Rabu, 14 Juni 2017

BAB III TAFSIRAN 2 KORINTUS 4:1-15 (SKRIPSI LARIUS JAFFRAY TABUNI)




LARIUS JAFFRAY TABUNI
BAB III
KAJIAN BIBLIKA TENTANG FRASA HARTA INI KAMI PUNYAI DALAM BEJANA TANAH  LIAT BERDASARKAN KITAB 2 KORINTUS 4:1-15

Genre Nas 2 Korintus
Tidak ada yang membantah bahwa surat 2 Korintus adalah surat. Lebih khususnya, bahkan banyak juga berkomentar surat korintus sebagai surat minta maaf. Surat seperti ini sering ditemukan dengan daftar biaya yang  membantahnya, tapi seperti 2 Korintus mereka dapat menyinggung dan menuduh atas pelayanan Paulus. Secara teknis, surat ini mungkin tidak sesuai dengan konteks yang tepat untuk ditata isi suratnya karena kebanyakan isi surat Paulus adalah permintaan maaf.[49]
Paulus melepaskan kebutuhan untuk menyampaikan surat rekomendasinya (2 Kor. 3: 1), beberapa pihak berpendapat bahwa surat ini masuk akal, atau bagian dari itu, ada yang membesar-besarkan bahwa surat Paulus adalah surat pujian diri. Karena Paulus memproklamasikan pelayanannya dan membalikkan atasan tuduhan penentang terhadap pelayanannya, dikemudian penentang menyesal; tetapi Paulus mungkin hanya menawarkan minta maaf berdasarkan nilai-nilai yang berbeda di Korintus.
Latar Belakang Konteks
Kamus Besar Bahasa Indonesia “Konteks” dapat menjelaskan situasi yang ada hubungan dengan suatu kejadian; orang itu dapat dilihat sebagai manusia yang utuh dalam kehidupan pribadi dan dalam bermasyarakat.[50] Konteks bagian ayat Alkitab dapat dijelaskan sebagai situasi ayat itu sendiri sehinga konteks akan dapat membantu penafsiran untuk dapat menjelaskan suatu latar belakang dari surat 2 Korintus 4:1-15.
Hasan Sutanto dapat menjelaskan kata ”Konteks” ialah suatu situasi  yang dapat menjelaskan pada ayat-ayat yang akan ditafsirkan bahkan kata konteks dapat diperjelas seluruh bagian isi Alkitab berdasarkan situasi.[51] Jadi latar bekalang konteks merupakan salah satu bagian yang penting untuk dapat menjelaskan suatu latar belakang penulisan ayat yang akan ditafsir oleh penulis.
Selain dari itu Analisis konteks akan dapat membantu penafsiran berdasarkan latar belakang ayat 2 Korintus 4:1-15. Analisis konteks ini bertujuan untuk memahami makna kata, tata bahasa, modus, sastra dan ragam. Analisis konteks ini juga akan dapat membantu penafsiran surat 2 Korintus 4:1-15. Jerry Humahlatu dapat menjelaskan kata ‘Konteks’ ialah hubungan yang menyatuhkan bagian Alkitab yang ditafsirkan oleh penulis Alkitab berdasarkan suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi.[52]
Konteks Sebelum 2 Korintus 3:1-18
Sebelum Konteks 2 Korintus 3:1-18 dapat menjelaskan mengenai Pengajaran tentang pelayanan-pelayanan Perjanjian Baru. Pelayanan Perjanjian Baru yang dimaksud Paulus disini ialah keutamaan Injil yang diberitakannya, di dalam pelayanan Paulus sepertinya ada orang yang menyangka bukan-bukan mengenai diri Paulus sehingga di bagian ini Paulus dapat menjelaskan kamu adalah surat pujian kami yang tertulis di dalam hati kami. Dengan demikian Paulus menunjukkan keyakinan di dalam pemberitaan Injil bahwa mereka adalah surat pujian Paulus sehingga Paulus tidak takut memberitahukan keagunggan pelayannya.
Paulus dapat melihat diri mereka tidak mampu tetapi oleh karena Kristus dapat mendorong mereka menjalankan pelayanan Perjanjian Baru sehingga Paulus tidak takut sedikit pun dalam keutamaan pemberitaannya yaitu Injil Kristus. Oleh sebab itu Paulus bersama rekan kernjanya memiliki pengharapan bahwa Paulus bersama rekan kerjanya bertindak dengan penuh keberanian.
Pernyataan-pernyataan Paulus jelas merupakan keterangan paling tua tentang kepercayaan akan kebangkitan Kristus. Kalau membaca 1 Korintus 15 dan melihat konteksnya, dapat menemukan bahwa tujuan utama Paulus bukanlah untuk memberikan argumen yang beralasan agar orang dapat percaya mengenai kebangkitan Kristus. Sebenarnya Ia berusaha membantu pembaca-pembacanya untuk mengatasi masalah-masalah tertentu yang timbul dalam jemaat Korintus yang menyangka bukan-bukan mengenai pemberitaan Paulus.[53]
Pelayanan Paulus jelas bahwa Paulus dengan penuh keyakinan dalam memberitakan Injil kerajaan surga agar orang-orang Korintus memiliki keselamatan yang sama seperti Paulus. Paulus memiliki keyakinan dalam pemberitaannya bahwa orang yang membangkitan Yesus akan membangkitkan kami juga pada harinya. “Jadi.” Bagian 2 Korintus 3:1-18 ini jelas bahwa sekalipun orang menyangka bukan-bukan mengenai pelayananya namun ia memiliki keyakinan akan keselamatan didalam Injil sehingga konteks 2 Korintus 3:1-13 Paulus berani untuk meyakinkan orang-orang Korintus mengenai pelayanan-pelayanan Perjanjian Baru yang diberitakannya agar orang Korintus percaya bahwa Paulus tidak memuji diri didalam surat-suratnya yang terdapat seperti pujian diri Paulus yang mereka sangka.
Konteks Sesudah 2 Korintus 4:16-18; 5:1-10
Sesudah Konteks 2 Korintus 4:16-18; 5:1-10, Paulus bersama rekan kerja tidak tawar hati artinya Paulus bersama rekan kerjanya banyak menghadapi masalah-masalah dalam jemaat bahkan di luar dari jemaat Korintus yang menuduh mereka bukan-bukan untuk membatalkan Paulus bukan rasul yang di pilih Tuhan.
Deskripsi kiasan Paulus di bagian ini jelas bahwa secara manusia batiniah kami semakin merosot, namun manusia batiniah Paulus bersama rekan kerjanya dapat diperbaharui dari hari ke hari. Sebab penderitaan ringan yang Paulus bersama rekan kerjanya hadapi akan menghasilkan kemuliaan yang kekal melebihi segala-galanya. Keyakinan Paulus dalam keutamaan pemberitaan Injilnya. Ia meyakini bahwa Allah menyediakan tempat bagi mereka yang bekerja bagi Kristus sehingga Paulus tidak tawar hati sekalipun banyak masalah yang dia hadapi namun keyakinan akan keselamatan membuat Paulus berani memberitaan Injil terhadap orang-orang Korintus yang menyangka bukan-bukan mengenai Paulus dan pemberitaan Injilnya.[54]
Randy Frazee, dan Robert Noland berkomentar di dalam bukunya: Berpikir, Bertindak, Menjadi seperti Kristus, mengenai pemikiran dasar Paulus dalam Pelayananya.
Hidup Kristiani merupakan suatu hal yang dapat berubah, suatu hal yang dapat menjadi kuat maupun sebaliknya, menjadi lemah. Ibarat tumbuhan, hidup Kristiani itu menjadi kuat bila dipupuk dan disiram dengan tepat dan teratur, atau menjadi lemah bila tidak dipupuk dan jarang disiram. Menurut Paulus, hidup Kristiani itu sebaliknya dipupuk dengan iman, harapan dan kasih, serta disiram dengan pemberian nasihat timbal balik, agar menjadi kuat didalam Iman dan pengharapan.[55]
Dasar pemikiran Paulus tidak tawar hati di dalam melayanannya oleh karena Paulus memberikan keyakinan kepada orang-orang dimana ia layani. Dengan demikian Tidak satupun di ragukan bahwa konteks 2 Korintus 4:16-18; 5:1-10 merupakan penjelasan penderitaan yang berulang-ulang yang dihadapi Paulus namun Paulus tidak tawar hati oleh karena keyakinan akan Injil dan keselamatan dalam  Injil Kristus membuatnya tabah menghadapi masalah-masalah yang terjadi di Korintus.
Makna Leksikal Bejana Tanah Liat
Bejana Tanah Liat yang dapat mendasari pemikiran Paulus merupakan bagian dari kelemahan tubuh manusia, dalam kelemahan tubuh manusia yang fanaTuhan mentranfer kuasa untuk menyatakan kemuliaan-Nya dalam pelayanan Paulus. Teks yang ditafsirkan hanya “Bejana Tanah Liat” namun disusun demi pengabdian bagi realita kehidupan sehari-hari dalam pelayanan, dan harus diubah bentuknya dan ditafsirkan ulang. Disinalah dapat dipahami bahwa yang mendasari pemikiran Paulus mengenai bejana tanah liat. Paulus menggunakan kata “Bejana Tanah Liat” memiliki makna penting yaitu ia menjelaskan penderitaan yang berulang-ulang dihadapinya namun didalam penderitaan itu rupa Kristus semakin nyata.[56]
Paulus mengunakan kata θησαυρον τουτον εν οστρακινοις σκευεσιν; thēsauron touton en ostrakinois skeuesin dapat diterjemahkan ke dalam beberapa versi yaitu sebagai berikut: Ende, “harta itu didalam bedjana dari tanah liat.” BIS, “benda yang mulia ini ada pada kami di dalam bekas yang daripada tanah.” TL, “harta rohani yang indah itu kami bawa pada diri kami yang tidak berharga ini yang dibuat dari tanah.” NKJV, we have this treasure in earthen vessels. AV, We have this treasure in earthen vessels.
Kamus Alkitab menjelaskan dalam perspektif Perjanjian Lama mengenai Bejana. Bejana ialah bokor yang besar yang dibuat dari tembaga untuk mencuci tangan dan kaki para imam sebelum melakukan pekerjaan imamat mereka, Kel 30:18-21; 38:8. kolam-kolam dalam kabah Salomo dipakai untuk mencuci binatang-binatang yang akan dikorbankan. Segala bejana dari tanah liat dapat dijelaskan seperti botol, guci, lampu, bak, baki dan pot.[57]
Kamus Umum Bahasa Indonesia dapat menjelaskan bahwa bejana adalah benda berongga yang dapat diisi dengan cairan atau serbuk dan digunakan sebagai wadah, bak (tempat air), tabung, bajan, jambang, barometer bagian barometer yang berbentuk bejana berisi air raksa.[58]
Semua versi terjemahan Alkitab dan Kamus menunjuk kepada nilai benda, benda yang terbuat dari bejana tanah liat yang mudah rusak, hancur, patah oleh karena itu Paulus menggunakan kata bejana tanah liat menunjukkan kelemahan tubuh manusia yang fana namun dalam kelemahan tubuh manusia yang fana itu Tuhan mentranfer kuasa-Nya untuk mengerjakan pekerjaan-Nya yang bernilai kekal.
Struktur 2 Korintus 4:1-15
I.     Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Tetapi Oleh Karena Kemurahan Allah Kami Menerima Pelayanan Ini (4:1).
II.     Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Tetapi Kami Menyerahkan Diri Kami Untuk Dipertimbangkan Oleh Semua Orang Dihadapan Allah (4:2)
Untuk Menolak Segala Perbuatan Yang Tersembunyi (4:2a)
Untuk Menyatakan Kebenaran Allah (4:2b).
III.     Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Yang Dipilih Untuk Memberitakan Injil Terhadap (4:3-6).
Orang-Orang Yang Tidak Percaya (4:4a).
Pikiran Yang Telah Dibutakan Oleh Ilah Zaman Ini (4:4b).
IV.     Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kuasa Yang Melimpah-Limpah  Itu Berasal Dari Allah (4:7-12).
V.     Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kami Miliki Roh Iman Sama (4:13-15).
Metode Pendekatan Penafsiran
Motode pendekatan penafsiran yang akan penulis gunakan ialah struktur teks.  Struktur teks merupakan menentukan batas-batas bagian Alkitab yang hendak ditafsirkan dengan suatu unit yang betul-betul berdiri sendiri untuk mendapatkan arti yang jelas membandingkan beberapa terjemahan dari beberapa banyak terjemahan yang dapat baca dalam bahasa Asli, Siria, Aram, Latin, dan terjemahan Qumran, dengan menilai berbedaan itu lebih cocok dengan konteksnya. Untuk mencocokan kesejajaran antara kata-kata dan frase-frase yang menetapkan patokan utama. Penerjemahan selalu menyangkut pilihan dengan tata bahasa dan kosa kata.[59]
Analisis Teks 2 Korintus 4:1-15
Kami Sebagai Bejana Tanah Tetapi Oleh Karena Kemurahan Allah Kami Menerima Pelayanan Ini (2 Kor. 4:1)

Kami menerima pelayanan ini oleh kemurahan Allah (2 Kor. 4:1). Dalam terjemahan bahasa asli “Kami telah diberi rahmat oleh Allah”.[60] (ηλεηθημεν) kd. ηλεεω. Aorist indikatif pasif orang pertama jamak.[61] Dalam Bahasa Inggris di artikan “to have pity or mercy on, to show mercy”. NKJV have received mercy. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “oleh Kebaikan.”[62] Dengan beberapa terjemahan menunjukkan kerendahan Paulus dan rekan-rekannya dalam pelayanan bahwa pelayanan adalah kebaikan Allah yang dipercayakan kepada seorang laki-laki yang tidak layak.[63]
Paulus berusaha menunjukkan orang-orang di Korintus bahwa ia benar-benar seorang rasul yang diutus oleh Allah. Ia telah dipimpin oleh Allah ketika dia mengubah rencananya tentang mengunjungi Korintus, dan ia dipuji oleh Tuhan. Sekarang dia memberitahukan orang-orang Korintus lebih banyak tentang pekerjaan Allah dan bagaimana ia melanjutkan pelayanannya.[64]
Kemurahan Allah Merupakan pernyataan positif dari keterbukaan dan keterusterangan Paulus dan kawan-kawannya yang telah melayani, tetapi tampaknya juga menjadi respon terhadap kritik dilontarkan terhadap dirinya oleh jemaat di Korinus (2 Kor. 1: 12, 17; 3: 1). Pelayanan ini yang ia disebut adalah pelayanan perjanjian baru (2 Kor. 3: 6). Itu tugas yang mereka mewartakan dan dapat mengajarkan Injil Kristus kepada orang-orang di Korintus, berita yang mulia dan  dosa telah diampuni melalui kematian Kristus, dan kebenaran yang sempurna bagi mereka yang akan percaya injil terang Kristus.[65]
Paulus sebelumnya menyangkal setiap kecukupan pribadi yang membuatnya layak dalam tanggung jawab ini (2 Kor. 3: 5). Sekarang sekali lagi ia mewujudkan kerendahan hati dengan mengatakan kami menerima pelayanan ini oleh belas kasihan/kemurahan Allah” diberi tugas seperti itu Paulus dapat menyadari bahwa pelayanan adalah kemurahan atau belas kasihan Allah sehingga Paulus tidak tampil dengan sikap ego atau kesombongan pribadi, tapi respon dari orang yang melihat posisinya sebagai contoh dari kemurahan Allah pada laki-laki yang tidak layak. Akibatnya, Paulus dan rekan-rekannya tidak kehilangan hati”.[66]
Paulus mengagungkan pelayanannya, dengan mempertimbangkan keunggulan atau kemuliaan Injil yang diberitakannya. Sekarang di dalam ayat ini tujuannya adalah membersihkan pelayanan mereka dari tuduhan para guru palsu yang mendakwa mereka sebagai pendusta, atau berusaha keras menghasut orang banyak untuk menyangka yang bukan-bukan mengenai mereka dengan melihat penderitaan mereka.[67]
Paulus memberitahukan guru-guru palsu itu betapa mereka mempercayai dan menghargai tugas mereka sebagai pelayan Injil. Mereka tidak menyombongkan diri, tetapi terdorong untuk bekerja dengan tekun; “Kami telah menerima pelayanan ini” dan mereka dihormati dan dihargai oleh karena  pemberitaan kebenaran. Kami tidak membesarkan diri ataupun memalas-malasan, tetapi bersemangat untuk melakukan tugas kami dengan baik.”[68]
Di bagian ini berhubungan dengan pelayanan pribadi Paulus dengan rekan kerja yang lainnya. Paulus menjelaskan Pelayanan adalah kemurahan Allah yang dapat dipercayakan pelayanan-Nya terhadap laki-laki yang tidak layak. Dalam Roma 3:23 semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.[69]
Paulus memahami bahwa Keselamatan adalah anugerah namun manusia yang sudah diselamatkan oleh Allah, seringkali mengabaikan tugas dan tanggun jawab sebagai orang-orang yang telah menerima anugerah atau kemurahan Allah. Orang percaya adalah orang yang hidup oleh karena kemurahan Allah. Oleh karena itu Paulus benar-benar menyadari atas pelayanan mereka bahwa pelayanan adalah anugerah Allah yang dipercayakan Tuhan terhadap laki-laki yang tidak layak.[70]
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Tetapi Kami Menyerahkan Diri Kami Untuk dipertimbangkan Oleh Semua Orang Dihadapan Allah (2 Kor. 4:2-3).

Kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan Allah (2 Kor. 4:2-3). Paulus menyampaikan isi hati terhadap orang-orang yang ada di Korintus.[71] Injil adalah kebenaran Allah tetapi banyak orang menolak untuk menerimanya. Paulus tahu bahwa percaya Injil Kristus adalah satu-satunya cara untuk diselamatkan, sehingga orang-orang yang tidak percaya hilang selamanya, 2 Tesalonika 1: 8. Apakah Israel memiliki kerudung lebih pada hati mereka, tetapi berpikir bahwa mereka dapat menyebabkan kafir dan buta terhadap Firman Allah, Roma 2:19.
Kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan Allah (2 Kor. 4:2). Paulus menekankan kepada orang-orang dimana ia layani dengan pernyataan kebenaran. Terjemahan bahasa Asli.“Menyerahkan diri kami kepada tiap-tiap hati nurani orang-orang dihadapan Allah.[72] Kata Kerja.“menyerahkan”. Συνιστωντες, kd. Συνιστημι, Present Participle Active Nominative Masculine orang Pertama Jamak.[73] “Menyerahkan, memperkenalkan menunjukkan, membuktikan.” Dalam Bahasa Inggris. To command, establish, stand near, consist. Kamus Besar Bahasa Indonesia “Menyerahkan, Memberikan dirinya kepada yang berwenang; jiwa raga, pasrah.”[74] Bagian ini jelas bahwa Paulus bersama rekan-rekannya benar-benar menyerahkan diri mereka demi pelayanan untuk kemuliaan Tuhan.[75]
Paulus sebagai seorang pelayan Tuhan yang baik ia menunjukkan nilai-nilai pelayanannya yang berkenan di hati Tuhan terhadap  jemaat Korintus yang mengatakan bahwa Paulus memuji diri namun ia menjelaskan bagian ini bagimana ia menyerahkan diri sepenuhnya untuk Tuhan. Ia dengan berani menyatakan kebenaran Allah untuk menolak hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan bahkan hal-hal yang tersembunyi yang memalukan Allah. Untuk itu ia dengan berani menyatakan kebenaran Allah.
Paulus menjelaskan bagian ini berhubugan dengan kehidupan orang Israel, pikiran mereka telah tumpul, oleh karena selubung masih tetap menyelubungi mereka. Sebaliknya  hati seorang berbalik kepada Tuhan maka selubung itu diambil dari padanya. Dengan demikian Paulus dengan rekan kerjanya berani menyerahkan diri mereka untuk dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan Allah. Oleh karena Paulus dengan rekan kerjanya tidak memberitakan diri mereka, namun mereka berani karena mereka memberitakan adalah Injil Kristus. Dibagian ini jelas bahwa Paulus dapat menjelaskan pelayanan pribadi mereka terhadap orang-orang dimana mereka layani.[76]
Untuk Menolak Segala Perbuatan Yang Tersembunyi (4:2a)
Untuk menolak segala perbuatan yang tersembunyi (4:2a). Paulus bersama rekan kerjanya bekerja keras untuk menyatakan hal tersembunyi yang memalukan Allah. Terjemahan bahasa Asli “Kami Menolak/ Kami Mencela hal-hal yang Disembunyikan karena rasa Malu.”[77] Απειπαμεθα kd. Απειπον; Aorist incative middle first person plural.[78] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “menolak”: yaitu: mendorong atau mendesak temannya jatuh terjungkal, atau kata lain mengusir perbuatan temannya tidak baik.”[79] NKJV We have renounced the hidden things of shame. Kami telah meninggalkan hal-hal yang memalukan.
Paulus benar-benar menolak perbuatan yang memalukan, Paulus tidak mengatakan bahwa ia pernah berlaku licik (Πανουργιά; panourgia, dipakai dalam 11:3 bagi penipuan iblis (terhadap hawa), sekalipun ia dituduh melakukannya (2 Kor. 12:16). Paulus juga tidak memalsukan firman Allah, artinya: dengan menerapkan perbuatan mereka yang salah dan perbuatan mereka yang memalukan Allah (1 Kor. 9:21; 14:21). Sekalipun ia dituduh oleh orang Yudais di Korintus ia berusaha menyakinkan mereka dengan pesan yang mereka sampaikan.[80]
Adam Clarke dalam bukunya Christian Theology Mengomentari bagian nas 2 Korintus 4:2 Tapi Kami telah Mininggalkan:
(2 Kor. 4:2). Tapi kami telah meninggalkan , Απειπαμεθα·Apeipametha · Kami telah menyangkal hal-hal yang tersembunyi ketidakjujuran; τα κρυπτα της αισχυνης; hal-hal tersembunyi yang memalukan, hal-hal yang jahat yang dilakukan pria, dan mereka malu untuk memberitahukan, dan malu untuk menyatakan perbuatan mereka. Adam menyampaikan gagasannya bagian pemikiran Rasul Paulus ini mengacu pada kekejian duniawi, orang-orang Yahudi melakukan dengan tidak mengenal perbuatan salah. Dan itu tidak muncul dari surat pertama bahwa ada orang di Korintus yang mengajarkan bahwa percabulan tidak ada dosa; dan tampaknya juga bahwa beberapa telah melakukan hubungan seks terlarang.[81]
Paulus menantan atau membenci dengan perbuatan-perbuatan yang  memalukan atau perbuatan yang tersembunyi yang tidak bertentangan dengan firman Tuhan. Tidak menghasilkan berita injil yang Paulus bersama rekan kerjanya sampaikan sehingga di bagian ini Rasul memberitahukan hal-hal yang mencelakakan orang-orang Yunani atau yang ada di Korintus.[82]
Kota Korintus masih hidup di dalam hubungan seks terlarang. Orang-orang Korintus malu mengakui perbuatan daging yang memalukan kehidupan kekristenan, sehingga Paulus dengan rekan kerjanya berani menolak hal-hal yang tersembunyi yang dilakukan orang-orang Korintus itu. Orang-orang Korintus kebanyakkan mengikuti hawa nafsu yang menyenangkan atas tubuh mereka tetapi bagi Allah memalukkan perbuatan mereka.
Paulus menjelaskan bagian ini untuk menolak segala perbuatan yang tersembunyi merupakan bagian dari penerahan diri mereka demi menolak segala perbuatan yang tersembunyi yang dapat memalukan Allah. Paulus menolak suatu ”maksud loba” (1 Tes. 2:5). Tidak sesuatupun rasul Paulus sembunyikan.[83] Apa yang ada di dalam dirinya terbuka untuk dilihat semua orang, sehingga Paulus benar-benar menyerahkan diri untuk menolak perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan oleh orang-orang Korintus. Oleh karena itu Paulus dengan rekannya tahu bahwa mereka tidak berlaku licik dan memalsukan firman Allah. Dengan demikian Paulus bersama rekan kerjanya sangat terbuka menolok segala perbuatan yang memalukan Allah.[84]
Untuk Menyatakan Kebenaran Allah (4:2b)
Untuk menyatakan kebenaran Allah (4:2b). Terjemahan bahasa Asli “Dengan Pernyataan Kebenaran.”[85] Φανερωσει; phanerosei, kd. Φανερωσις; Phanerosis. Kata Benda Dative Femine Singular.[86] NKJV Manifestation of the Truth. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Perwujudan sebagai suatu pernyataan perasaan atau pendapat: dengan itu sebagai suatu kemarahan hatinya.”[87] Pernyataan atau komitmen Paulus untuk dapat menyatakan hal-hal yang memalukan atau menolak kejahatan orang-orang di Korintus.
Diane Bergant dan Robert J. Karris Dalam Bukunya (Tafsir Perjanjian Baru), Menjelaskan Mengenai Kehidupan orang-orang Korintus:
Kehidupan orang-orang Korintus penyembahan terhadap dunia berhala khususnya berada di bawah kendalinya, dan tunduk kepadanya (1 Kor10:20). Dia disembah di sana; dan ritual keagamaan dan upacara pengukuhan yang pada umumnya hanya seperti makhluk perkasa yang membenci kebahagiaan manusia, dan yang mencari berbuatan jahat, kecabulan, kemalangan, dan penumpahan darah; dan seluruh dunia kafir kekuasaannya dipengaruhi. Pada zaman Paulus seluruh dunia, kecuali orang-orang Yahudi dan Kristen, tenggelam dalam kemerosotan moral.[88]
Orang-orang Korintus tidak memelihara terang injil yang Paulus menyampaikan karena banyak di antara mereka dikuasai kegelapan sehingga terang injil Kristus tidak mendengar atau menerima dengan baik.[89]
Orang-orang Korintus pemikiran mereka telah dibutakan (2 Kor. 3:14), maka cara Paulus “menyatakan kebenaran Allah” cukup jelas, sehingga ia berani dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. Paulus mengakui bahwa ada banyak orang yang gagal untuk menangkap Injil. Perumpamahan Penabur Mark 4 menunjuk kepada hal yang sama. Bukan ’biji’nya yang salah, melainkan ’tanah’nya.[90]
Kebutahan terhadap kebenaran adalah kesalahannya terletak pada diri para pendengarnya yang akan ”binasa” karena mereka tetap tidak mau percaya (2 Kor. 2:15; 1 Kor. 1:18). Kebutaan terhadap kebenaran tetap adalah kesalahan, meskipun itu adalah karya jahat ”ilah zaman ini”, yakni Setan (Yoh. 12:31). Ia tidak baik, tetapi ia telah merampas kekuasaan Allah di dunia yang telah jatuh ke dalam dosa ini, sehingga ia memiliki kekuasaan. Ia telah membutakan pikiran orang-orang yang tidak percaya sehingga mereka tidak menerima terang Injil atau tidak mengasihi Kebenaran adalah berita keselamatan (2 Tes. 2:9-10).[91]
Bagian ini jelas bahwa Paulus menegaskan untuk menyatakan kebenaran Allah dalam injil Yohanes.18:37: Maka kata Pilatus kepada-Nya: ”Jadi Engkau raja?” Jawab Yesus: ”Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku”. Alkitab selalu menegaskan bahwa: ”Semua manusia telah berdosa. (Rm. 3:23), dan “telah mati di dalam dosa” (Ef. 2:1). Dosa adalah kekejian dan penghinaan terhadap kekudusan Allah serta bertolak belakang dengan kodrat Allah yang mahakudus Yesaya 6:3; 1 Yohanes 1:5. [92]Allah sangat membenci dosa. Alkitab memberitahukan bahwa ”upah dosa adalah maut”  (Roma 6:23). Artinya, semua manusia tanpa terkecuali harus menerima hukuman kekal dan binasa di neraka. Dengan beberapa landasan firman Tuhan ini Paulus menegaskan dosa adalah kekejian bagi Allah. Oleh karena dosa penghinaan terhadap kekudusan Allah. Dengan demikian Paulus dengan berani menyatakan kebenaran Allah, Supaya semua orang di Korintus di selamatkan.[93]

Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Yang Dipilih Untuk Memberitakan Injil Terhadap (4:3-6)

Kami Memberitakan Injil Terhadap orang-orang yang tidak percaya. Terjemahan bahasa asli “Orang-orang Menuju Kebinasaan.” “Απολλυμενοις, kd. Απολλυμι (4:4-).[94] Kata Kerja Participle Middle or Passive Dative Masculine Plural.[95] Kamus Besar Bahasa Indonesia “rusak sama sekali, hancur lembur, mereka yang celaka karena mengikuti hawa nafsu.[96]  Dalam NKJV Perishing.
Membandingkan beberapa terjemahan ini Paulus memberitahukan hal ini kepada mereka yang mengikuti hawa nafsu. Untuk itu rasul Paulus menjawab pertanyaan ini dengan menunjukkan bahwa ini bukan kesalahan Injil atau para pemberitanya. Sebaliknya, alasan sebenarnya adalah, “untuk mereka yang akan binasa.” Injil diberitakan tersembunyi, atau tidak membawa hasil (ayat 3), karena “Pikiran mereka telah dibutakan ilah zaman ini” (ayat 4), sehinga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.[97]
Paulus membuktikan ketulusan dan kejujuran mereka (ayat 5). Mereka giat memberitakan Kristus dan bukan diri mereka sendiri: “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan.” Diri sendiri bukanlah pokok ataupun tujuan dari pemberitaan para rasul. Mereka tidak menyampaikan gagasan atau pendapat pribadi, ataupun kerinduan mendalam dan prasangka mereka, mereka memyampaikan  firman dan kehendak Allah.[98]
Mereka juga tidak berusaha memajukan kepentingan duniawi mereka atau mencari kemuliaan bagi diri sendiri. Sebaliknya, mereka memberitakan Yesus Kristus Sebagai Tuhan. dan itulah yang pantas dan wajib mereka lakukan sebagai para pelayan Kristus. Tugas mereka adalah memperkenalkan Guru mereka kepada dunia sebagai Mesias atau Kristus yang akan datang, serta sebagai Yesus Tuhan, satu-satunya Juruselamat manusia dan Tuhan yang sesungguhnya.[99]
Paulus menjelaskan kami dipilih untuk memberitakan Injil terhadap? dalam pemberitaan Injil, ternyata ada yang menerima, tetapi ada juga yang menolak. Maka Paulus memberi tanggapan terhadap pemberitaan Injil yang telah disampaikannya: “Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup bagi mereka, yang akan binasa”. Oleh karena bagi Paulus penolakan firman Tuhan adalah fakta kegelapan yang menyelimuti hati manusia, bahkan ilah-ilah zaman yang telah membutakan pikiran mereka untuk melihat kemuliaan Allah. Paulus menyampaikan berdasarkan keadaan orang orang yang ada di Korintus. Orang-orang Korintus suka hidup di dalam hal-hal terlarang, sehingga Paulus mengungapkan diri bahwa Paulus dipilih Allah untuk memberitakan Injil.[100]
Orang-orang yang Tidak Percaya (4:4a)
Orang-orang yang tidak percaya (4:4a). orang-orang yang tidak percaya adalah orang-orang tidak mempercayai terang Injil Kristus yang masih mempercayai berhala, masih hidup dalam percabulan, perselisihan. Terjemahan bahasa Asli “Orang-orang yang sedang Menuju Kebinasaan.”[101] Απολλυμενοις. Kd. Απολλυμι. Kata kerja present participle middle of passive dative masculine plural.[102] NKJV Perishing. Kamus Besar Bahasa Indonesia “orang-orang yang tidak mengakui atau tidak yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata dengan kabar yang disampaikannya itu.”[103]
Arend Th, Van Leeuwen mengutup dalam bukunya (Agama Kristen Dalam Sejarah Dunia) mengenai kehidupan orang Kristen di Korintus.
Orang-orang yang ada di Korintus  dewa dunia ini telah membutakan pikiran mereka sehingga tidak percaya, sehingga Paulus terdorong untuk meyampaikan cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah, harus bersinar kepada mereka. Deskripsi Paulus kepada siapa Injil yang bersembunyi, di sini lebih lanjut dilakukan; di mana karakter Setan diberikan, di sini ditata "dewa dunia ini"; "penguasa dunia ini", (Yohanes 12:31) (14:30) bukan karena ia memiliki apapun dalam pembuatan, atau memiliki kekhawatiran dalam pemerintahan, atau di pembuangan orang-orang atau hal-hal di dalamnya; tetapi karena pengaruhnya yang terburuk, dan terbesar dari dunia ini; yang terletak dalam kejahatan, di bawah kuasa si jahat, yang dipimpin/ ditawan oleh kehendaknya; secara sukarela menyerahkan diri kepadanya karena hawa nafsu mereka; dan menyerahkan diri menjadi anak-anaknya, dan dia bapa mereka, ya, tuhan mereka: pengaruhnya lebih banyak mempengaruhi pikiran mereka.[104]
Pesan yang di sampaikan tidak merima bagi orang-orang binasa; yaitu; mereka yang mengikuti hawa nafsu atau keinginan dunia ini yang masih hidup dalam seks terlarang, penyembahan berhala, percabulan, perselisihan, dan memegahkan diri. tetapi kita diselamatkan oleh kasih karunia Allah kami terus-menerus memberitahukan kamu tentang terang Injil Kristus. Paulus menjelaskan bagi orang-orang yang pikirannya dibutakan oleh ilah zaman ini, yang masih hidup di dalam kerajaan allah dari dunia ini membuat mereka tidak mengetahui terang injil yang di sampaikan.[105]
Pesan Paulus adalah suatu pernyataan terbuka, bukan bahasa bercabang yang memalukan. Ini adalah pernyataan kebenaran Allah, bukan sebuah versi yang dipalsukan. Itu sudah cukup bagi dirinya untuk dipertimbangkan oleh para pembacanya. Ini tidak bertentangan dengan penolakannya terhadap surat-surat kepercayaan sebelumnya, melainkan menggarisbawahinya.[106]
Paulus menyampaikan rencana Kristus melalui Injil-Nya adalah untuk mengungkapkan Allah dengan segala kemuliaan kepada akal budi manusia. Jadi, sebagai gambaran Allah, Ia memperagakan kuasa dan hikmat Allah, serta kasih karunia dan kemurahan Allah bagi keselamatan mereka.[107]
Paulus Menjelaskan orang-orang yang tidak percaya yang berhubungan dengan kehidupan jemaat di Korintus. Oleh karena jemaat Korintus kebanyakan mengikuti hawa nafsu, atau keinginan daging, sehingga Paulus mengungkapkan orang-orang yang tidak percaya menunjuk kepada orang yang dibutakan oleh ilah zaman ini. Oleh karena setan yang menjadi bapa mereka, dan mereka tidak hidup sesuai firman Tuhan.
Pikiran Yang Telah Dibutakan Oleh Ilah Zaman Ini (4:4b
Perkataan “ilah zaman ini” menunjuk kepada Iblis (Yoh. 12:31;Yoh. 14:30; 16:11; Ef. 2:2; 1 Yoh. 5:19) yang memegang kuasa atas banyak kegiatan pada zaman sekarang ini. Akan tetapi, pemerintahan itu bersifat sementara dan bersyarat. Dia melangsungkan pemerintahannya hanya dengan kehendak Allah yang mengizinkan sampai akhir sejarah (Wahyu. 19:11- 20:10).
Terjemahan bahasa asli “tuhan dari zaman ini.[108] Θεος Kd. Θεος. Kata Benda Nominative Masculine Singular.[109] ”Kamus Besar Bahasa Indonesia ”tuhan adalah sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang mahakuasa, maha perkasa, dan sebagainya,”[110] sehingga di bagian ini jelas bahwa kata yang dipakai huruf kecil; yaitu: god, bukan God” NKJV god of this age. Kata Tuhan di bagian ini adalah Iblis yang membutakan dan menjadi bapa mereka sehingga tidak melihat terang Injil Kristus.
Mereka yang tidak tunduk kepada Yesus Kristus, tetap berada dibawah kekuasaan Iblis. Dia membutakan mata mereka terhadap kebenaran dan kemuliaan Injil agar mereka tidak dapat diselamatkan. Pemecahan terhadap keadaan yang fatal ini ialah dengan mengikat kegiatannya melalui doa dan pemberitaan Injil dalam kuasa Roh (Kish. 1:18) supaya orang dapat mendengarkan, mengerti dan memilih untuk percaya atau tidak (2 Kor. 4:5-6).[111]
Jika menganggap keadaan itu memang nyata. Injil kami beritakan adalah Satu-satunya Injil Keselamatan dari Allah (Gal. 1:6). Masih tertutup. Bentuk waktu perfect melukiskan suatu keadaan yang sudah pasti. Bentuk waktu present participle secara tepat diterjemahkan dengan mereka yang binasa (2 Kor. 2:15). Pemakaian kata tertutup mengaburkan acuan lengkap kepada “selubung” yang dipakai Iblis untuk “menutup” pikiran mereka yang akan binasa.
Iblis disebut sebagai “ilah zaman ini” (kalimat Yunani yang di pakai pada bagian ini). Kata gambaran (eikon) di bagian lain untuk Kristus sebanyak dua kali (Kol 1:15; Ibr 1:3). Kata kerja melihat cahaya hanya dijumpai dalam ayat ini saja, dalam Perjanjian Baru.
Paulus menjelaskan ini berdasarkan konteks dimana Ia layani, dalam pelayanan Paulus rupanya banyak yang tidak lihat terang Injil Kristus. Iblis berkuasa, maka orang percaya tentu akan selama-lamanya buta. Tetapi tidak demikian halnya, dan itulah sebabnya Paulus memberitakan Injil, sehingga Roh Allah dapat mengangkat selubung atau tabir. Orang akan tetap buta bila Paulus dan rekan-rekannya, “memberitakan diri mereka sendiri.”[112]
Ungkapan ini menyimpulkan seluruh Injil dan pengakuan orang-orang Kristen mula-mula (Rm. 10:9; 1 Kor. 12:3; Flp. 2:11). Ia mencakup keseluruhan bahwa Yesus adalah Mesias Allah (raja yang di urapi), disalibkan untuk dosa-dosa kita, dibangkitkan dan dimuliakan di sisi Allah untuk menjadi penguasa dunia (Ef. 1:15-23).
Paulus memberitakan Yesus Kristus Sebagai Tuhan. Kedudukan Kristus sebagai Tuhan yang tertinggi merupakan pokok dalam pemberitaan sang rasul. Asal kata hamba adalah budak. Paulus berulang-ulang menyebut dirinya sebagai budak (doulos), Roma. 1:1; Gal. 11:10, Flp. 1:1; Tit. 1:1). Di sini dia memakai istilah yang dimenangkan di Korintus.[113]
Paulus mengungkapkan pikiran yang telah dibutakan oleh ilah zaman ini yang berhubungan dengan keselamatan, Paulus menulis, “Pikirannya (noema) telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga orang-orang Korintus tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah” (2 Kor. 4:4; 3:14).[114] Paulus dapat menjelaskan bagian ini berhubungan dengan pelayanan pemberitaan injilnya berulang-ulang kali mengingatkan oran-orang di Korintus namun mereka lebih suka mengikuti keinginan atau hawa nafsu mereka sehingga pikiran mereka telah dibutakan oleh ilah zaman ini menunjuk kepada Iblis yang dapat membutakan mata rohani orang-orang Korintus sehingga tidak melihat cahaya Injil Kristus. Untuk itu bagian ini Paulus mengingatkan orang-orang Korintus untuk hidup sesuai standar firman Tuhan.[115]
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kuasa Yang Melimpah-Limpah Itu Berasal Dari Allah (4:7-12)

Orang Kristen adalah ”bejana-bejana tanah liat” yang kadang-kadang mengalami kesedihan, air mata, kesusahan, kebingunan, kelemahan, dan ketakutan (2 Kor. 1:4, 8:9; 7:5). ”harta” sorgawi yang dalam diri mereka, maka mereka tidak dikalahkan. Kekristenan bukan hal menyingkirkan kelemahan, bukan juga semata-mata manifestasi kuasa ilahi.[116] Tetapi, kekristenan adalah manifestasi kuasa ilahi melalui kelemahan manusia (2 Kor. 12:9). Ini berarti bahwa: (1) Dalam setiap penderitaan, oran percaya bisa menjadi lebih daripada pemenang oleh karena kuasa dan kasih Allah (Rm. 8:37), dan (2) kelemahan, kesusahan, dan penderitaan orang percaya membuka peluang untuk menerima kasih karunia Kristus yang berlimpah-limpah dan mengizinkan kehidupan-Nya dinyatakan dalam tubuh manusia (2 Kor. 4:8-11; 2 Kor. 12:7-10).
St. Darmawijaya Dapat menjelaskan dalam bukunya (Seluk Beluk Kitab Suci) pertentangan Paulus dalam Misinya di Korintus.
Paradoks adalah pernyataan yang seolah-olah bertentangan dengan pendapat umum, tetapi sesungguhnya mengandung kebenaran. Dalam nats ini, terlihat paradoks antara harta Injil yang tak ternilai dan pemberita Injil yang tak bernilai, yang Paulus sebut 'bejana tanah liat' (2 Kor. 4:7). Kerentanan ’bejana tanah liat’ itu terlihat saat Paulus menjalankan misinya (2 Kor. 4:8-9). Namun ada maksud ilahi di dalamnya, yaitu supaya orang bisa memahami bahwa kekuatan itu dari Allah saja asalnya (2 Kor. 4:7). Maka meski Paulus ditekan dari berbagai sisi, tetap tidak bisa sepenuhnya disudutkan. Tidak pernah sampai tidak ada ruang untuk bergerak lagi, tidak pernah sampai ada kata ”menyerah”.[117]

Terjemahan bahasa asli ”kami punyai harta karun.”[118] Θησαυρον. Kd. Θησαυρος. Noun accutative masculine singular.[119] Kamus Besar Bahasa Indonesia  harta karun diartikan sebagai  “benda yang tidak diketahui pemiliknya, harta benda yang didapat dengan tidak sah.”[120] Dalam NKJV We have this treasure in earthen vessels.
Melalui istilah-istilah harta ini Paulus mengingatkan orang percaya bahwa Injil merupakan permata berharga (Mat. 13:44, 52) yang telah dipercayakan kepadanya (Ef. 3:1, 2, 7, 8). Manusia di dalam kelemahan dan kerapuhannya dilukiskan sebagai bejana tanah liat (Kis. 9:15). Kata melimpah-limpah (hiperbol) berarti “karakter atau sifat yang luar biasa, berlebih-lebih”  Yunani (Arnt). Kata ini di dalam Perjanjian Baru hanya dipakai oleh Paulus saja (2 Kor. 1:4, 7, 17; 12:17; Rm. 7:13; 1 Kor. 12:31; Gal. 1:13).[121]
Menyimpang dari jalan pikiran mengenai beberapa peristiwa yang dialami Paulus, 2 Kor. 2:13, diteruskan dalam 2 Kor. 7:5. Bagian 2 Kor. 2:14-7:4 menguraikan tentang karya kerasulan. Kristus yang menjadi fokus pemberitaan, maka Paulus memberitakannya dengan integritas penuh (2 Kor. 4:2). Meski demikian, mungkin saja ada orang yang menutup dirinya terhadap kebenaran yang Paulus beritakan (2 Kor. 4:3-4). Namun, itulah orang-orang yang memang akan binasa.[122]
Paulus sendiri sadar bahwa dirinya hanyalah bejana tanah liat yang dipakai untuk menyampaikan harta mulia itu (2 Kor. 4:7). Begitu berat pengalaman yang telah ia lalui sebagai akibat dari pelayanannya bagi Kristus dan bagi Injil-Nya; ditindas, habis akal, dianiaya, dan dihempaskan (2 Kor. 4:8-9). Namun lihatlah kemenangan yang Paulus alami; tidak terjepit, tidak putus asa, tidak ditinggalkan sendirian, tidak binasa.
Paulus sadar benar bahwa kekayaan rohani yang ada padanya lahir sebagai akibat penderitaan yang ia tanggung dalam pelayanan. Melalui penderitaan, Allah membuat pelayanan Paulus semakin efektif. Karena itu, ia tidak menjadi patah semangat. Karena semua yang ia alami adalah untuk kepentingan jemaat Korintus yang ia layani dan bagi kemuliaan Allah.
Matthew Henry Mengutip Dalam bukunya Tafsiran Roma, 1 & 2 Korintus yang berhubungan dengan Pelayanan dan Penderitaan Paulus dalam menanggani orang-orang Korintus:
Berhubungan dengan kehidupan jemaat Korintud, meski berisiko nyawa, Tuhan selalu menyelamatkan dia dari keputusasaan dan kehancuran. Sebagaimana penderitaannya bagaikan penderitaan Kristus, maka kelepasan yang berulang-ulang dia alami juga merupakan bukti kuasa kebangkitan Tuhan (2 Korintus 4:10-11; 2 Kor.1:9-10). Kuasa itu tampak saat Paulus tidak putus asa waktu menghadapi maut dan perlawanan musuhnya. Iman akan kuasa itu membuat Paulus tidak akan diam saja (2 Korintus 4:13). Pengalaman itu menguatkan jemaat Korintus, supaya kebangkitan Kristus yang telah dia alami akan membangkitkan juga orang percaya di Korintus. Maka penderitaan yang Paulus alami akan berujung pada kemuliaan Allah (2 Korintus 4:14-15).[123]
Bejana tanah berhubungan dengan pelayanan dirinya, Paulus melihat dirinya hanyalah bejana tanah yang mudah hancur dan retak namun Kristus di surga memperbaharuhi dirinya dari hari ke hari dan mendapat kekuatan dari surga untuk menyatakan seberapa besar dan dahsyat Allah.[124] Apa yang membuat Paulus dapat menghadapi keadaan yang sangat sukar sekalipun? Bukan dan tidak lain adalah karena Paulus memiliki Yesus di dalam tubuhnya (2 Kor. 4: 10).[125] Di bagian ini cukup jelas bahwa Paulus menghadapi penderitaan sedemikian itu agar semakin banyak orang dapat mendengar kabar keselamatan, dan orang-orang yang telah percaya juga semakin bertumbuh didalam iman mereka kepada Tuhan sebagai Juruselamat pribadi mereka.[126]
Kami Sebagai Bejana Tanah Liat Namun Kami Miliki Roh Iman Yang Sama (4:13-15)

Paulus menjelaskan ”Kami miliki roh iman yang sama” kami percaya maka kami berkata-kata. Dengan mengutip Mazmur 116:10 Paulus mengemukakan alasan mengapa ia berbicara. Ayat ini secara mutlak mengajarkan bahwa Roh Kudus merupakan sumber dari iman. Alkitab dan kesaksian. Kata kami memang cocok: Paulus, seperti Daud, percaya sehingga berbicara; kedua istilah dipersatukan di dalam iman (Ibr. 11:39, 40).[127]
Terjemahan bahasa asli “yang sama Roh” αυτο. Kd. Αυτος.[128] Personal/ Possessive Pronoun Accusative Neuter 3rd person singular.[129] Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “sama” dapat menjelaskan “sesuatu yang serupa, tidak berbeda, tidak berlainan.” NKJV Same Spirit.  Iman mencegah mereka tidak tawar hati, “Kami memiliki roh iman yang sama”  (2 Kor. 4:13), iman yang digerakkan oleh Roh, iman yang juga dimiliki orang-orang kudus pada zaman dahulu yang mengalami penderitaan hebat seperti itu. Rasul Paulus mencontohkan teladan Daud yang berkata, Aku percaya, sekalipun aku berkata: Aku sangat tertindas Maz. 116:10. NKJV: Aku percaya sebab itu aku berkata-kata.
Pengharapan akan kebangkitan mencegah mereka dari sikap putus asa (2 Kor. 4:14) mereka tahu bahwa Kristus telah dibangkitkan, dan kebangkitan-Nya merupakan jaminan dan kepastian kebangkitan mereka. Hal ini dibicarakannya dengan panjang lebar di dalam surat sebelumnya kepada orang-orang Korintus ini 1 Kor 5. Karena itu. Pengharapan mereka sangat teguh karena memiliki dasar yang kuat, bahwa dia yang membangkitkan Kristus yang adalah kepala, pasti akan membangkitkan anggota tubuhnya yang lain.[130]
Pandangan akan kemuliaan Allah dan manfaat bagi jemaat melalui penderitaan mereka, membuat mereka tidak berputus asa (2 Kor. 4:15). Penderitaan mereka adalah demi kebaikan jemaat (2 Kor 1:6), sehingga dengan demikian mendatangkan kemuliaan bagi Allah. Sebab ketika jemaat dibangun, maka Allah juga akan dipermuliakan. Karena itu, orang percaya akan sanggup menanggung penderitaan dengan sabar dan sukacita apabila orang percaya melihat orang lain lebih baik karenanya, yakni jika mereka dibimbing dan dibangun, jika mereka diteguhkan dan dihiburkan.
Bagian ini Paulus menjelaskan yang berhubungan dengan pelayanan pemberitaannya bahwa ia berkata-kata oleh karena ia percaya. oleh karena banyak orang pikiran dan hati mereka telah dibutakan oleh ilah zaman ini sehingga tidak mempercayai Injil Kristus yang Paulus beritakan. Dengan demikian dalam ungkapan ini Paulus mau menyakinkan orang-orang Korintus bahwa mereka percaya maka mereka dapat berkata-kata, sebab kesanggupan Paulus untuk berkata-kata oleh karena percaya, Paulus dapat menjelaskan bahwa itu semua terjadi karena kamu. Kemuliaan Kekal melebihi segala-galanya bagi Paulus dan Pelayanannya.


[49] J. Philip Atrhur, Strength In Weakness: 2 Corinthians Simply Explained (England: Evangelical Press, 2004), 86.
[50] Asan Alwi (Ed.),  Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 591,s.v. “Konteks.”
[51] Hasan Sutanto, Hermeneutik Prinsip Dan Metode Penafiran Alkitab (Malang: Literatur SAAT, 2011), 299.
[52] Jerry Humahlatu, Hermeneutik Sepanjang Masa (Jakarta: Cipta Varia Sarana, 2011), 103.
[53] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis - Teologis (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 113-114 .
[54] Randy Frazee, dan Robert Noland, Berpikir, Bertindak, Menjadi Seperti Kristus (Yogyakarta: Yayasan Gloria), 2016.
[55] Al Purwa Hadiwardoyo, Warisan Paulus Bagi Umat: Ajaran Iman, Pastoral, dan Moral (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 21.
[56] Douglas J. Elwood, Teologi Kristen Asia: Tema-Tema Yang Tampil Ke Permukaan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 11-12.
[57] W. R. F. Browning, Kamus Alkitab: Distionary Of The Bible (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 463.
[58] J. S. Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), 142.
[59] Douglas Stuart,  Eksegese  Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas,2004), 26-27.
[60] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta:  Lembaga Alkitab, 2003), 965.
[61] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II  (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia,  2003), 268.
[62] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 520.
[63] Matthew Henry; Adam Clarke; Jamieson; Fausett,  The Bethany Parallel Comentary On The New Testament (Amerika: Bethany House Publisher, 1983). 1052.
[64] R. E. Harlow, Second Corinthians Paul and the Church at Corinth  (Canada: Everyday Publications, Incorporated Inc., 1985), 20.
[65] Jamieson, Fausset, Brown, A Commentary Critical, Expermental, And Pratical III, Mathew. John, Acts, Romans, 1,2 Cor-Rev  (America: William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids, Michigan, 1866), 346.
[66] Matthew Henry, Tafsiran Surat Roma, 1 & 2 Korintus  (Surabaya: Momentum 2015), 868.
[67] V. C. Pfitziner, Kekuatan Dalam Kelemahan: Ulasan Atas Surat 2 Korintus, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2011), 64.
[68] D. J. Douglas (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius –Wahyu; Berdasarkan Fakta-Fakta Sejarah Ilmiah dan Alkitabih  (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981), 545.
[69] John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 134.
[70] John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 137.
[71] R. E. Harlow, Second Corinthians Paul and the Church at Corinthians  (Canada: Everyday Publications, Incorporated Inc.,1985), 21.
[72] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003),  965.
[73] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 733.
[74] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 835.
[75] Scott J. Hafemann, Suffering & Ministry In The Spirit; Paul’s Defence Of His Ministry In 2 Corinthians  (Amerika: Eedmans Publishing Company, 1990), 139.
[76]Eka Darmaputera, Tatkala Allah melawat Umat-Nya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 85
[77] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (BPIK) Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 965.
[78] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 92.
[79] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 1203.
[80] D. J. Douglas (Ed.), Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), 545.
[81] Adam Clarke, Christian Theology  (London: The University Of Illinois Library, 1835), 37
[82] J. Philips Arthur, Strength In Weakness; 2 Corinthians Simply Explained, (New York: Evangeliscal Press, 2004), 90.
[83] Yusuf Eko Basuki, The Perfect  Growth Of Faith: Pertumbuhan Iman Yang Sempurna (Yogyakarta: Garudhawaca, 2014),  84.
[84] Leroy Eims & Randy Eims, Laboring In The Harvest: Penuai Yang Diperlengkapi (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2015), 122.
[85] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 965.
[86] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 787.
[87] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia  (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 1275.
[88] Diane Bergant dan Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisisu 2002),  287.
[89] St. Eko Riyadi, Yesus Kristus Tuhan Kita: Mengenal Yesus Kristus Dalam Warta Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2011), 187.
[90] D. J. Douglas (Ed.), Tafsiran Masa Kini 3: Matius-Wahyu; berdasarkan fakta-fakta sejarah ilmiah dan alkitabiah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980),545.
[91] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus Kekuatan Dalam Kelemahan (Jakarja: BPK Gunung, 2011). 65.
[92] Wesley Ariarajah, Alkitab Dan Orang-Orang Kepercayaan Lain (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 52.
[93] Yusuf Eko Basuki, The Perfect  Growth Of Faith: Pertumbuhan Iman Yang Sempurna (Yogyakarta: Garudhawaca, 2014),  86.
[94] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I  (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 965.
[95] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 102.
[96] Asan Alwi (Ed.),  Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 971.
[97] Matthew Hendry, Tafsiran Surat Roma, 1-2 Korintus (Surabaya: Momentum Christian Literature, 2011 )870.
[98] Scott J. Hafemann, Suffering & Ministry In The Spirit; Paul’s Defense Of His Ministry In 2 Corntihans 2:14 – 3:3 (America: Eerdams Publishing Companuy, 1990), 59.
[99] Yusuf Eko Basuki, Kristen Pemenang (The Victorious Christian): Meraih Kemenangan Iman Dengan Strategi Tuhan (Yogyakarta: Garudhawaca, 2014), 103.
[100] Eka Darmaputera,  Jalan Kematian dan Kehidupan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 100.
[101] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 965.
[102] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru 2003 (BPIK) Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 359.

[103]Asan Alwi (Ed.),  Kamus Besar Bahasa Indonesia  (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 1189.

[104] Arend Th, Van Leeuwen, Agama Kristen Dalam Sejarah Dunia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 43.
[105] Craig Blomberg, Two Corinthians; The Niv Application Commentary  (New York: Zondervan Publishing House, 2000), 51.
[106] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus Kekuatan Dalam Kelemahan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 63.
[107] Mathew Henry, Tafsiran Surat Roma 1& 2 Korintus (Surabaya: Mementum Christian Literature, 2011), 870.
[108] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 966.
[109] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 359.
[110] Asan Alwi (Ed.),  Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 366.
[111] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat 1 & 2 Korintus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 37.
[112] Russel P. Spittler, Pertama & Kedua Korintus (Malang: Gandum Mas, 1977), 106.
[113] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus Kekuatan Dalam Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 64.
[114]Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1:Allah Manusia dan Kristus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 174.
[115] Neil T. Anderson, Menjadi Gereja Membuat Murid:  Metode yang Terbukti Menumbuhkan Orang-orang Kristen yang Dewasa Rohani (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2016), 57-58
[116]Watchman Nee, The Treasure In The Earthen Vessels (California: Living Stream Minstry, 1993), 14.
[117] St. Darmawijaya,  Seluk Beluk Kitab Suci (Yokyakarta: Kanisius, 2009), 519.
[118] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 966.
[119] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 374.
[120] Asan Alwi (Ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia  (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 390.
[121] Dianne Bergant, dan Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru  (Yogyakarta: Kanisius, 2002),  240.
[122] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 193.
[123] Mathew Henry, Tafsiran Roma, 1 & 2 Korintus (Surabaya: Momentum Christian Literature, 2015),  875.
[124]Eka Darmaputera,  Jalan Kematian dan Kehidupan  (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 101-102
[125] Leroy Eims & Randy Eims, Laboring In The Harvest: Penuai Yang Diperlengkapi (Yogyakarta :Yayasan Gloria, 2015), 125.
[126]John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 138-139.
[127] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, Surat 1 & 2 Korintus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 74
[128] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid I  (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 967.
[129] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 131.
[130] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 181.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar