasan Sutanto, Hermeneutik Prinsip Dan Metode Penafiran
Alkitab (Malang: Literatur SAAT, 2011), 299.
[52] Jerry Humahlatu, Hermeneutik Sepanjang Masa (Jakarta:
Cipta Varia Sarana, 2011), 103.
[53] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis - Teologis (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2005), 113-114 .
[54] Randy Frazee,
dan Robert Noland, Berpikir, Bertindak,
Menjadi Seperti Kristus (Yogyakarta: Yayasan Gloria), 2016.
[55] Al Purwa Hadiwardoyo, Warisan Paulus Bagi Umat: Ajaran Iman,
Pastoral, dan Moral (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 21.
[56] Douglas J. Elwood, Teologi Kristen Asia: Tema-Tema Yang Tampil
Ke Permukaan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 11-12.
[57] W. R. F. Browning, Kamus Alkitab: Distionary Of The Bible
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 463.
[58] J. S. Badudu dan Sutan Muhammad
Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994), 142.
[59] Douglas Stuart, Eksegese Perjanjian Lama (Malang: Gandum
Mas,2004), 26-27.
[60] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab, 2003), 965.
[61] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 268.
[62] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2001), 520.
[63] Matthew Henry; Adam Clarke;
Jamieson; Fausett, The Bethany Parallel Comentary On The New Testament (Amerika:
Bethany House Publisher, 1983). 1052.
[64] R. E. Harlow, Second Corinthians Paul and the Church at
Corinth (Canada: Everyday Publications, Incorporated Inc., 1985),
20.
[65] Jamieson, Fausset, Brown, A Commentary Critical, Expermental, And
Pratical III, Mathew. John, Acts, Romans, 1,2 Cor-Rev (America: William B. Eerdmans Publishing
Company Grand Rapids, Michigan, 1866),
346.
[66] Matthew Henry, Tafsiran Surat Roma, 1 & 2 Korintus (Surabaya: Momentum 2015), 868.
[67] V. C. Pfitziner, Kekuatan Dalam Kelemahan: Ulasan Atas Surat
2 Korintus, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2011), 64.
[68] D. J. Douglas (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius –Wahyu;
Berdasarkan Fakta-Fakta Sejarah Ilmiah dan Alkitabih (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981), 545.
[69] John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin
Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 134.
[70] John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin
Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 137.
[71] R. E. Harlow, Second Corinthians Paul and the Church at
Corinthians (Canada: Everyday Publications, Incorporated Inc.,1985),
21.
[72] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 965.
[73] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 733.
[74] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2001), 835.
[75] Scott J. Hafemann, Suffering & Ministry In The Spirit;
Paul’s Defence Of His Ministry In 2 Corinthians
(Amerika: Eedmans Publishing Company, 1990), 139.
[76]Eka Darmaputera, Tatkala Allah melawat Umat-Nya (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006), 85
[77] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru (BPIK) Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 965.
[78] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 92.
[79] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2001), 1203.
[80] D. J. Douglas (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), 545.
[81] Adam Clarke, Christian Theology (London: The University Of Illinois Library,
1835), 37
[82] J. Philips Arthur, Strength In Weakness; 2 Corinthians Simply
Explained, (New York: Evangeliscal Press, 2004), 90.
[83] Yusuf Eko Basuki, The Perfect
Growth Of Faith: Pertumbuhan Iman Yang Sempurna (Yogyakarta:
Garudhawaca, 2014), 84.
[84] Leroy Eims & Randy Eims, Laboring In The Harvest: Penuai Yang
Diperlengkapi (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2015), 122.
[85] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 965.
[86] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 787.
[87] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 1275.
[88] Diane Bergant dan Robert J.
Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
(Yogyakarta: Kanisisu 2002), 287.
[89] St. Eko Riyadi, Yesus Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus
Kristus Dalam Warta Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 187.
[90] D. J. Douglas (Ed.), Tafsiran Masa Kini 3: Matius-Wahyu;
berdasarkan fakta-fakta sejarah ilmiah dan alkitabiah (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1980),545.
[91] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus Kekuatan Dalam
Kelemahan (Jakarja: BPK Gunung, 2011). 65.
[92] Wesley Ariarajah, Alkitab Dan Orang-Orang Kepercayaan Lain
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 52.
[93] Yusuf Eko Basuki, The Perfect
Growth Of Faith: Pertumbuhan Iman Yang Sempurna (Yogyakarta:
Garudhawaca, 2014), 86.
[94] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani
Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,
2003), 965.
[95] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 102.
[96] Asan Alwi (Ed.), Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 971.
[97] Matthew Hendry, Tafsiran Surat Roma, 1-2 Korintus (Surabaya:
Momentum Christian Literature, 2011 )870.
[98] Scott J. Hafemann, Suffering & Ministry In The Spirit;
Paul’s Defense Of His Ministry In 2 Corntihans 2:14 – 3:3 (America: Eerdams
Publishing Companuy, 1990), 59.
[99] Yusuf Eko Basuki, Kristen Pemenang (The Victorious Christian):
Meraih Kemenangan Iman Dengan Strategi Tuhan (Yogyakarta: Garudhawaca,
2014), 103.
[100] Eka Darmaputera, Jalan
Kematian dan Kehidupan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 100.
[101] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,
2003), 965.
[102] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru 2003 (BPIK) Jilid II (Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia, 2003), 359.
[103]Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 1189.
[104] Arend Th, Van Leeuwen, Agama Kristen Dalam Sejarah Dunia (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2007), 43.
[105] Craig Blomberg, Two Corinthians; The Niv Application
Commentary (New York: Zondervan
Publishing House, 2000), 51.
[106] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus Kekuatan Dalam
Kelemahan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 63.
[107] Mathew Henry, Tafsiran Surat Roma 1& 2 Korintus
(Surabaya: Mementum Christian Literature, 2011), 870.
[108] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 966.
[109] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 359.
[110] Asan Alwi (Ed.), Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 366.
[111] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat 1 &
2 Korintus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 37.
[112] Russel P. Spittler, Pertama & Kedua Korintus (Malang:
Gandum Mas, 1977), 106.
[113] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus Kekuatan Dalam
Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 64.
[114]Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1:Allah Manusia dan
Kristus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 174.
[115] Neil T.
Anderson, Menjadi Gereja Membuat Murid:
Metode yang Terbukti Menumbuhkan Orang-orang Kristen yang Dewasa Rohani (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2016),
57-58
[116]Watchman Nee, The Treasure In The Earthen Vessels
(California: Living Stream Minstry, 1993), 14.
[117] St. Darmawijaya, Seluk
Beluk Kitab Suci (Yokyakarta: Kanisius, 2009), 519.
[118] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 966.
[119] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 374.
[120] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 390.
[121] Dianne Bergant, dan Robert J.
Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 240.
[122] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008), 193.
[123] Mathew Henry, Tafsiran Roma, 1 & 2 Korintus (Surabaya:
Momentum Christian Literature, 2015),
875.
[124]Eka Darmaputera, Jalan
Kematian dan Kehidupan (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009), 101-102
[125] Leroy Eims & Randy Eims, Laboring In The Harvest: Penuai Yang
Diperlengkapi (Yogyakarta :Yayasan Gloria, 2015), 125.
[126]John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin
Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 138-139.
[127] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, Surat 1 &
2 Korintus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 74
[128] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003),
967.
[129] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia
dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2003), 131.
[130] Donald Guthrie,
Teologi Perjanjian Baru 3 (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009), 181.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar