LARIUS JAFFRAY TABUNI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Pelayanan Paulus di
jemaat Korintus merupakan salah satu jemaat yang merepotkan dirinya karena
ketidakstabilan kerohanian dalam jemaat. Kehidupan jemaat tidak sesuai dengan
apa yang diajarkan firman Tuhan. Untuk memahami surat 2 Korintus 4:1-15 ada
kata kunci dari ajaran Paulus dalam pelayanannya yaitu: ”Kami Punyai Harta Ini Dalam Bejana Tanah Liat (2 Kor. 4:7).” Ayat
ini merupakan penjelasan penderitaan dan kelemahan tubuh manusia dengan
kemenangan pesan yang mereka sampaikan dalam
menangani masalah-masalah di Korintus.[1]
Alasan Paulus (2 Kor. 4:7-13), adalah ia menderita dengan
Yesus sehingga ia dapat mengalami kebangkitan hidup dengan Yesus. Di sini
Paulus menjelaskan mengenai (2 Korintus. 4: 13-18).
Warren W. Wiersbe mengutip
dalam bukunya (Be Encourage mengenai 2
Corinthians) mengenai (2 Kor 4:7) “Kami
miliki harta ini dalam bejana tanah liat”.
Dalam salah satu
kata yang digunakan Paulus dalam pelayanan mengenai bejana tanah liat yang
paling menarik dalam surat 2 Korintus 4:7, ialah Ia menjelaskan bahwa bejana
tanah liat adalah nilai kerendahan diri Paulus dalam pelayanannya, Paulus
melihat pada diri sebagai seorang rendahan, atau bejana tanah liat yang mudah rapuh
tetapi Tuhan memilih bejana tanah liat yang mudah rapuh itu untuk bekerja
bagi-Nya.[2]
Meskipun dalam
pelayanan Paulus dituntut nyawa sendiri namun Paulus menyakini bahwa Tuhan
menyelamatkan dia dari keputusasaan dan kehancuran. Sebagaimana penderitaan
bagaikan penderitaan Kristus. Penderitaan yang berulang ulang di alaminya bukti
dari kuasa kebangkitan Tuhan (2 Kor. 4:10-11; 2 Kor. 1:9-10). Kuasa itu
dinyatakan saat Paulus putus asa menghadapi penderitaan dan perlawanan
musuhnya. Iman akan kuasa Tuhan membuat Paulus tidak diam tetapi dia berkata-kata
atas keyakinannya (2 Kor. 4:13).[3]
Pengalaman-pengalaman
Paulus dapat menguatkan jemaat di Korintus, supaya kebangkitan Kristus yang
telah dia alami akan membangkitkan juga orang percaya di Korintus. Maka
penderitaan yang Paulus alami akan berujung pada kemuliaan Allah (2 Kor.
4:14-15). Menjelaskan Mazmur 116:10 Paulus mengemukakan alasan mengapa ia
berbicara. Ayat ini secara mutlak mengajarkan bahwa Roh Kudus merupakan sumber
dari iman. Alkitab dan kesaksian. Kata kami memang cocok: Paulus seperti Daud;
percaya sehingga berkata-kata; kedua ungkapan ini dipersatukan di dalam iman.
(Ibr. 11:39, 40).[4]
Paulus bertekun karena
Kristus telah bangkit. Kami melihat kuasa Kristus diwujudkan dalam pelayanan
Paulus (2 Kor. 6: 9-10). Meskipun Paulus
menghadapi tekanan dari berbagai kritikan, melalui mata imannya dapat melihat
bagaimana Kristus di surga memperbaharui dirinya dalam hati dari hari ke hari
(2 Kor. 4:16). Kehidupan Kristus dinyatakan di dalam dia adalah pembaharuan
batinnya, kuasa kebangkitan Kristus mengubah dia.[5]
John MacArthur, memiliki
cacatatan yang menarik dalam bukunya (Kitab Kepemimpinan), mengenai bejana
tanah liat.
Bejana adalah wadah sekali pakai dari dunia
kuno, sehingga masa hidup mereka pada umumnya beberapa tahun yang paling
beruntung. Bejana digunakan untuk menyimpan dan mengangkut air dan minyak
zaitun dan anggur dan biji-bijian dan bahkan menyimpang harta kekayaan. Gerabah
bejana adalah bagian dari anonim untuk hidup sehari-hari karena mereka
mengunakan untuk memasak makanan dan pakai minum dan menyimpan sisa makanan. Setiap
bagian penggalian arkeologi domestik mengandung sisa-sisa, tidak ada yang
mencatat guci tanah liat lebih daripada wadah makanan lain. dipakai hanya untuk
kenyamanan. Barang tersebut murah dan mudah
pecah. Dengan demikian, guci tanah liat menjelaskan kelemahan tubuh
manusia. Seperti guci tanah liat manusia adalah makluk yang lemah, manusia yang
fana. 2 Kor. 4:7 dalam Kelemahan tubuh manusia Tuhan mentransfer kuasa-Nya
untuk memberitakan Injil).[6]
Evelyn menuliskan 2 Korintus 4: 7, Kami punyai harta ini dalam bejana tanah menunjukkan bahwa kekuatan ini dari
Allah dan bukan dari kami sehingga semua
pelayanan yang dilakukakan Paulus bersama dengan kawan-kawannya memiliki
kekuatan dalam pelayanan untuk menunjukkan kekuatan Allah yang dapat menolong
mereka dalam pelayanan.[7]
Untuk memahami kata
yang digunakan (2 Kor. 4:7) ”harta
karun” namun yang mungkin telah ditetapkan yang terkandung dalam
makna tanah liat yang rapuh, nyawa
manusia yang lemah ini dapat
menjelaskan bahwa Allah
mendemonstrasikan diri melalui ciptaan-Nya. Bagian ini berhubungan terutama dengan pengajaran Paulus pada penderitaan kerasulannya. Yang
berkata:
Tetapi kami memiliki harta ini dalam bejana tanah liat, sehingga mungkin jelas bahwa kekuatan ini dari Allah dan tidak datang dari kami. Kami menderita dalam segala hal; namun tidak terjepit, bingung; namun
tidak putus asa, dianiaya; namun tidak ditinggalkan, dihempaskan, namun tidak binasa. Kematian Yesus selalu membawa kedalam tubuh kami, sehingga kehidupan Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami. Untuk sementara kami hidup, kami terus memberitakan Injil
tentang Yesus sampai mati demi Yesus, sehingga kehidupan Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana
yang bekerja di dalam kami, dan kami hidup giat maut didalam kamu.[8]
Kami memiliki roh iman yang sama yang sesuai dengan Kitab Suci, kami percaya, oleh karena itu kami berkata-kata, karena kami tahu bahwa orang yang membangkitkan Tuhan Yesus, akan
membangkitkan kami juga dengan Yesus, dan akan membawa kami dengan kamu ke dalam kehadirannya. Semuanya demi kamu, sehingga kasih karunia itu
meluas ke lebih banyak orang dan ucapan
syukur bertambah untuk kemuliaan
Allah (2 Kor.
4:7-15).[9]
Dengan menggunakannya kata ”kami” bagian ini, Paulus membedakan dirinya dari
orang-orang Korintus. ”Kami” juga mungkin termasuk para rasul lainnya
umumnya atau setidaknya rasul Paulus dengan rekan kerja (Timotius dan Titus),
(2 Kor. 4:13) terjadi di tengah-tengah pertahanan Paulus terhadap
berbagai kritik. Beberapa orang rupanya menuduh Paulus sebagai seorang yang
tidak tulus (2
Kor. 2:17), mereka berusaha menjatuhkannya (2 Kor. 3:1), bahwa ia tidak kompeten (2
Kor. 3: 5), ia tidak jelas dalam
ajarannya (2 Kor. 4:
3), dan tujuan
semua kritik untuk membatalkan Paulus
sebagai utusan
yang dipilih Allah (2 Kor. 1: 3-11; 4:7-15; 6:4).[10]
Donald Guthrie
mengomentari: Korintus 4:7,
Penjelasan
bejana tanah liat di sini mulai berubah. harta adalah ”Pengetahuan tentang
kemuliaan Allah” yang dimiliki Paulus. Jadi, Paulus, dengan nada kerendahan
hati yang mendalam, ”bersama kami.” memiliki harta yang tak ternilai. Bagian
ini adalah instruktif, yang menunjukkan bahwa kelemahan tubuh. ”sehingga,”
katanya; ”kami mengakui semua yang dikatakan pada nilai benda yaitu nilai pada bejana
itu, nilai benda atau bejana itu adalah diri kami namun orang-orang dapat
melihat kekuatan yang berasal dari
Allah, dan bukan dari diri kami sendiri.” Kata-kata yang mengikuti, kontras
penderitaan dan kelemahan tubuh dengan berbagai cara di mana mereka menanggun
melalui anugerah penguatan Allah, menunjukkan urutan yang mendasari pemikiran.[11]
Paulus memberitakan di
hadapan Allah, artinya, di hadapan dia yang satu-satunya dapat menyatuhkan
penilaian terakhir terhadap pelayanannya (2 Kor. 1:7; 5:1). Paulus tahu, tidak
semua menerima kebenaran itu. Itu tidak berarti bahwa pesannya itu tidak jelas.
Bukan pula karena Paulus tidak dapat mengungkapkan dirinya sederhana dan jelas
(meskipun orang-orang pada zamannya kadang-kadang merasa bahwa Paulus sulit di
pahami (1 Pet. 3:16), atau karena ia tidak mempunyai kemampuan dalam berbicara
yang mudah di pahami dan penampilan fisik yang mengesankan (2 Kor. 10:10;
11:6). Tidak, bila Injil Paulus tetap terselubung atau tidak dipahami (2 Kor.
3:15), kesalahannya terletak pada diri para pendengar yang akan binasa karena
mereka tetap tidak mau percaya (2 Kor. 2:15; 1 Kor. 1:18).
Paulus ingin menunjukkan
bahwa tujuan mereka kepada
Allah. Juga,
dari bagian ini, kita menemukan bahwa Paulus menderita karena memproklamasikan Injil. Fakta ini dapat diperjelas oleh deskripsi kiasan Paulus dari penderitaan sebagai kematian
Tuhan Yesus membawa dalam tubuh
sendiri (2 Kor. 4:10).[12]
Paulus melihat penderitaan sebagai gambaran, dalam arti, kematian Yesus. Ketika Rasul menderita
dalam pemberitaan Injil,
ia mengenakan ”penderitaan Yesus” sebagai hasil dari gambaran hidup, melalui pengalaman
Paulus dari ”kematian” oleh penderitaan diulang, ia memberikan ”kehidupan Yesus” (keselamatan).[13]
Claude Marshall mengambil pandangan yang sama dari (2 Kor. 4:7), berkomentar: kerasulan adalah memanifestasikan duniawi dari Injil, dan penderitaan kerasulan memainkan bagian ini adalah pencerahan dalam bentuk memperluas pengorbanan Kristus. Teks berulang akan menolong penafsiran ini, seperti pada konteks umum, yang memusatkan penyabaran Injil (2 Kor. 4: 2-5,13).[14]
Christopher, W, Morgan
and Robert A. Peterson,
dapat
menjelaskan bahwa dalam memproklamasikan
Injil, Tuhan bekerja melalui pengalaman penderitaan orang percaya. Allah
membentang jiwa untuk tumbuh menjadi sesuatu yang lebih kuat dan lebih baik. air
mata penderitaan tertentu membangun aspek baru untuk hidup lebih setia, Meskipun
Allah dapat membawa hal yang tidak menyenangkan dari pengalaman- pengalaman itu
sendiri.[15]
Penderitaan mendorong
pertumbuhan rohani pada tingkat yang lebih dalam dan Penulis kitab Ibrani dapat
menjelaskan tentang penderitaan Yesus. Yesus menjadi sempurna dalam penderitaan
dan membawa banyak orang kepada kemuliaan, sehingga Penderitaan memainkan
perang penting dalam kehidupan dan pelayanan orang percaya sehingga dari segi
penderitaan dan airmata Paulus sebenarnya Yesus sendiri yang memainkan perang
dalam pelayanan Paulus.[16]
Kehidupan Kristus
dinyatakan di dalam pelayanannya adalah pembaharuan batinnya, dan mendapatkan
kekuatan kebangkitan Kristus yang meneguhkan dia (2 Kor. 4:12b). Pekerjaan
Kristus dengan kuasa kebangkitan-Nya
yang menyelubungi kerasulan Paulus, dia terlihat luar biasa sesaat
penderitaan yang sedang mempersiapkan untuk
kemuliaan yang kekal (2 Kor.
4:17). Dengan memperhatikan latarbelakang dia atas maka penulis tertarik untuk
menulis SKRIPSI Kajian Biblika dengan Judul: KAJIAN BIBLIKA TENTANG FRASA HARTA INI KAMI PUNYAI DALAM BEJANA TANAH
LIAT BERDASARKAN 2 KORINTUS 4:1-15 DAN IMPLEMENTASI DALAM PELAYANAN GEMBALA
SIDANG MASA KINI.
Masalah
Pokok
Dengan memperhatikan
latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini
adalah.
Pertama, apa makna pengajaran rasul
Paulus tentang “Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat Berdasarkan 2
Korintus 4:1-15”?
Kedua, bagaimana mengimplementasikan
“Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat” dalam pelayanan Gembala Sidang
masa kini?
Tujuan
Penelitian
Penulisan skripsi ini
bertujuan:
Pertama,
untuk menjelaskan makna pengajaran Paulus tentang “Harta Ini Kami Punyai Dalam
Bejana Tanah Liat Berdasarkan 2 Korintus 4:1-15.”
Kedua,
mengimplementasikan “Frasa Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah Liat” dalam
pelayanan Gembala Sidang Masa kini.
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat
penulisan dalam kajian biblika ini adalah sebagai berikut:
Pertama,
untuk dijadikan pedoman bagi Pelayanan Gembala Sidang agar dapat mengatasi
tantangan, dan persoalan dalam pelayanan.
Kedua,
sebagai bahan masukan bagi pelayanan Gembala Sidang yang sedang menghadapi
tantangan, atau persoalan dalam pelayanan.
Ketiga,
untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam mencapai gelar Sarjana
Teologi di Sekolah Tinggi Filsafat Theologia Jaffray Makassar.
Metodelogi
Penelitian
Dalam penulisan skripsi
ini penulis mengunakan pola pendekatan kualitatif, pola pendekatan kualitatif
adalah meneliti bahasa dan tafsiran Alkitab.[17] Oleh
karena itu, penelitian kualitatif ini akan digunakan penulis untuk mengetahui
bahasa tafsiran Alkitab. Dengan mengunakan kerangka penafsiran Hermeneutik.
Menurut Hasan Sutanto, “kerangka penafsiran Hermeneutik merupakan disiplin
yang memikirkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan hukum-hukum yang dipakai
secara universal untuk memahami dan menetapkan naskah Alkitab sesuai maksud
penulis Alkitab.”[18] Osborne dapat menjelaskan bahwa “tujuan
dari hermeneutika sebenarnya sederhana yaitu untuk menemukan maksud dari
penulis.”[19] Jadi, kerangka penafsiran Hermeneutik bertujuan
untuk mencari pengertian atau makna pengajaran yang merujuk pada teks Alkitab.
Kata Hermeneutik
(Bahasa Inggris), atau Hermeneutika berasal dari kata Yunani, ερηνενω, yang
berarti menginterpretasikan, menjelaskan, atau menterjemahkan suatu bagian
Alkitab.[20]
Selain dari itu penulis mengkritik teks untuk menyelidiki bahasa penafsiran
Alkitab yang sesuai dengan penulis maksudkan. Andreas Subagyo menjelaskan dalam
bukunya Pengantar Riset Kuantitatif dan
Kualitatif. Kritik teks merupakan istilah umum menunjuk pada analisis ayat-ayat Alkitab atau semua
metodologi yang diterapkan untuk menyelidiki teks Alkitab.[21]
Kritik teks bagian dari
ilmu yang berupaya menyusun dan menetapkan kembali teks asli Alkitab.
Prosedurnya meliputi penyusunan kembali sejarah pemindahan dan penilaian dari
nilai relatif naskah-naskah.[22] Oleh
karena itu Penulis tertarik mengunakan pola pendekatan kualitatif dengan kritik
struktur teks yang lebih dekat dengan deskrispi suatu bagian teks yang penulis
kitab maksudkan untuk mendapatkan penjelasan pengajaran Paulus.
Pola Pendekatan ini
yang akan digunakan oleh penulis untuk mendapatkan pengertian Pengajaran Paulus
berdasarkan surat 2 Korintus 4:1-15 tentang “Tentang Frasa Harta Ini Kami
Punyai Dalam Bejana Tanah Liat.” Dengan mengunakan buku-buku dan jurnal
internet yang berhubungan dengan judul yang di angkat penulis untuk menemukan
makna pengajaran Paulus dan mengimplementasikannya dalam pelayanan Gembala
Sidang pada masa kini.
Batasan
Penelitian
Dalam penulisan skripsi
ini Penulis memberikan batasan “Harta Ini Kami Punyai Dalam Bejana Tanah
Liat berdasarkan 2 Korinrus 4:1-15.” Dan
mengimplementasikan pada pelayanan Gembala Sidang masa kini.
Sistematika
Penulisan
Sistematika Penulisan
Kajian Biblika ini diklasifikasikan sebagai berikut:
Bab I, merupakan
pendahuluan yang terdiri dari, latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, batasan penulisan, manfaat penulisan, dan
sistematika penulisan.
Bab II, merupakan latar
belakang kitab 2 Korintus yang terdiri dari, latar belakang kitab 2 korintus,
penulis kitab 2 Korintus, tahun penulisan kitab 2 Korintus, penerima kitab 2 Korintus,
tujuan penulisan kitab 2 Korintus, dan struktur kitab 2 Korintus.
Bab III, merupakan
kajian biblika tentang frasa harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat yang
terdiri dari, genre nas 2 Korintus 4:1-15, latar belakang konteks, konteks sebelum 2 Korintus 3:1-18,
sesudah konteks 2 Korintus
4:16-18; 5:1-10, makna leksikal bejana tanah liat 2 Korintus 4:7, struktur teks
2 Korintus 4:1-15, metode pendekatan penafsiran, analisis teks 2 Korintus
4:1-15. bagian sub-sub yang terdiri dari; kami sebagai bejana tanah liat
tetapi oleh karena kemurahan allah kami menerima pelayanan ini (4:1), kami
sebagai bejana tanah liat tetapi kami menyerahkan diri kami untuk
dipertimbangkan oleh semua orang dihadapan allah (4:2), untuk menolak segala
perbuatan yang tersembunyi (4:2a), untuk menyatakan kebenaran allah (4:2b), kami
sebagai bejana tanah liat yang dipilih untuk memberitakan ini injil terhadap
(4:3-6), orang-orang yang tidak percaya (4:4a), pikiran yang telah dibutakan oleh ilah zaman ini (4:4b), kami
sebagai bejana tanah liat namun kuasa yang melimpah-limpah itu berasal dari allah (4:7-12), kami sebagai bejana tanah liat namun
kami miliki roh iman sama (4:13-15).
Bab IV, merupakan hasil
kajian biblika tentang frasa dan pembahasan mencakup aplikasi “makna harta dalam
bejana tanah liat imlementasi dalam pelayan gembala sidang.” dengan sub-subnya,
pelayanan gembala sebagai kemurahan allah, pelayanan gembala dalam kemurnian hati, pelayanan gembala berfokus pada
pemberitaan injil, pelayanan gembala bersandar pada Allah, pelayanan gembala
memiliki roh iman yang sama seperti Paulus.
Bab V, merupakan
kesimpulan dan saran-saran.
[1] Matthew Henry, Tafsiran Surat Roma 1 & 2 Korintus
(Surabaya: Momentum, 2015), 871.
[2] Warren W. Wiersbe, Be Encourage; God Can Turn Your Trials Into
Triumphs: Comentary 2 Corinthians (Canada:
David C. Cook, 2012), 60.
[3] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus: Kekuatan Dalam
Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 65.
[4] Dante Spender Mably, “Life In
The New Creation: The Eschatological Character Of Paul Ministry and
Theolgy In Galatians,” (Thesis MA, Reformed
Theology Seminary, 2007), 100, diakses. 17-Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Mably-Life_in_the_New_Creation.pdf
[5] V. C. Pfitzner, Ulasan Atas Surat 2 Korintus: Kekuatan Dalam
Kelemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 68.
[6] John MacArthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin
Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 136.
[7] Evelyn Ashley, “Paul’s Paradigm For Ministry In 2 Corinthians:
Christ Death And Resurrection,” (Thesis
Ph. D Murdoch University, 20060), 43,
diakses 17 February 2017. http://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/139/
[8] Claude Marshall, “Suffering
Toward Sanctification, (Thesis, Reformed Theology Seminary,” 2008), 32-33. Diakses. 17 Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Marshall_Suffering_Toward_Sanctification.pdf
[9] Maud A Rider, Unconditional
Devotion: Complete Subservience To God (America: Xlibris, 2011), 460.
[10] Dante Spender Mably, “Life In
The New Creation: The Eschatological Character Of Paul Ministry and
Theolgy In Galatians,” (Thesis MA,
Reformed Theology Seminary, 2007), 31. Diakses. 17 Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Mably-Life_in_the_New_Creation.pdf
[11] Donald Guthrie, The Eerdmans Bible Comentary: The New Bible
Commentary (America: Eerdmans, 1987), 993.
[12] Rober L. Plummer, “The Role Of
Suffering In Mission Of Paul And The Mission Of The Church,” Journal, The Southern Baptist Journal Of
Theology, (2013), 7, diakses 17 Februari 2017.
[13] Hanny Frederik,
”Konsep Persatuan Dengan Kematian dan Kebangkitan dengan Kristus” Jurnal
Jaffray, 13, No. 2, (Oktober 2015): 238-237, diakses 17-02-2017
[14] Claude Marshall, Suffering
Toward Sanctification, (Thesis, Reformed Theology Seminary, 2008), 14 diakses, 14
Februari 2017. https://www.rts.edu/sharedresources/documents/global/Student_Theses/Marshall_Suffering_Toward_Sanctification.pdf
[16] Paul L. King, “John A. MacMillan: Pioneer Missionary of Spiritual Warfare and The Believer’s Autority” Jurnal Jaffray, 14. No. 1 (April 2016), 8-9, diakses 10 Maret 2017.
[17] Hengki Wijaya (Ed.), Metodologi Penelitian Pendidikan Teologi (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2016),
32.
[18] Hasan Susanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran
Alkitab (Malang: Literatur SAAT,
2011), 3.
[19] Grant R. Osborne, Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif
bagi Penafsiran Alkitab (Surabaya: Momentum, 2012), 5.
[20] Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran
Alkitab (Malang :SAAT, 2007), 1.
[21] Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif:
Termasuk Riset Teologi dan Keagamaan (Bandung: Kalam Hidup, 2004), 127.
[22] Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran
Alkitab (Malang :SAAT, 2007), 128.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar