Rabu, 14 Juni 2017

BAB IV IMPLEMENTASINYA DALAM PELAYANAN GEMBALA MASA KINI (SKRIPSI LARIUS JAFFRAY TABUNI)




LARIUS JAFFRAY TABUNI
BAB IV
MAKNA HARTA DALAM BEJANA TANAH LIAT IMPLEMENTASI DALAM PELAYANAN GEMBALA SIDANG MASA KINI
Pelayanan Gembala Sebagai Kemurahan Allah 2Kor 4:1
Pelayanan Paulus dapat menjelaskan Pelayanan sebagai kemurahan Allah. Dalam bahasa Yunani “eleetemen”. Paulus melihat diri seorang yang tidak layak namun Allah yang mempercayakan pelayanan-Nya, sehingga untuk memahami konsep pemahaman Paulus. Gambaran yang cukup tepat dari arti pelayanan Paulus yang muncul dari 2 Korintus. Disini bukanlah gambaran tentang tubuh, melainkan pertentangan antara kegelapan dan terang yang menjadi titik sentral.[131]
Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati. Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. 2 Kor 4:1-6).[132]

Diakonia atau Pelayanan, yang Paulus tunjukkan disini, merupakan bagian dari kerasulannya sendiri, yang ia dipertahankan dari tuntutan para pemfitnah dan penipu, perlu menyelidiki lebih lanjut perihal berapa lama kerasulan Paulus dapat menjadi model  dari bentuk-bentuk pelayananya yang menyatakan kehendak Tuhan. termasuk pelayanan sekarang ini.[133]
Yang mencolok dalam bagian ini yang memungkinkan pelayanan bukanlah karunia Paulus, bukan kharisma atau kharisma-kharisma lain membuat Paulus mampu memberitakan Inji kerajaan surga , tetapi kemurahan hati Allah, kenyataan yang serupa yang membawa Paulus kepada iman dan kepada misinya diposisikan hal paling utama dalam pelayananya. Kesejajaran terdekat bukanlah dengan 1 Korintus 12 atau Roma 12, melainkan justru Galatia 1:13-16; Paulus menganggap panggilan sebagai Anugerah Allah. Bagian 2 Korintus mengingatkan rasul Paulus menerima pelayan terlepas dari kemurahan hati, pembicaraan tentang karunia-karunia roh tampak tidak tepat. Ia mengetahui jemaat Korintus mampu bermegah diri, meskipun hal itu karena karunia. Seseorang jatuh dalam kesombongan karena memperoleh karunia serta disanjung-sanjung sebagai yang memiliki kharisma. Namun, dalam kemurahan yang telah diterima Paulus dengan jelas dan nyata.[134]
Rasul Paulus menunjuk diri seorang hamba, doulos, dapat menjelaskan pelayanan sebagai  kemurahan Allah. “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hamba-Mu karena kehendak Yesus” (2 Kor. 4:5). Peciptaan diperbaharui melalui ciptaan baru. Sinar yang bercaya pada permulaan yang diterangi oleh sinar Allah dalam wajah Kristus. Sinar ini membawa para rasul keluar dari kegelapan. Meski disini Paulus tidak sedang membahas seluruh lingkup karunia dalam jemaat, sudah jelas ia memahami kerasulan bukan saja sebagai karunia, melainkan kemurahan Allah. Tanda penebusan ciptaan baru yang Allah sediakan di dalam Yesus Kristus. Untuk menjadi seorang pelayan Tuhan dan memberitakan tentang Injil Kristus yaitu rahasia kerajaan surga yang Dia terima dari Allah.[135]
Kemudian Gembala perlu memahami konsep Paulus tentang gambaran pelayananya. Paulus menjelaskan pelayanan sebagai kemurahan Allah atau rahmat  Allah bukan karunia atau kharisma oleh karena pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada Paulus bukan karena Paulus layak tetapi sebaliknya. Paulus melihat diri sebagai seorang laki-laki yang tidak layak namun pelayanan yang Tuhan percayakan itu oleh karena kemurahan-Nya.
Pelayanan pada masa Paulus, pelayanan disebut sebagai  rahmat Allah yang mempercayakan pelayanan-Nya kepada orang-orang pilihannya untuk selamatkan jiwa-jiwa yang binasa oleh karena kehidupan mereka masih mengikuti keinginan daging atau hawa nafsu. Dari konsep Paulus Menjadi ”hamba Tuhan” merupakan panggilan setiap orang percaya. Yang menyebut Hamba Tuhan berarti mereka telah ditebus dari pelanggaran-pelanggaran dan Tuhan menganugerahkan pelayan-Nya terhadap orang yang ditebusnya.[136]
Tradisi Yunani Hamba Tuhan dikhususkan untuk melayani meja. Sangat beralasan jika kehidupan mereka dipersembahkan untuk melayani Dia (Rm. 12:1-2). Namun dalam artian lebih sempit, istilah “hamba Tuhan,” dapat ditujukan bagi mereka yang melayani Tuhan dalam jabatan tertentu, seperti menjadi Gembala Sidang, Majelis, Pendeta, Penginjil, Pengurus serta aktivis gereja lainnya. Memiliki pekerjaan sebagai ”hamba Tuhan” sangatlah menyenangkan, karena melayani Tuhan adalah mengerjakan pelayanan yang bersifat rohani dan bersifat kekal (Why. 14:13).[137]
A Noordgraaf dalam bukunya (Orientasi Diakonia Gereja) mengutip mengenai pelayanan diakonia oleh para rasul dan khotbah-khotbah mereka bahkan pelayanan lain yang berhubungan dengan jemaat-jemaat yang mereka layani.
Khotbah para rasul di Yerusalem disebut Pelayanan Firman dalam Kisah Para Rasul 6:4. Paulus melihat kerasulannya di antara bangsa-bangsa sebagai diakonia (2 Kor. 3:3) yang dijelaskan lebih lanjut sebagai diakonia pendamaian (2 Kor. 5:18). Dirinya sendiri serta rasul-rasul lainnya sebagai pelayan Kristus (2 Kor. 11:23) dan juga pelayan Jemaat (Kol. 1:25). Rekan kerja rasul, seperti epafras (Kol. 4:12), Timotius (1 Tes. 3:2), dan banyak lainnya disebut pelayan Kristus. Pelayanan mereka memiliki berkhotbah, mengajar, menggembalakan, memimpin jemaat, mengadakan kunjungan, mengumpulkan kolokte dan mengantar uang kepada saudara-saudara di Yerusalem yang juga disebut diakonia (2 Kor. 8:19; Rm. 15:25). Lihat juga (Ef. 4:12), persiapan untuk melakukan pelayanan. Filipi 1:1, Timotius 3:8, 12 menyebut diakonoi disini mempunyai arti teknis dari orang yang memegan jabatan tertentu dalam jemaat yang pekerjaannya harus dilihat hubungan erat dengan pekerjaan pemimpin-pemimpin.[138]

Dirinya sendiri serta rasul-rasul lainnya dilihat sebagai rasul Kristus Melayani Tuhan adalah rahmat Allah yang dipercayakan pelayanan-Nya kepada setiap Gembala atau pelayan untuk tujuan-Nya yang kekal. Salah satu ungkapan Paulus (1 Kor. 3:10-11) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang telah dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar selain dari pada dasar yang telah diletakkan Yesus Kristus.[139]
Jadi, bagi Paulus menjadi fokus pemberitaannya ialah Kristus sehingga dalam pengalaman-pengalaman pelayanan Paulus sangat menyenangkan oleh karena banyak penderitaan yang ia tanggun namun pelayanan sebagai kemurahan Allah sehingga Paulus tidak menyerah, tetapi dalam pelayanan Paulus dapat ditemukan bahwa Paulus menyerahkan diri sepenunhya kepada Tuhan oleh karena kecintaan terhadap pelayannya sehingga orang-orang yang membantah dia dengan alasan yang bukan-bukan mengenai diri Paulus dan pelayannya. Paulus tidak pernah menyerah dengan tuduhan-tuduhan yang membantahnya.[140]
Oleh karena itu, dalam pelayanan seorang Gembala masa sekarang. Pelayanan seperti ini bukanlah hal yang mudah untuk kerjakan. Penyebabnya adalah setiap Gembala masih mengenakan tubuh fana yang disebut Paulus sebagai “bejana tanah liat (Kor. 4:7).” Selama Gembala mengenakan tubuh yang fana ini dan hidup dalam dunia, Gembala masih merasakan beban berat, kelemahan, putus asa, dianiaya, difitnah, disakiti dan sebagainya. Semuanya itu bisa saja membuat Gembala tinggalkan panggilan sebagai gembala Sidang, karena Gembala Sidang masih memakai tubuh manusia namun Tuhan meneguhkan hamba yang dipanggilnya untuk Tujuan kemuliaan-Nya.[141]
Paulus mengingatkan Gembala Sidang atau Pelayan melalui teladan hidupnya (2 Kor. 4:7, bahwa apabila Gembala melayani Tuhan, alangkah baiknya jika Gembala tidak mendasarkannya pada dunia maupun tubuh yang fana. Dasar yang benar untuk melayani Dia adalah karena kemurahan-Nya (2 Kor. 4:1).[142] Itulah sebabnya, kesulitan dalam pelayanan Paulus tidak tawar hati, karena anugerah Allah menjamin segala kemuliaan yang akan diterimanya, sementara ia harus berjuang dan mengalami penderitaan di dunia ini (2 Kor. 4:16-18).
Choan–Seng Song dalam bukunya, Allah Yang Turut Menderita dapat menjelaskan mengenai pelayanan Gembala dan campur tangan Tuhan dalam pelayanan.
gembala tidak bisa jujur kecuali bila mengakui bahwa gembala harus hidup didalam dunia etsi deus non daretur (seakan-akan Allah tidak ada). Dan justru inilah gembala akui dihadapan Allah! Allah sendiri memaksa gembala mengakui-Nya. Allah ingin seorang gembala tahu gembala harus mengatur hidup tanpa Dia. Allah bersama gembala adalah meningalkan gembala (Mark. 15:34). Allah yang membiarkan gembala hidup di dunia tanpa hipotesa kerja tentang Allah adalah Allah yang dihadapan gembala terus-menerus berdiri. Dihadapan Allah dan dengan Allah Gembala hidup tanpa Allah. Allah membiarkan diri-Nya didorong keluar dari dunia ke salib. Ia lemah dan tak berdaya di dunia, dan justru itu caranya, satu-satunya bagi Dia berada bersama dan menolong gembala dalam pelayanan melalui penderitaan gembala semakin dimampukan untuk pelayanan kemuliaan-Nya.[143]

Janganlah putus asa dalam melayani Tuhan. Apabila Gembala menghadapi kesulitan, atau tidak diindahkan orang. Sesungguhnya, semuanya itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan diterima di dalam Kristus Yesus. Janganlah patah hati. Pikiran seorang Gembala jangan tertuju kepada apa yang kelihatan di dunia ini, namun arahkan pandangan pada kemuliaan yang akan dinyatakan kepada setiap pelayan Tuhan oleh Allah.[144]
Pelayanan Gembala Dalam Kemurnian Hati
Pelayanan Gembala dalam kemurnian hati merupakan penyerahan diri dalam pelayanan sama seperti Paulus dengan berani menyerahkan diri dengan ketulusan hati terhadap Pelayanan. Pelayanan dengan ketulusan hati merupakan bagian dari penyerahan sepenuhnya terhadap kehendak Tuhan. Paulus dalam pelayanannya ia memberitakan Injil ke dunia. Ia menempatkan dirinya sebagai hamba Kristus Yesus, untuk melayani orang-orang Korintus sebagai wujud pelayanan kepada Yesus Kristus. Inilah yang dikatakannya tentang pelayanan: ”Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hamba-Nya  karena kehendak Yesus”.[145]
Paulus dapat mengingatkan orang-orang Korintus dalam pelayananya dengan mencurahkan isi hatinya. Ia mengingatkan semua rasa simpati yang menjadi ciri hubungan antara rasul dengan jemaat. Sesudah berbicara secara pribadi (2 Kor. 4:8-15; 6:4-10), ia sekarang mengingatkan orang-orang Korintus akan kehebatan panggilan mereka dalam Allah dan kemudian cara mendesak dan penuh perasaannya mendorong mereka untuk memperhatikan jati diri dalam hubungan mereka dengan penerimaan terhadap dirinya. Paulus mempertahankan ketulusan hatinya dan ia mengundang orang-orang Korintus untuk memberi kesaksian akan keterbukaan hatinya. Paulus menyebut diri sebagai orangtua terhadap orang-orang Korintus. Mereka telah ia lahirkan didalam Kristus.[146]
Pelayanan Gembala Sidang perlu belajar dari teladan Paulus. Pelayanan Paulus didorong oleh ketulusan hatinya sehingga didalam pelayanan Paulus banyak menghadapi penderitaan namun ketulusan hati membuatnya tidak melepaskan tanggun jawab sebagai seorang rasul Kristus. Oleh sebab itu dalam pelayanan Paulus jelas bahwa Paulus memiliki prinsip dan kemurnian hati dalam pelayanannya.
Pelayanan Gembala sekarang perlu memperhatikan yang berkaitan erat dengan totalitas hati Paulus dalam melayani orang-orang Korintus. Paulus memiliki prinsip dalam pelayanannya yaitu; panggilannya yang jernih, bukti totalitasnya dan kerendahan hati dalam panggilan dan pelayanannya.[147] Paulus dipilih Tuhan untuk mengerti kehendak-Nya dan melaksanakannya. Ia menjalankan seluruh hidupnya dengan kesadaran bahwa Tuhan mempunyai rencana yang harus diikutinya. Kesadaran tersebut membuat perubahan yang tak terkira besarnya. Sekitar tahun 25 setelah pertobatan Paulus, dalam menghadapi penderitaaan yang berat, ia dengan penuh keyakinan berkata, “tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan Tuhan Yesus kepadaku untuk memberikan kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah (Kish. 20:24).
Istilah ”garis akhir” digunakan pada jalur lomba lari yang ditentukan untuk para pelari dalam pertandingan Olahraga Olimpiade, yaitu rencana untuk perlombaan lari yang ditentukan sebelumnya oleh para juri. Cita-cita besar Paulus ialah mengikuti jalur pertandingan yang ditentukan Tuhan bagi hidupnya.[148]
Prinsip Paulus yang melatar belakangi dalam pelayanannya (Kish. 20: 17-21), panggilan pelayanan Paulus senantiasa melandasi, menjiwai seluruh pelayanannya (Kis. 26:19), sedemikian rupa sehingga Paulus dengan tegas menyatakan bahwa sejak hari pertama tiba di Efesus, ia melayani Tuhan, dengan segala kerendahan hati. Ia memperlakukan jemaat Tuhan bukan sebagai obyek pelayanan saja, tetapi sebagai milik Tuhan.[149]
Randy Frazee, dan Robert Noland, Mengutip dalam buku Berpikir, Bertindak menjadi seperti Kristus Pelayanan yang menyenangkan hati Tuhan oleh karena segala perbuatan yang dilakukan Allah bagi Paulus sehingga Paulus dapat merespon terhadap pelayanannya dengan memberi diri.
Rasul Paulus menulis, “Aku telah disalibkan bersama Yesus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang didalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk Aku.” (Gal. 2:19-10). Meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami diperbaharui dari hari ke hari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan yang kekal melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami.” (2 Kor. 4:16-17).[150]

Seberapa jernih panggilan pelayanan Gembala akan menentukan seberapa Bukti Totalitas Pelayanan Gembala masa  kini, Paulus tahu kapan waktunya untuk memulai sesuatu dan kapan waktunya Tuhan mengarahkannya kepada pelayanan yang berikutnya. Itu bukti jelas bahwa hati sepenuhnya untuk Tuhan dan melakukan tugas pelayanannya hanya kehendak Tuhan. Paulus dalam Pelayanan sadar sepenuhnya, ia sendiri tidak akan sanggup menjaga jemaat yang telah bertumbuh bersamanya di Efesus bahkan di Korintus.[151]
Berbicara mengenai pelayanan adalah suatu panggilan  yang Tuhan berikan kepada orang orang pilihan-Nya, bukan karena tampang atau parasnya, tetapi karena pilihan kedaulatan Tuhan. Pemilihan raja Daud merupakan salah satu keteladanan bagi setiap orang percaya dapat menyakini bahwa setiap orang yang dipilih Tuhan untuk menjaga dan memelihara umat pilihan Allah.
Keistimewaan sebagai panggilan seorang pelayan Tuhan atau sebagai Gembala itu merupakan suatu kekhususan dari Tuhan, tapi dalam perjalanannya tentu tidak selalu mulus dan lancar dengan apa yang diharapkan. Pelayanan Paulus di jemaat Korintus, Paulus tidak semulus dan selancar yang diharapkan, karena ternyata dalam kehidupan jemaat Korintus banyak masalah yang harus ia hadapi oleh karena timbulnya persoalan-persoalan seperti: keikutsertaan, upacara-upcara keagamaan kafir, penghakiman di depan orang-orang kafir, pelacuran, masalah etis dan moral, memiliki berbagai macam karunia, saling menyombongkan diri. Dan keberadaan jemaat Korintus dikenal karena perpecahan mereka antara berbagai golongan. Oleh karena itu cara hidup jemaat Korintus banyak menyimpang, sehingga masing-masing membanggakan keunggulan-nya dan berbuat semaunya tanpa ada aturan. (2 Kor. 4: 8-9).[152]
Pengalaman pelayanan memiliki keunikan sehingga Paulus menggungkapkan suatu pengalaman rohani yang luar biasa dalam pelayanannya yaitu walaupun dalam keadaan tekanan ditindas, dianiaya, dihempaskan, namun dalam keadaan tersebut Paulus tidak terjepit, tidak sendirian, tidak putus asa. Karena keyakinan iman akan panggilan pelayanannya.[153]
Bagaimana dengan pelayanan sebagai Gembala Sidang, dalam pengalaman pelayanan akan mengalami tantangan, mengalami tekanan, kritik, ditolak dan dianiaya, difitnah oleh karena Kristus, dalam keadaan seperti ini seorang gembala memiliki konsep  perkataan yang sama seperti Paulus(2 Kor. 4: 8-9). Paulus mampu bertahan dalam pelayanan oleh kemurnian hatinya  terhadap keselamatan orang-orang Korintus. Paulus melihat pada dirinya dan berkata walaupun kami ditindas kami tidak terjepit, kami habis akal namun kami tidak binasa, Dan akhirnya semua harus meyakini bahwa Tuhanlah yang dipermuliakan.[154]
Oleh karena itu, yang berhubungan dengan pelayan Gembala Sidang sekarang benar-benar pahami konsep Paulus dalam pelayanannya bahwa sejumlah karunia yang Tuhan anugerahkan kepada Paulus. Paulus menjalankan pelayanannya dengan kemurnian hati untuk membawa jemaat Korintus kepada Tuhan. dengan demikian Tuhan mempercayakan pelayanan sebagai gembala dan menganugerahkan sejumlah karunia besar kepada Gembala, tujuannya membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan sebagai umat pilihan Tuhan dan perlu menjalankan pelayanan tersebut dengan kemurnian hati, tergantung bagimana dapat mendefinisikan pelayanan itu sendiri.[155]
Pelayanan Gembala Berfokus Pada Pemberitaan Injil
Paulus berfokus pada pemberitaan Injil Kerajaan Surga oleh kesadaran atas panggilan sebagai rasul Kristus sehingga kesadaran Paulus menunjukkan kerendahan dan nilai pada dirinya tidak layak namun Tuhan Paulus memilih menjadi rasul-Nya. Respon Paulus terhadap Panggilan pelayanannya. Erwin Lutzer dalam bukunya Pastor To Pastor dapat menjelaskan respon Paulus pada panggilan Tuhan tidak dapat ditemukan ungkapan yang membuatnya meninggalkan panggilan justru melalui penderitaan Paulus terdorong terus memberitakan inji, dengan karakter otoritas Tuhan yang dianugerahkannya. Tujuan utama Paulus terhadap Injil yang diberitakannya tidak diragukan satupun oleh karena kuasa otoritas Allah yang memampukan. Paulus dalam memberitakan Injil sebenarnya menghadapi banyak pertentangan dengan orang-orang Korinus namun fokus Paulus dapat membuat Paulus terus semangat dalam injilnya. Kefokusan Paulus dapat diperjelas pelayanannya yaitu pelayan itu dari siapa dan untuk siapa? Sehingga kefokusan Paulus menunjuk pada konsisten terhadap panggilan surgawinya.[156]
Kamus Umum Bahasa Indonesia dapat menjelaskan kata fokus, fokus berarti menfokuskan perhatiannya pada sasaran atau tujuan yang didambakan.[157] Jadi, untuk menjelaskan kefokusan Paulus hanya pada pemberitaan Injil kerajaan surga, sehingga fokus Paulus tidak dapat dibantah karena fokus Paulus begitu jelas. Panggilan tokoh-tokoh dalam Alkitab untuk menyampaikan kabar keselamatan, dan panggilan sebagai hamba Tuhan, Gembala Sidang, atau Pendeta. Tuhan mempercayakan pelayanan-Nya untuk berfokus memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya. Injil merupakan suatu kabar yang di bawa oleh Yesus sendiri ketika Ia datang ke dunia sebagai juru selamat manusia. Ia menyeruhkan bahwa bertobatlah sebab Kerajaan Surga sudah dekat, ini merupakan injil yang di bawa oleh Yesus sendiri. Tujuan Yesus yang utama ialah bangsa Israel harus bertobat dan percaya kepada Yesus yang adalah Mesias dan juruselamat umat manusia.[158]
Seruan ini terus diperdengarkan kepada bangsa Israel selama Yesus berada didunia, selama Dia melayani dan memberitakan Injil kerajaan surga. Kemudian Yesus disalibkan mati lalu pada hari yang ketiga Ia bangkit, dan sesudah empat puluh hari Ia terangkat kesurga maka Ia memerintahkan kepada murid-muridnya untuk pergi dan memberitakan Injil kepada semua suku bangsa, ia berkata pergilah dan jadikanlah seluruh bangsa murid-Ku, Ia juga berkata bahwa “ketahuilah bahwa aku akan menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:19-20).” [159]
Yesus tidak hanya melakukan misi untuk menyembuhkan dan mengatasi akibat kekerasan militer dan penindasan ekonomi Romawi, tetapi juga menghidupkan dan membangun kembali budaya, spiritual, dan kemampuan komunal rakyat, dalam pelayanan persembahan-Nya berupa Kerajaan Allah untuk orang Miskin.[160]

Gembala memperhatikan seruan ini dan pada akhirnya Gembala sadar akan panggilannya dan berfokus kepada tujuan. Memperhatikan seruannya sebagai bentuk penegasan kepada murid-murid-Nya bahwa  “Aku Senantiasa Menyertai Kamu Sampai Kepada Akhir Zaman.” Oleh karena itu Injil merupakan menjadi fokus dan sentral bagi seorang Gembala dan pelayanannya dan harus diberitakan kepada seluruh bangsa. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu di ketahui oleh Gembala. Mengapa Gembala harus memberikan Injil?[161]
Gembala diharuskan memberitakan Injil oleh karena Injil adalah kekuatan Allah yang membuat manusia berdosa menjadi orang benar. Kebenaran dinyatakan bukan dari perbuatan baik, tetapi dari iman kepada iman. Iman Anak Allah yang ada di dalam setiap orang percaya menyatakan/menyingkapkan kodrat ilahi. Injil adalah pewahyuan progresif tentang kodrat ilahi dan anugerah yang Tuhan siapkan untuk Gembala terima dan memberitakannya. Semakin pewahyuan ini tersingkap kepada Gembala maka Injil akan semakin berdampak dalam pikiran dan persepsi orang percaya tentang kehidupan kekristenan. Pada gilirannya, Injil akan membawa setiap orang percaya kepada transformasi atau pembaharuan sejati sebagai hasil iman orang percaya terhadap anugerah atau kasih karunia Allah.[162]
Memberitakan injil merupakan misi dari Tuhan yang tertanam didalam diri Gembala, ketika Yesus terangkat kesurga, Amanat Agung merupakan Amanat Agung dari Tuhan sendiri karena dalam Amanat Agung itu banyak orang akan dimenangkan bahkan mereka yang dimenangkan akan menjadi lebih dari pemenang. Ingat bahwa ketika Yesus memberikan Amanat Agung kepada murid-murid-Nya.[163]
E. B. Surbakti menjelaskan dalam bukunya Benarkah Injil Kabar Baik? Mengenai pelayanan Yesus yang mendunia:
Sejak awal pelayanan-Nya Yesus langsung menggagas misi pelayanan yang mendunia dan mengambil alih tanggun jawab dosa manusia. Sesuatu yang pada mulanya sulit dimengerti oleh para murid yang pemahaman geografinya terbatas. Namun Yesus mencelikan mata mereka, bahwa bagian terbesar komonitas umat manusia yang perlu mendengar berita injil justru berada diluar Israel . Yesus berkata.” Jadikanlah semua bangsa murid-Ku,” kata-Nya kepada para murid yang sebagian masih diliputi rasa takut dan kebingungan (Mat. 28:19). Pemahaman ini memberikan makna bahwa gereja haruslah menghadirkan sosok Yesus yang menyatu dengan situasi dan kondisi lokal, bukan sosok asing yang sulit dipahami oleh penalaran lokal.[164]

Ia tidak hanya berkata bahwa pergi dan memberitakan injil, namun  memuridkan mereka yang sudah menerima injil, oleh karena itu benar apa yang di katakan bahwa tuian memang banyak namun pengerjanya sedikit, berapa banyak orang sudah percaya namun tidak pernah diajar untuk lebih mengenal firman Tuhan. Sayang sekali kalau hal tersebut di biarkan, berapa banyak gereja sudah ada namun tidak ada gembalanya, berapa banyak desa-desa yang sudah menjadi percaya namun tidak ada yang menjadi guru injil. Setiap orang yang dipanggilnya harus menjadi pelayan yang setia dan memuridkan umat yang sudah diselamatkan.[165]
Seperti yang telah dikatakan sebelummnya mengapa injil fokus pemberitaan oleh seorang Gembala karena injil merupakan Amanat Agung, perintah nyata yang diturunkan oleh Tuhan sendiri. Oleh karena itu seorang Gembala harus mengetahui dengan benar “Yesus memberikan kesempatan yang paling mulia kepada setiap Gembala agar Gembala fokus memberitakan Injil, karena Injil di beritakan maka seorang Gembala sedang memindahkan jiwa-jiwa yang  binasa oleh pekerjaan ilah zaman ini. Oleh karena itu tugas sebagai seorang gembala berfokus pada pemberitaan injil untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang binasa oleh karena pekerjaan ilah zaman ini yaitu, pekerjaan iblis.[166]


Pelayanan Gembala Bersandar Pada Allah
Pelayanan Paulus dapat di akui sebagai seorang yang bersandar penuh pada otoritas Allah dalam memberitakan Injil kepada orang-orang Yunani bahkan orang Yahudi. Paulus berfokus pada injil dan melayani jemaatt Allah yang ada di Korintus. Demi injil Paulus bersandar penuh atas tuntunan Allah dan otoritas kuasa Allah, dalam melayani orang-orang Korintus Paulus tidak mampu atas tuntutan-tuntutan yang menyeleweng terhadap injil Paulus.
Namun, Paulus memiliki iman yang tulus tanpa bersyarat, dalam pergumulan menangani orang-orang Korintus ia selalu bercermin pada pergumulan Tuhan Yesus ketika Tuhan Yesus berada di zaman Getsemani. Ternyata Kristus juga pernah bergumul. Ia memohon kepada Bapa-Nya: Ya Bapa-Ku.” Tuhan Yesus Kristus Berdoa agar penderitaan dan salib kalau boleh berlalu dari hidup-Nya. Namun, permohonan Kristus sampai tiga kali itu tetap ditolak oleh Bapa-Nya. Allah menghendaki agar Yesus Kristus harus minum dari piala penderitaan dan mengalami kematian di atas kayu salib supaya kehendak-Nya dapat dinyatakan melalui penderitaan Kristus dan penyaliban Kristus.[167]
Konsep Paulus dengan penderitaan dan pergumulan Yesus selama berada di bumi, Paulus meyakini bahwa ia harus mengalami hal yang sama dengan tubuh yang fana, sehingga bagi rasul Paulus, doa yang tidak dikabulkan Allah, disadarinya agar ia jangan sampai terpancing untuk meninggikan diri. Hal ini dapat dimengerti bahwa orang sekaliber rasul Paulus, yang dikaruniai potensi tanpa batas oleh Allah, tentu dengan mudah terpancing untuk memegahkan diri. Namun didalam pelayanan Paulus tidak ditemukan kesombongan hati bahkan membanggakan diri karena berbagai karunia yang dimilikinya. Oleh karena itu dalam kenyataan pelayanan hamba-hamba Tuhan yang dikaruniai khusus sering terpeleset dalam kesombongan rohani! Apabila rasul Paulus yang telah diberi karunia untuk mengalami kehidupan sorgawi secara rohani. Pengalaman ekstase ini dapat saja mengodanya untuk menyombongkan diri secara rohani pula. Ternyata penyakit ”penyakit duri dalam daging” rasul Paulus dimaksudkan sebagai rem pengendali yang mengajaknya untuk senantiasa bersandar pada kasih karunia Allah. Sehingga seluruh pelayanan pemberitaan injil, rasul Paulus tidak bersandar pada kekuatan dan hikmat manusiawi.[168]
Ronald W. Leigh, memiliki Kutipan yang menarik dalam bukunya Melayani Dengan Efektif. Pelayanan Gembala Bersandar penuh pada tuntunan Roh kudus dan Allah
Bersandar pada tuntunan Roh Kudus Dan Allah, dapat dibandingkan dengan layar pada sebuah perahu, pantai yang jauh itu bagaikan tujuan untuk menjadi seperti Kristus, dan gerakan menyeberangi lautnya merupakan pertumbuhan rohani. Bila layarnya berkembang penuh, perkembangan bertahap akan terjadi selama si pelautnya tetap tekun dan menjalankan tugasnya. Ia takkan memperoleh pujian karena tiupan angin, tetapi ia akan melakukan bagian tugas supaya ia bisa memanfaatkan tenaga angin itu.[169]

Rasul Paulus memberikan keteladanannya kepada gembala, yaitu bahwa “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati gembala oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada gembala” (Rm 5:5) dan berseru: ”sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus adalah Allah yang telah mengurapi, memateraikan tanda milik-Nya atas gembala dan memberikan Roh Kudus tanpa batas di dalam hati gembala sebagai jaminan dari semua yang telah disediakn untuk gembala (2 Kor. 1:21-22).[170]
Yohanes B. Mulyono menjelaskan dalam bukunya Firman Hidup mengenai panggilan Yeremia dan tujuan Allah dalam hidup Yeremia.
Allah berfirman, “Aku telah mengenal engkau dan telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa,” maksunya adalah pilihan-Nya tidak salah. Pilihan Allah atas Nabi Yeremia merupakan tidaklah salah. Pilihan Allah atas Nabi Yeremia merupakan hasil pemilihan yang matang, bukan menurut ukuran manusia atau dunia, tetapi menurut Allah sendiri. Ini berarti panggilan dan pengutusan Allah bukanlah didasarkan pada kematangan fisik dan kedalaman pengalaman mansuia. Sebab panggilan Allah terhadap Yeremia dilakukan ketika Yeremia masih mudah-belia, dan panggilan sebagai Nabi ditentukan oleh kebebasan inisiatif dan kasih karunia Allah.[171]

Berdasarkan pengalaman pelayanan Paulus yang bergantung penuh pada otoritas kuasa Allah sehingga seorang Gembala perlu bersandar pada tuntunan Roh Kudus dan Allah, (2 Kor. 4:7). Oleh karena gembala sering kali di umpamakan sebagai bejana tanah liat. Gembala mengalami putus asa, kecewa, tidak diindahkan orang, dianiaya, gembala perlu bersandar pada kehendak dan otoritas kuasa Allah sebab Allah sebagai Sang Penjunan akan memungut Gembala kembali dan membentuk seluruhnya.
Chritian. De Jonge, dalam buknya Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja menjelaskan tujuan Allah terhadap umat ciptaan-Nta
Tuhan membuat bejana dari tanah liat sedemikian rupa lalu Dia hembuskan nafas-Nya yang menghidupkan sehingga memiliki nyawa, memiliki jiwa dan roh, didalamnya Tuhan menaruhkan kekayaan dan kemuliaan-Nya. (2 Kor. 4:3) ”Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup bagi mereka, yang akan binasa.”[172]

Gembala diumpamakan bejana tanah liat yang dipilih Tuhan untuk dipakai Tuhan. Gembala seperti bejana yang terbuat dari tanah liat didalam tangan Tuhan. Didalam kegagalan-kegagalan Gembala. Tuhan akan membentuk Gembala ulang menjadi keajaiban dan kesaksian. Gembala adalah menyambung lidah Allah dan dipilih Allah untuk tujuan-Nya. Gembala adalah pasukan Tuhan yang perkasa. Gembala mungkin merasa tidak mampu melakukan suatu tugas walaupun demikian Gembala perlu memahami bahwa Tuhan memperbaharui diri seorang Gembala untuk tujuan-Nya, yang terpenting Gembala dalam tugas dan tanggun jawab ialah lakukan tugas sebagai Gembala sampai garis akhir . Dalam sebuah pelayanan Gembala perlu memiliki hati sebagai seorang hamba. Orang yang berhati hamba selalu siap untuk menjalankan perintah tuannya. Seorang berhati hamba tidak memusingkan dirinya tetapi berfokus pada tujuan yang dipercayakan. Pada saat hamba melakukan perintah tuannya dia tidak perlu kuatir karena tuannya akan memperlengkapinya.[173]
Jadi, Melayani Tuhan memiliki kecintaan terhadap panggilan pelayanan oleh karena kecintaan terhadap panggilan membuat seorang gembala mempercayakan segala bentuk penderitaan kepada Tuhan dan tidak membuatnya putus asa tetapi semakin banyak persoalan hidup semakin mencintai Tuhan. Imam Al-Ghazali dalam bukunya The Power of Love menuliskan.
Kesempurnaan cinta kepada Allah adalah mencintai dengan sepenuh hati. Selama melirik kepada selain Allah, ruang hati seorang akan terganggu oleh selain-Nya. Seukuran ketergantungan hati oleh selain Allah, seukuran itulah pula berkurangnya kecintaan seseorang. Seukuran jumlah air yang tersisa didalam bejana, seukuran itu pula kadar cuka berkurang. Jadi, mencintai Allah harus utuh dan sepenuh hati.[174]

Pelayanan gembala memiliki sikap sama seperti Paulus yaitu kesempurnaan cinta atau berfokus terhadap tugas pelayanan. Fokus terhadap pelayanan adalah wujud dari kecintaan kepada Allah. Kecintaan terhadap tugas pelayanan akan membuat gembala terus termotifasi memberitakan injil. Walaupun didalamnya banyak kegagalan yang dihadapi namun kecintaan terhadap Allah sikap sepenuh hati dan bergantung penuh kepada Allah membuatnya fokus memberitakan injil sekalipun banyak pertentangan membuat gembala menyerah tetapi “harta rohani/sorgawi (2 Kor. 4:7), membuat gembala mampu, karena didalam pelayanan bukan gembala memberitakan diri gembala tetapi Tuhanlah yang diberitakannya, “bukan kami yang kami beritakan tetapi Kristus yang adalah Anak Allah. Dengan demikian gembala tetap fokus memberitakan injil, sekalipun banyak pencobaan yang di alami namun Kristus disurga memberikan kesanggupan.[175]
Pelayanan Gembala Miliki Roh Iman Yang Sama Seperti Paulus
Memiliki Roh Iman yang sama, dalam konsep Paulus ialah mengajak setiap orang percaya untuk melibatkan diri dalam memberitakan injil kerajaan surga. Dengan ungkapan yang mengajak ini dalam Kisah Para Rasul berulang-ulang menjelaskan bahwa Roh Kuduslah, Roh Allah, Roh Kristus yang mendorong, yang memberikan kuasa kepada manusia untuk memberitakan Injil kerajaan surga (Kish. 2:4; 4:31; 10:45-46; 19:6). [176]
Paulus dapat menjelaskan bahwa Tuhan Yesus Sebelum naik ke surga, Yesus Kristus memberitahukan murid-murid-Nya tentang Roh Kudus yang akan diutus untuk melakukan tugas-tugas khusus. Tugas-tugas Roh Kudus demikian jelasnya. Kuasa doa dalam tugas-tugas penginjilan, penggembalaan, dan tugas-tugas pelayanan praktis lainnya tidak dapat disangkal lagi. Bahwa Alkitab banyak sekali memberikan contoh-contoh kuasa doa yang berdasarkan iman. Kebanyakan para gembala dan pelayan Tuhan juga menyadari peran Roh Kudus dalam hidup mereka. Gembala tahu dan yakin, bahwa Roh Kudus membantu melahirkan gereja, menasihati, membimbing, memberi kuasa, keberanian, dan lain-lainnya.[177]
Kamus Umum Bahasa Indonesia kata ‘sama’ dapat dijelaskan ”sesuatu yang serupa, tidak berbeda, tidak berlainan.”[178] Oleh karena itu untuk memahami Gembala miliki Roh Iman yang sama, yang berarti Roh gembala sama seperti Paulus, “Paulus percaya sehingga dapat berkata-kata,” dalam memberitakan Injil Kerajaan Surga. Paulus dapat mencantumkan (Rm. 12:3-8) karunia rohani berikut ini: nubuat, melayani, mengajar, menasihati, membagi-bagikan sesuatu, memimpin, dan menunjukkan kemurahan. (1 Kor. 12:8-11) mencantumkan karunia Roh. Kata-kata hikmat, berkata-kata dengan pengetahuan, melakukan mujizat, nubuat, membedakan bermacam-macam Roh, berbahasa Roh dan menafsirkan bahasa Roh. Daftar yang ketiga (Ef. 4:10-12)  yang berbicara mengenai Allah memberikan gereja-Nya para rasul, nabi, pekabar Injil, Gembala, dan pengajar.[179]
Munurut Santo Paulus Membangun Gereja menjadi ”Satu Tubuh” yang dikutif oleh Aloysius Soenarto dalam bukunya Katakese Bagi Calon Krisma.
Gereja adalah tubuh Kristus (1 Kor. 12:27). Yang menjadikan Gereja sebagai tubuh Kristus adalah Roh Kudus, yaitu Roh Kristus, karena karunia Roh Kudus itulah orang percaya beraneka ragam ini dipersatukan menjadi satu tubuh (1 Kor. 12:12,13).  Gereja menjadi tubuh Kristus berkat karunia Roh Kudus. Tubuh Kristus terdiri dari anggota-anggota yang tidak secara otomatis sudah sempurna. Setiap anggota adalah orang-orang yang pernah berdosa (1 Yoh. 1:18). Meskipun semua orang telah dilahirkan kembali sebagai orang-orang merdeka (Gal. 5:15) untuk memilih Kristus, namun semua orang mengakui sebagai orang lemah, setiap saat ditarik kepada keinginan daging. Maka, tubuh Kristus. Untuk itu, setiap anggota diikutsertakan secara aktif dalam membangun Gereja Kristus dengan karunia Roh Kudus, untuk itu setiap anggota mendapat tanggun jawab untuk mengambil bagian dalam pembangunan tubuh Kristus ini menurut kemampuan masing-masing.[180]

Karunia roh diberikan oleh Roh Kudus untuk membangun gereja Kristus. Semua orang Kristen memiliki perang aktif dalam perluasan injil Kristus. Semua dipanggil dan diperlengkapi untuk mengambil bagian dalam “pekerjaan penyebaran Injil” (Ef. 4:12).[181]
Dalam 1 Korintus (9:6) Paulus menjelaskan kepada jemaat, bahwa ia sama sekali tidak mempunyai alasan untuk membanggakan diri kalau ia memberitakan Injil. Sebab hal itu ia lakukan bukan karena ”semaunya sendiri” (17), tetapi karena ia “dipaksa” (16). Ia katakan: Aku diharuskan, diwajibkan (“anengke”) untuk berbuat demikian. Sebab celakalah aku, kalau aku tidak memberitakan injil. Motif dan dorongan pemberitaan Paulus tidak timbul dari diri sendiri karena iman yang kuat, kasihnya yang besar dan hidup kerohaniannya yang tidak tercatat tetapi datang dari luar, dari Allah. Ialah, yaitu kasih-Nya yang telah mendorong dan memaksa Paulus untuk berbuat demikian. Hal berlaku juga bagi orang-orang yang memberitakan Injil.[182]

Memberitakan menjadi tugas yang utama para pemimpin gereja untuk menolong membangun para orang kudus sehingga mereka dapat diperlengkapi lebih lanjut untuk pelayanan yang sesuai dengan panggilan Allah kepada mereka. Allah berkehendak gereja sebagai kesatuan dapat bertumbuh, diperkuat oleh kombinasi dari setiap anggota tubuh. (Ef. 4:11), Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memberitakan injil kerajaan sorga.”[183]
Allah menganugerahkan segala potensi tanpa batas bagi gembala-gembala untuk meberitakan Injil, memperlengkapi orang-orang Kudus, dan membangun tubuh Kristus dalam jemaat. Lihat pada kehidupan dan pelayanan Paulus memiliki karunia tanpa batas namun itu bukan dari diri Paulus tetapi kehendak Allah harus diwujudkan melalui pelayanan Paulus, sehingga bagi Gembala perlu menyadari bahwa gembala memiliki Roh iman yang sama seperti Paulus untuk membangun tubuh Kristus melalui pemberitaan Injil kerajaan surga.


[131] David L. Bartlett, Pelayanan Dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 67
[132] 2 Korintus 4:1-6 (TB).
[133] A Noordgraaf, Orientasi Diakonia Gereja: Teologi Dalam Perspektif Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 5.
[134] David L. Bartlett, Pelayanan Dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 67-68.
[135] David L. Bartlett, Pelayanan Dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999),  67.
[136] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 102.
[137] Yusuf Eko Basuki, The Perfect Growth Of Faith: Pertumbuhan Iman Yang Sempurna (Yogyakarta: Garudhawaca, 2014), 11.
[138] A Noordgraaf, Orientasi Diakonia Gereja: Teologi Dalam Perspektif Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 5.
[139] J. L. Ch. Abinego, Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral  (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 25-26.
[140]Franz-Josef Eilers, Berkomonikasi Dalam Pelayanan Dan Misi ( Yogyakarta: Kanisius 2008), 23.
[141] Flora Slosson Wuellner, Gembalakanlah  Gembala-Gembala-Ku (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007),  87.
[142] David J. Bosch, Transpormasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi Yang Mengubah dan Berubah  (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 10-11.
[143]Choan – Seng Song, Allah Yang Turut Menderita (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 13
[144] David L. Bartlett, Pelayanan Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 64-66.
[145] Yohanes B. Mulyono, Firman Hidup, (Jakarta: Gunung Mulia, 2002), 38-39.
[146] Dianne Bergant, Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 320.
[147] E. Martasudjajita, Pelayanan Yang Murah Hati (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 7.
[148] Richard L. Strauss, Bagimana Memahami Kehendak Tuhan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 4.
[149] Richard Daulay dan Rahel Daulay, Firman Hidup 70 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 18.
[150] Randy Frazee, dan Robert Noland, Berpikir, Bertindak, Menjadi Seperti Kristus (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2016), 51.
[151] E. Martasudjajita, Pelayanan Yang Murah Hati (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 7.
[152] J. Darminta, Penegasan Panggilan (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 25.
[153] Richard L. Strauss, Bagimana Memahami Kehendak Tuhan  (Jakarta: Gunung Mulia, 2002), 80-81.
[154] Erwin Lutzer, Pastor To Pastor: Tackling The Problem Of Ministry Revised and Expanded (America: Kregel Publication Inc., 1997), 20.
[155] Ronald W. Leigh, Melayani Dengan Efektif: 34 Prinsip Pelayanan Bagi Pendeta Dan Kaum Awam (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 27.
[156] Erwin Lutzer, Pastor To Pastor: Tackling The Problems Of Ministry Rivised And Expanded (Amrica: Kregel Academik & Professional, 2008), 14.
[157] J. S. Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), 534.
[158] B. E. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 119-120.
[159] Yosef Purnama Widyatmadja,  Yesus & wong cilik: praksis diakonia transformatif dan teologi rakyat di Indonesia  ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 12-13.
[160] Ibid., 12.
[161]E. B. Surbakti, Benarkah Injil Kabar Baik?: Bagimana Menyatakan Dalam Perspektif Lokal? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),152.
[162] Edmund Woga, Dasar-Dasar Missiologi (Yogyakarta: Kanisius, 2002),  80
[163] Mgr. Ignatius Suharyo, Gereja Melayani Dengan Rendah Hati (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 164.
[164] E. B. Surbakti, Benarkah Injil Kabar Baik?: Bagimana Menyatakan Dalam Perspektif Lokal? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 314.
[165] Agus Soehono, Hidup Yang Berkenan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 53.
[166] Georg Kirchberger, John Mansford Prior, Wilhelmus Djulei,  Teologi misi di kawasan Asia Pasifik (Flores: Nusa Indah, 1995), 57-58.
[167] Yohanes B. Mulyono, Firman Hidup 55 ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 37.
[168] Ibid., 37-38.
[169] Ronald W. Leigh, Melayani Dengan Efektif: 34 Prinsip Pelayanan Bagi Pendeta Dan Kaum Awan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 23.
[170] Franz-Josef Eilers, Berkomonikasi Dalam Pelayanan Dan Misi (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 32.
[171] Yohanes B. Mulyono, Firman Hidup (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 48.
[172] Christian. De Jonge, Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989),  36.
[173] J. L. Ch. Abinego, Penggembalaan (Djakarta: Badan Penerbit Kristen, 1963), 85.
[174] Imam Al-Ghazali, The Power of Love:Memaksimalkan Potensi Ruhani Untuk Meraih Kebahagiaan Hidup (Jakarta: Hikma, 2006), 102.
[175] Agus Soehono, Hidup Yang Berkenan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 54.
[176] J. L. Ch. Abinego, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 179.
[177] Peter Wagner, Manfaat Karunia Untuk Bertumbuh Gereja (Malang: Gandum Mas,1991), 55.
[178] J. S. Badula,  Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), 1207.
[179]Pdt. Nazarius Rumpak, Masa Roh Kudus dan Kasih Karunia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990),  16.
[180] Aloysius Soenarto, Katakese Bagi Calon Krisma (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 12.
[181] Ibid., 35.
[182] J. L. Ch. Abinego, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 179
[183] Peter Wagner, Manfaat Karunia Untuk Bertumbuh Gereja (Malang: Gandum Mas 1991), 67.

1 komentar:

  1. Casinos Near Me - NJ Casino Locations Guide
    The Casinos Near Me 세종특별자치 출장샵 · Aisle 14, 성남 출장마사지 Murphy · Paradise 2, Murphy · New Orleans (NJ) · Borgata 9, 경상남도 출장샵 New Orleans · 양주 출장마사지 Harrah's Atlantic City · Atlantic 포항 출장마사지 City, New Jersey.

    BalasHapus