Rabu, 14 Juni 2017

BAB I LATAR BELAKANG NAS 2 KORINTUS 4:7 (SKRIPSI LARIUS JAFFRAY TABUNI)



LARIUS JAFFRAY TABUNI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pelayanan Paulus di jemaat Korintus merupakan salah satu jemaat yang merepotkan dirinya karena ketidakstabilan kerohanian dalam jemaat. Kehidupan jemaat tidak sesuai dengan apa yang diajarkan firman Tuhan. Untuk memahami surat 2 Korintus 4:1-15 ada kata kunci dari ajaran Paulus dalam pelayanannya yaitu: ”Kami Punyai Harta Ini Dalam Bejana Tanah Liat (2 Kor. 4:7).” Ayat ini merupakan penjelasan penderitaan dan kelemahan tubuh manusia dengan kemenangan pesan yang mereka sampaikan dalam  menangani masalah-masalah di Korintus.[1]
Alasan Paulus  (2 Kor. 4:7-13), adalah ia menderita dengan Yesus sehingga ia dapat mengalami kebangkitan hidup dengan Yesus. Di sini Paulus menjelaskan mengenai (2 Korintus. 4: 13-18).
Warren W. Wiersbe mengutip dalam bukunya (Be Encourage mengenai 2 Corinthians) mengenai (2 Kor 4:7)Kami miliki harta ini dalam bejana tanah liat”.
Dalam salah satu kata yang digunakan Paulus dalam pelayanan mengenai bejana tanah liat yang paling menarik dalam surat 2 Korintus 4:7, ialah Ia menjelaskan bahwa bejana tanah liat adalah nilai kerendahan diri Paulus dalam pelayanannya, Paulus melihat pada diri sebagai seorang rendahan, atau bejana tanah liat yang mudah rapuh tetapi Tuhan memilih bejana tanah liat yang mudah rapuh itu untuk bekerja bagi-Nya.[2]
Meskipun dalam pelayanan Paulus dituntut nyawa sendiri namun Paulus menyakini bahwa Tuhan menyelamatkan dia dari keputusasaan dan kehancuran. Sebagaimana penderitaan bagaikan penderitaan Kristus. Penderitaan yang berulang ulang di alaminya bukti dari kuasa kebangkitan Tuhan (2 Kor. 4:10-11; 2 Kor. 1:9-10). Kuasa itu dinyatakan saat Paulus putus asa menghadapi penderitaan dan perlawanan musuhnya. Iman akan kuasa Tuhan membuat Paulus tidak diam tetapi dia berkata-kata atas keyakinannya (2 Kor. 4:13).[3]
Pengalaman-pengalaman Paulus dapat menguatkan jemaat di Korintus, supaya kebangkitan Kristus yang telah dia alami akan membangkitkan juga orang percaya di Korintus. Maka penderitaan yang Paulus alami akan berujung pada kemuliaan Allah (2 Kor. 4:14-15). Menjelaskan Mazmur 116:10 Paulus mengemukakan alasan mengapa ia berbicara. Ayat ini secara mutlak mengajarkan bahwa Roh Kudus merupakan sumber dari iman. Alkitab dan kesaksian. Kata kami memang cocok: Paulus seperti Daud; percaya sehingga berkata-kata; kedua ungkapan ini dipersatukan di dalam iman. (Ibr. 11:39, 40).[4]
Paulus bertekun karena Kristus telah bangkit. Kami melihat kuasa Kristus diwujudkan dalam pelayanan Paulus (2 Kor.  6: 9-10). Meskipun Paulus menghadapi tekanan dari berbagai kritikan, melalui mata imannya dapat melihat bagaimana Kristus di surga memperbaharui dirinya dalam hati dari hari ke hari (2 Kor. 4:16). Kehidupan Kristus dinyatakan di dalam dia adalah pembaharuan batinnya, kuasa kebangkitan Kristus mengubah dia.[5]

John MacArthur, memiliki cacatatan yang menarik dalam bukunya (Kitab Kepemimpinan), mengenai bejana tanah liat.
Bejana adalah wadah sekali pakai dari dunia kuno, sehingga masa hidup mereka pada umumnya beberapa tahun yang paling beruntung. Bejana digunakan untuk menyimpan dan mengangkut air dan minyak zaitun dan anggur dan biji-bijian dan bahkan menyimpang harta kekayaan. Gerabah bejana adalah bagian dari anonim untuk hidup sehari-hari karena mereka mengunakan untuk memasak makanan dan pakai minum dan menyimpan sisa makanan. Setiap bagian penggalian arkeologi domestik mengandung sisa-sisa, tidak ada yang mencatat guci tanah liat lebih daripada wadah makanan lain. dipakai hanya untuk kenyamanan. Barang tersebut murah dan mudah  pecah. Dengan demikian, guci tanah liat menjelaskan kelemahan tubuh manusia. Seperti guci tanah liat manusia adalah makluk yang lemah, manusia yang fana. 2 Kor. 4:7 dalam Kelemahan tubuh manusia Tuhan mentransfer kuasa-Nya untuk memberitakan Injil).[6]
Evelyn menuliskan 2 Korintus 4: 7, Kami punyai harta ini dalam bejana tanah menunjukkan bahwa kekuatan ini dari Allah dan bukan dari kami sehingga semua pelayanan yang dilakukakan Paulus bersama dengan kawan-kawannya memiliki kekuatan dalam pelayanan untuk menunjukkan kekuatan Allah yang dapat menolong mereka dalam pelayanan.[7]
Untuk memahami kata yang digunakan (2 Kor. 4:7) ”harta karunnamun yang mungkin telah ditetapkan yang terkandung dalam makna tanah liat yang rapuh, nyawa manusia yang lemah ini dapat menjelaskan  bahwa Allah mendemonstrasikan diri melalui ciptaan-Nya. Bagian ini berhubungan terutama dengan pengajaran Paulus pada penderitaan kerasulannya. Yang berkata: Tetapi kami memiliki harta ini dalam bejana tanah liat, sehingga mungkin jelas bahwa kekuatan ini dari Allah dan tidak datang dari kami. Kami menderita dalam segala hal; namun tidak terjepit, bingung; namun tidak putus asa, dianiaya; namun tidak ditinggalkan, dihempaskan, namun tidak binasa. Kematian Yesus selalu membawa kedalam tubuh kami, sehingga kehidupan Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami. Untuk sementara kami hidup, kami terus memberitakan Injil tentang Yesus sampai mati demi Yesus, sehingga kehidupan Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana yang bekerja di dalam kami, dan kami hidup giat maut didalam kamu.[8]
Kami memiliki roh iman yang sama yang sesuai dengan Kitab Suci, kami percaya, oleh karena itu kami berkata-kata, karena kami tahu bahwa orang yang membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga dengan Yesus, dan akan membawa kami dengan kamu ke dalam kehadirannya. Semuanya demi kamu, sehingga kasih karunia itu meluas ke lebih banyak orang dan ucapan syukur bertambah untuk kemuliaan Allah (2 Kor. 4:7-15).[9]
Dengan menggunakannya kata kami bagian ini, Paulus membedakan dirinya dari orang-orang Korintus. ”Kami” juga mungkin termasuk para rasul lainnya umumnya atau setidaknya rasul Paulus dengan rekan kerja (Timotius dan Titus), (2 Kor. 4:13) terjadi di tengah-tengah pertahanan Paulus terhadap berbagai kritik. Beberapa orang rupanya menuduh Paulus sebagai seorang yang tidak tulus (2 Kor. 2:17), mereka berusaha menjatuhkannya (2 Kor. 3:1), bahwa ia tidak kompeten (2 Kor. 3: 5), ia tidak jelas dalam ajarannya (2 Kor. 4: 3), dan tujuan semua kritik untuk membatalkan Paulus sebagai utusan yang dipilih Allah (2 Kor. 1: 3-11; 4:7-15; 6:4).[10]
Donald Guthrie mengomentari: Korintus 4:7,
Penjelasan bejana tanah liat di sini mulai berubah. harta adalah ”Pengetahuan tentang kemuliaan Allah” yang dimiliki Paulus. Jadi, Paulus, dengan nada kerendahan hati yang mendalam, ”bersama kami.” memiliki harta yang tak ternilai. Bagian ini adalah instruktif, yang menunjukkan bahwa kelemahan tubuh. ”sehingga,” katanya; ”kami mengakui semua yang dikatakan pada nilai benda yaitu nilai pada bejana itu, nilai benda atau bejana itu adalah diri kami namun orang-orang dapat melihat kekuatan yang  berasal dari Allah, dan bukan dari diri kami sendiri.” Kata-kata yang mengikuti, kontras penderitaan dan kelemahan tubuh dengan berbagai cara di mana mereka menanggun melalui anugerah penguatan Allah, menunjukkan urutan yang mendasari pemikiran.[11]
Paulus memberitakan di hadapan Allah, artinya, di hadapan dia yang satu-satunya dapat menyatuhkan penilaian terakhir terhadap pelayanannya (2 Kor. 1:7; 5:1). Paulus tahu, tidak semua menerima kebenaran itu. Itu tidak berarti bahwa pesannya itu tidak jelas. Bukan pula karena Paulus tidak dapat mengungkapkan dirinya sederhana dan jelas (meskipun orang-orang pada zamannya kadang-kadang merasa bahwa Paulus sulit di pahami (1 Pet. 3:16), atau karena ia tidak mempunyai kemampuan dalam berbicara yang mudah di pahami dan penampilan fisik yang mengesankan (2 Kor. 10:10; 11:6). Tidak, bila Injil Paulus tetap terselubung atau tidak dipahami (2 Kor. 3:15), kesalahannya terletak pada diri para pendengar yang akan binasa karena mereka tetap tidak mau percaya (2 Kor. 2:15; 1 Kor. 1:18).
Paulus ingin menunjukkan bahwa tujuan mereka kepada Allah. Juga, dari bagian ini, kita menemukan bahwa Paulus menderita karena memproklamasikan Injil. Fakta ini dapat diperjelas oleh deskripsi kiasan Paulus dari penderitaan sebagai kematian Tuhan Yesus membawa dalam tubuh sendiri (2 Kor. 4:10).[12]
Paulus melihat penderitaan sebagai gambaran, dalam arti, kematian Yesus. Ketika Rasul menderita dalam pemberitaan  Injil, ia mengenakan ”penderitaan Yesus” sebagai hasil dari gambaran hidup, melalui pengalaman Paulus dari kematian oleh penderitaan diulang, ia memberikan kehidupan Yesus (keselamatan).[13]
Claude Marshall mengambil pandangan yang sama dari (2 Kor. 4:7), berkomentar: kerasulan adalah memanifestasikan duniawi dari Injil, dan penderitaan kerasulan memainkan bagian ini adalah pencerahan dalam bentuk memperluas pengorbanan Kristus. Teks berulang akan menolong penafsiran ini, seperti pada konteks umum, yang memusatkan penyabaran Injil (2 Kor. 4: 2-5,13).[14]
Christopher, W, Morgan and Robert A. Peterson, dapat menjelaskan bahwa  dalam memproklamasikan Injil, Tuhan bekerja melalui pengalaman penderitaan orang percaya. Allah membentang jiwa untuk tumbuh menjadi sesuatu yang lebih kuat dan lebih baik. air mata penderitaan tertentu membangun aspek baru untuk hidup lebih setia, Meskipun Allah dapat membawa hal yang tidak menyenangkan dari pengalaman- pengalaman itu sendiri.[15]
Penderitaan mendorong pertumbuhan rohani pada tingkat yang lebih dalam dan Penulis kitab Ibrani dapat menjelaskan tentang penderitaan Yesus. Yesus menjadi sempurna dalam penderitaan dan membawa banyak orang kepada kemuliaan, sehingga Penderitaan memainkan perang penting dalam kehidupan dan pelayanan orang percaya sehingga dari segi penderitaan dan airmata Paulus sebenarnya Yesus sendiri yang memainkan perang dalam pelayanan Paulus.[16]
Kehidupan Kristus dinyatakan di dalam pelayanannya adalah pembaharuan batinnya, dan mendapatkan kekuatan kebangkitan Kristus yang meneguhkan dia (2 Kor. 4:12b). Pekerjaan Kristus dengan kuasa kebangkitan-Nya  yang menyelubungi kerasulan Paulus, dia terlihat luar biasa sesaat penderitaan yang sedang mempersiapkan untuk  kemuliaan  yang kekal (2 Kor. 4:17). Dengan memperhatikan latarbelakang dia atas maka penulis tertarik untuk menulis SKRIPSI Kajian Biblika dengan Judul: KAJIAN BIBLIKA TENTANG FRASA HARTA INI KAMI PUNYAI DALAM BEJANA TANAH LIAT BERDASARKAN 2 KORINTUS 4:1-15 DAN IMPLEMENTASI DALAM PELAYANAN GEMBALA SIDANG MASA KINI.
Masalah Pokok
Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah.
            Pertama, apa makna pengajaran rasul Paulus tentang “Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat Berdasarkan 2 Korintus 4:1-15”?
            Kedua, bagaimana mengimplementasikan “Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat” dalam pelayanan Gembala Sidang masa kini?
Tujuan Penelitian
Penulisan skripsi ini bertujuan:
Pertama, untuk menjelaskan makna pengajaran Paulus tentang “Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat Berdasarkan 2 Korintus 4:1-15.”
Kedua, mengimplementasikan “Frasa Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat” dalam pelayanan Gembala Sidang Masa kini.


Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan dalam kajian biblika ini adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk dijadikan pedoman bagi Pelayanan Gembala Sidang agar dapat mengatasi tantangan, dan persoalan dalam pelayanan.
Kedua, sebagai bahan masukan bagi pelayanan Gembala Sidang yang sedang menghadapi tantangan, atau persoalan dalam pelayanan.
Ketiga, untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam mencapai gelar Sarjana Teologi di Sekolah Tinggi Filsafat Theologia Jaffray Makassar.
Metodelogi Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengunakan pola pendekatan kualitatif, pola pendekatan kualitatif adalah meneliti bahasa dan tafsiran Alkitab.[17] Oleh karena itu, penelitian kualitatif ini akan digunakan penulis untuk mengetahui bahasa tafsiran Alkitab. Dengan mengunakan kerangka penafsiran Hermeneutik.
Menurut Hasan Sutanto, “kerangka penafsiran Hermeneutik merupakan disiplin yang memikirkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan hukum-hukum yang dipakai secara universal untuk memahami dan menetapkan naskah Alkitab sesuai maksud penulis Alkitab.”[18] Osborne dapat menjelaskan bahwa “tujuan dari hermeneutika sebenarnya sederhana yaitu untuk menemukan maksud dari penulis.”[19] Jadi, kerangka penafsiran Hermeneutik bertujuan untuk mencari pengertian atau makna pengajaran yang merujuk pada teks Alkitab.
Kata Hermeneutik (Bahasa Inggris), atau Hermeneutika berasal dari kata Yunani, ερηνενω, yang berarti menginterpretasikan, menjelaskan, atau menterjemahkan suatu bagian Alkitab.[20] Selain dari itu penulis mengkritik teks untuk menyelidiki bahasa penafsiran Alkitab yang sesuai dengan penulis maksudkan. Andreas Subagyo menjelaskan dalam bukunya Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif. Kritik teks merupakan istilah umum menunjuk  pada analisis ayat-ayat Alkitab atau semua metodologi yang diterapkan untuk menyelidiki teks Alkitab.[21]
Kritik teks bagian dari ilmu yang berupaya menyusun dan menetapkan kembali teks asli Alkitab. Prosedurnya meliputi penyusunan kembali sejarah pemindahan dan penilaian dari nilai relatif naskah-naskah.[22] Oleh karena itu Penulis tertarik mengunakan pola pendekatan kualitatif dengan kritik struktur teks yang lebih dekat dengan deskrispi suatu bagian teks yang penulis kitab maksudkan untuk mendapatkan penjelasan pengajaran Paulus.
Pola Pendekatan ini yang akan digunakan oleh penulis untuk mendapatkan pengertian Pengajaran Paulus berdasarkan surat 2 Korintus 4:1-15 tentang “Tentang Frasa Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat.” Dengan mengunakan buku-buku dan jurnal internet yang berhubungan dengan judul yang di angkat penulis untuk menemukan makna pengajaran Paulus dan mengimplementasikannya dalam pelayanan Gembala Sidang pada masa kini.



Batasan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini Penulis memberikan batasan “Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat  berdasarkan 2 Korinrus 4:1-15.” Dan mengimplementasikan pada pelayanan Gembala Sidang masa kini.
Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan Kajian Biblika ini diklasifikasikan sebagai berikut:
Bab I, merupakan pendahuluan yang terdiri dari, latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, batasan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II, merupakan latar belakang kitab 2 Korintus yang terdiri dari, latar belakang kitab 2 korintus, penulis kitab 2 Korintus, tahun penulisan kitab 2 Korintus, penerima kitab 2 Korintus, tujuan penulisan kitab 2 Korintus, dan struktur kitab 2 Korintus.
Bab III, merupakan kajian biblika tentang frasa harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat yang terdiri dari, genre nas 2 Korintus 4:1-15, latar belakang konteks, konteks sebelum 2 Korintus 3:1-18, sesudah konteks 2 Korintus 4:16-18; 5:1-10, makna leksikal bejana tanah liat 2 Korintus 4:7, struktur teks 2 Korintus 4:1-15, metode pendekatan penafsiran, analisis teks 2 Korintus 4:1-15. bagian sub-sub yang terdiri dari; kami sebagai bejana tanah liat tetapi oleh karena kemurahan allah kami menerima pelayanan ini (4:1), kami sebagai bejana tanah liat tetapi kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan allah (4:2), untuk menolak segala perbuatan yang tersembunyi (4:2a), untuk menyatakan kebenaran allah (4:2b), kami sebagai bejana tanah liat yang dipilih untuk memberitakan ini injil terhadap (4:3-6), orang-orang yang tidak percaya (4:4a), pikiran yang telah dibutakan oleh ilah zaman ini (4:4b), kami sebagai bejana tanah liat namun kuasa yang melimpah-limpah  itu berasal dari allah (4:7-12), kami sebagai bejana tanah liat namun kami miliki roh iman sama (4:13-15).
Bab IV, merupakan hasil kajian biblika tentang frasa dan pembahasan mencakup aplikasi “makna harta dalam bejana tanah liat imlementasi dalam pelayan gembala sidang.” dengan sub-subnya, pelayanan gembala sebagai kemurahan allah, pelayanan gembala dalam kemurnian hati, pelayanan gembala berfokus pada pemberitaan injil, pelayanan gembala bersandar pada Allah, pelayanan gembala memiliki roh iman yang sama seperti Paulus.
Bab V, merupakan kesimpulan dan saran-saran.


[1] Matthew Henry, Tafsiran Surat Roma 1 & 2 Korintus (Surabaya: Momentum,  2015), 871.
[2] Warren W. Wiersbe, Be Encourage; God Can Turn Your Trials Into Triumphs: Comentary 2 Corinthians  (Canada: David C. Cook, 2012), 60.
[3] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus: Kekuatan Dalam Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011),  65.
[4] Dante Spender Mably, “Life In The New Creation: The Eschatological Character Of Paul Ministry and Theolgy  In Galatians,” (Thesis MA, Reformed Theology Seminary, 2007), 100, diakses. 17-Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Mably-Life_in_the_New_Creation.pdf
[5] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus: Kekuatan Dalam Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 68.
[6] John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 136.
[7] Evelyn Ashley, “Paul’s Paradigm For Ministry In 2 Corinthians: Christ Death And Resurrection,”  (Thesis Ph. D Murdoch University, 20060), 43,  diakses 17 February 2017. http://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/139/
[8] Claude Marshall, “Suffering Toward Sanctification, (Thesis, Reformed Theology Seminary,” 2008), 32-33.  Diakses. 17 Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Marshall_Suffering_Toward_Sanctification.pdf
[9] Maud A Rider, Unconditional Devotion: Complete Subservience To God (America: Xlibris, 2011), 460.
[10] Dante Spender Mably, “Life In The New Creation: The Eschatological Character Of Paul Ministry and Theolgy  In Galatians,” (Thesis MA, Reformed Theology Seminary, 2007), 31. Diakses. 17 Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Mably-Life_in_the_New_Creation.pdf
[11] Donald Guthrie, The Eerdmans Bible Comentary: The New Bible Commentary  (America: Eerdmans, 1987), 993.
[12] Rober L. Plummer, “The Role Of Suffering In Mission Of Paul And The Mission Of The Church,”  Journal, The Southern Baptist Journal Of Theology, (2013), 7, diakses 17 Februari 2017.
[13] Hanny Frederik, ”Konsep Persatuan Dengan Kematian dan Kebangkitan dengan Kristus” Jurnal Jaffray, 13, No. 2, (Oktober 2015): 238-237, diakses 17-02-2017
[14] Claude Marshall, Suffering Toward Sanctification, (Thesis, Reformed Theology Seminary, 2008), 14 diakses, 14 Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Marshall_Suffering_Toward_Sanctification.pdf
[15] Christopher, W. Morgan & Robert A. Peterson, The Glory Of God (America: Crossway, 2010), 107.
[16] Paul L. King, “John  A. MacMillan: Pioneer Missionary of Spiritual Warfare and The Believer’s  Autority” Jurnal Jaffray, 14. No. 1  (April 2016), 8-9, diakses 10 Maret 2017.
[17] Hengki Wijaya (Ed.), Metodologi Penelitian Pendidikan Teologi  (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2016), 32.
[18] Hasan Susanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab  (Malang: Literatur SAAT, 2011), 3.
[19] Grant R. Osborne, Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi Penafsiran Alkitab (Surabaya: Momentum, 2012), 5.
[20] Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab  (Malang :SAAT, 2007), 1.
[21] Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif: Termasuk Riset Teologi dan Keagamaan  (Bandung: Kalam Hidup, 2004), 127.
[22] Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab  (Malang :SAAT, 2007), 128.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar